Mohon tunggu...
Nicholas Saputra Pratama
Nicholas Saputra Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional UPN "Veteran" Yogyakarta 151210157

Gemar membaca karangan fiksi dan mengamati peristiwa lokal maupun internasional.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) sebagai Diplomasi Budaya Indonesia di Laos

18 Mei 2024   08:05 Diperbarui: 18 Mei 2024   08:06 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Budaya merupakan salah satu faktor penting bagi negara untuk melanggengkan hubungannya dengan negara lain. Diplomasi budaya merupakan langkah negara dalam mempromosikan budayanya untuk meningkatkan kepercayaan negara lain dan membangun citra negara yang positif, diplomasi budaya sendiri merupakan bagian dari diplomasi publik di mana di dalamnya terdapat soft power yang digunakan dalam berdiplomasi. Soft power adalah sebuah istilah yang digunakan dalam diplomasi budaya karena tidak terdapat unsur militer di dalamnya, sehingga diplomasi budaya sendiri merupakan bentuk dari soft diplomacy. Budaya yang dipromosikan dalam diplomasi budaya bertujuan untuk meningkatkan pemahaman antar masyarakat dengan mempromosikan budaya yang ada.

Indonesia merupakan negara yang gencar dalam melakukan soft diplomacy. Diplomasi di Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang digunakan untuk memenangkan lobi politik internasional. Caranya adalah dengan memenangkan hati dunia terhadap Indonesia, oleh karena itu Indonesia memerlukan diplomasi yang bersifat bersahabat dan fleksibel dengan berlandaskan prinsip bebas dan aktif sebagai landasan utamanya dalam berdiplomasi. Praktek yang dilakukan Indonesia sendiri cukup unik dalam berdiplomasi, di mana Indonesia tidak hanya melaksanakan diplomasi kepada publik internasional namun juga kepada publik domestik yang bertujuan agar publik ikut mengerti terhadap masalah internasional yang mencakup batas-batas negara yang semakin terglobalisasi

Salah satu diplomasi budaya yang dilakukan Indonesia adalah dengan membuat program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) di berbagai negara di mana salah satunya dilakukan di Laos. Sejak 2001 Indonesia telah melakukan kerjasama dengan Laos di bidang industri pertahanan dan pendidikan militer, terdapat berbagai perwira yang dikirimkan oleh kedua negara sebagai program pertukaran. BIPA awalnya merupakan program khusus yang dilakukan untuk anggota militer hingga kemudian dikembangkan kembali menjadi program untuk masyarakat umum, hal ini dikarenakan awalnya penyelenggaranya adalah Atase Pertahanan Republik Indonesia hingga kemudian menjadi program Pensosbud KBRI Vientiane. BIPA yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun diorganisir oleh Indonesia melalui KBRI Vientiane dengan melakukan kerjasama-kerjasama terhadap lembaga negara di Laos seperti Economic and Sosio-Cultural Office. Bagi Indonesia program BIPA merupakan program yang dilakukan dalam rangka menjalin hubungan yang harmonis dengan menunjukkan komitmen dan pengertian melalui diplomasi budaya.

Program BIPA yang diorganisir oleh KBRI dijalankan dengan berbagai bentuk seperti kompetisi, eksibisi, dan pertukaran ahli atau studi. Dalam bentuk eksibisi program BIPA mempromosikan budaya Indonesia dengan melakukan pameran kepada masyarakat Laos melalui pertunjukan seni, budaya, dan kuliner. Beberapa program eksibisi dilakukan Indonesia di antaranya adalah Event Wonderful Indonesia dan Kelas Menonton Film Asal Indonesia. BIPA dalam bentuk kompetisi dijalankan dengan menyelenggarakan berbagai lomba seperti lomba menulis, pidato, dan pertandingan seni tradisional Indonesia. Lomba-lomba tersebut merupakan lomba yang diikuti oleh peserta kursus Bahasa Indonesia dan program BIPA di Laos. Dalam bentuk lainnya program BIPA melakukan pertukaran ahli atau studi Indonesia dengan menyelenggarakan workshop yang dapat digunakan untuk publik dari kedua negara untuk belajar bersama sehingga dapat memahami budaya masing-masing. Workshop yang pernah diselenggarakan melalui program BIPA diantaranya adalah Workshop Kelas Memasak Makanan Indonesia, Workshop Kelas Tani Tradisional, Workshop Kelas Memainkan Alat Musik Angklung, Workshop Memakai Pakaian Adat Indonesia, dan Workshop Kelas Batik.

Diplomasi budaya yang dioperasikan oleh KBRI Vientiane merupakan langkah yang tepat bagi Indonesia untuk melakukan diplomasi budaya. Melalui berbagai program yang diselenggarakan, Indonesia berhasil melakukan soft diplomacy. Soft diplomacy yang dilakukan oleh Indonesia merupakan cara Indonesia dalam membangun citra positif di mata publik Laos melalui program BIPA. Berbagai kegiatan yang dilakukan seperti adanya program eksibisi, kompetisi, dan pertukaran ahli merupakan kegiatan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk menciptakan kesepahaman di dalam publik internasional dan domestik yang terlibat. Melalui kegiatan tersebut Indonesia berusaha memenangkan hati publik internasional melalui pembangunan citra positif yang dilakukan dengan mengenalkan lebih dalam bagaimana Indonesia dengan budayanya. Program BIPA merupakan program yang berhasil Indonesia lakukan di Laos, di mana program ini berhasil membangun citra positif Indonesia yang ditandai dengan antusiasme pendaftar yang semakin meningkat dari tahun 2016 hingga 2019, dari angka 83 hingga 125 pendaftar.

BIPA dengan banyaknya pendaftar tersebut pun meraih prestasi dengan meluluskan banyak pesertanya. Dalam meningkatkan pemahaman bahasa dan budaya Indonesia bagi peserta, program BIPA menunjukkan kontribusi yang signifikan di mana dari tahun 2016 hingga 2019 tercatat terdapat 82 lulusan di tahun 2019 di mana sebelumnya pada tahun 2016 baru terdapat 46 lulusan program BIPA. Hingga tahun 2022 program BIPA berhasil meluluskan pesertanya hingga mencapai 639 orang di Laos yang mempunyai berbagai latar belakang yang berbeda. Karena berbagai prestasi tersebut, citra Indonesia berhasil dinaikkan di mana menurut data indeks citra positif Indonesia nilai capaian sasaran strategisnya mencapai angka 102,3% dengan target 3.90 dan realisasinya 3.99. Angka 3.99 yang dicapai oleh Indonesia tersebut apabila dikategorikan menurut skala citra Indeks Indonesia maka Indonesia melalui KBRI Vientiane memperoleh kategori "Baik" dama citra Indonesianya. Melalui fakta tersebut dapat dikatakan bahwa soft diplomacy merupakan langkah yang Indonesia lakukan dalam berdiplomasi budaya dan berhasil dalam membangun citra positif Indonesia dalam studi kasus ini, berhasil dilakukan di Laos.


sumber:
http://103.236.192.98/index.php/jpw/article/download/10024/5632
http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/jsdk/article/download/2591/2179

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun