Mohon tunggu...
Siti Kurniati
Siti Kurniati Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

menulis, merupakan generasi qurani

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pentigraf: Sutradara

2 Desember 2022   14:24 Diperbarui: 3 Desember 2022   10:37 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini, akulah sutradara pementasan sosiodrama kelompok di kelasku. Secara teknis, akulah yang merajai lapangan. Siapa menjadi siapa, properti penunjang pementasan, bagaimana para pemain berlaku, cara kerja kameramen, dan hal-hal berbau teknis pementasan lainnya, akulah penanggung jawabnya. Tapi, ... Aku pun tidak bekerja sendirian. Ada timku yang luarrr biasa kerennya. Selain sebagai sutradara, aku pun bertindak sebagai narator. Selain itu ada Aghna, sang penulis skenario, Dewi kameramen, Joyce sang make up artist,  Nayla berperan sebagai penari handal dan profesional, Risang pemain utama pria, Sandrina, Nazwa, Bani, dan para pemeran pendukung lainnya yang tak kalah kondusifnya saat berlatih. Bayangkan, Man! Waktu berlatih hanya diberi jatah seminggu. Oalaaahhh, waktu yang sempit ini begitu berharga buat berleha-leha. Akhirnya, aku-Sang Sutradara mengarahkan dengan tegas agar semuanya solid, on time kala berlatih, manfaatkan waktu seefektif mungkin, dan ...

Tibalah waktu buat show on di hadapan penonton. Aku, saat ini adalah narator, telah bersuara lantang di panggung ala-ala kami. Setting panggung wow ... Buat orang berdecak kagum. Kostum dan make up Nayla bak penari handal profesional sungguhan buah lukisan Joyce, dan semuanya saling membahu mulai dari persiapan sampai dengan hari ini, Sang Penari Ronggeng, judul sosiodrama kami siap dipentaskan. Alur demi alur, kami suguhkan dengan apik. Tepuk tangan riuh bukan saja ditujukan kepada para pemain di atas panggung. Berkali-kali mata penonton melirik ke arahku. Mereka melemparkan senyum penuh kekaguman. Tak jarang, dua jempol mereka acungkan kepadaku. Mereka tahu, akulah sutradaranya. Hingga adegan terakhir, tepuk tangan dari para penonton seolah tak ada habis-habisnya ditujukan kepada kami. Layar ditutup, kami akhiri pementasan yang hanya berdurasi dua puluh menit.

"Cepat berkemas, Ayah kritis! Sudah aku mintakan izin pulang ke guru piket," tepukan lembut Farhat, teman sekelasku membuyarkan keterpanaanku kepada teman-teman sekelompokku. "Ayah sudah berpulang semenit yang lalu di pangkuan Bunda," bisik kakak sulungku. Saat itu, Sang Sutradara kehidupan nyata, bukanlah aku, tapi ... Dia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun