Mohon tunggu...
Nia Agustin
Nia Agustin Mohon Tunggu... Administrasi - Pengajar

Pengajar

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Apakah Tuhan Ada? (Bagaimana Iman Kristen Menyikapi Pandangan Immanuel Kant)

16 November 2018   22:24 Diperbarui: 16 November 2018   22:41 1138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Perbincangan mengenai Tuhan adalah salah satu topik yang tidak pernah akan ada habisnya. Berbagai macam penelitian dilakukan guna membuktikan ada tidaknya oknum yang disebut "tuhan" oleh manusia. Ada banyak kajian-kajian yang dilakukan oleh para ilmuan, filsuf, bahkan teolog guna membuktikan keberadaan Tuhan. Jadi apakah "tuhan itu benar-benar ada? Dalam tulisan akan mengkaji pandangan salah satu filsuf terkenal yang dikemukakan oleh Immanuel Kant, yang kemudian akan dikritisi dari sudut pandang iman Kristen.

A. Biografi Immanuel Kant

Salah satu filsuf terkenal, Immanuel Kant (22 April 1724-12 Februari 1804) menuliskan beberapa pandangannya tentang adanya Tuhan.  Immanuel Kant adalah salah satu filsuf yang hidup di zaman modern. Ia adalah seorang berkebangsaan Jerman. Kant juga salah satu pelopor aliran filsafat kritisisme, yaitu sebuah aliran yang mencoba mensitesiskan metodologi pemikiran aliran Empirisisme dan Rasionalisme.  Lahir di Konigsberg, Kerajaan Prusia (sekarang bernama Kaliningrad di Rusia) dari pasangan Johann Georg Kant (ahli pembuat baju zirah) dan Anna Regina Kant. Ayahnya dikenal sebagai ahli perdagangan, tetapi pada tahun 1730-1740 perdagangan di Konigsberg mengalami kemorosotan sehingga mereka hidup dalam ekonomi yang sulit. Ibunya meninggal saat Kant berumur 13 tahun, sedangkan ayah Kant meninggal saat dia berumur 22 tahun.

Kant menempuh pendidikan dasar di di Saint George's Hospital School, kemudia melanjutkan di Collegium Fredericianum, sekolah yang berpegang pada ajaran Pietist. Keluarga Kant adalah memang penganut ajaran Pietist. Kant menempuh pendidikan tinggi di Universitas Konigsberg dan mempelajari filsafat, matematika, dan ilmu alam. Selanjutnya Kant bekerja sebagai dosen dan mendapat gelar professor  ilmu mantik (logika) dan metafisika di Konigsberg pada tahun 1770. Kant melambangkan keyakinan manusia modern dalam kekuatan akal untuk mempertahankan secara kuat hal-hal yang bersifat materi dan ketidakmampuannya menghadapi sesuatu di luar kemampuan akal manusia.

B. Penolakan Kant terhadap Bukti Tradisional Keberadaan Allah/ Kritisisme Kant

      1. Argumentasi Ontologis:

  • Argumen: Argumen ontologis berpijak pada konsep Tuhan sebagai entitas yang mahasempurna. Oleh karena tuhan mahasempurna itu berarti tuhan itu ada, karena apabila tuhan tidak ada makan tuhan tidak mahasempurna. Oleh sebab tuhan mahasempurna, maka tuhan ada
  • Penolakan Kant: menurut Kant, esensi tidak dengan sendirinya menyertakan eksistensi. Ide atau konsep tentang sesuatu (seperti tuhan itu mahasempurna) tidak dengan sendirinya terkandung eksistensinya. Contoh: Di dalam otak saya, saya berpikir bahawa saya mempunyai uang 100 juta. Pikiran saya itu nyata adanya, tetapi tidaak berarti saya secara nyata memiliki uang 100 juta. Menurut Kant, kita tidak dapat menderivasikan (menurunkan) realitas dari konsep. Konsep saya mempunyai uang 100 juta tidak serta merta menjadikan saya memiliki uang 100 juta walaupun konsep tentang memiliki uang 100 juta itu benar adanya. Begitu pula konsep Tuhan yang mahasempurna tidak serta merta menjadikan Tuhan itu ada secara nyata.Argumentasi ini mengandaikan hal yang mau dibuktikan dalam sesuatu yang digunakan untuk membuktikan yang mau dibuktikan itu, yakni dengan mengatakan bahwa eksistensi termasuk dalam esensi dari apa yang paling sempurna (ens perfectissimum). Bila ada yang paling sempurna itu kemungkinan ada, maka tidak niscaya dia bereksistensi. Dengan kata lain, ide atau konsep mengenai sesuatu, tidak dengan sendirinya ia bereksistensi. Bila Tuhan mungkin ada, atau ada dalam pikiran itu, maka dengan sendirinya ia bereksistensi.

  • 2. Argumentasi teleologis (fisiko teologis)
  • Argumen teleologis: menurut argument ini, fakta di alam semesta membuktikan bahwa segala sesuatu itu memiliki keterarahan akan tujuan tertentu. Ada sebuah tatanan yang rapi di alam semesta yang menyebabkan alam semesta ini seperti telah ada yang mengatur. Semua makhluk hidup di alam semesta tidak ada begitu saja, melainkan seakan-akan memiliki tujuan (telos) akhir. Dan tujuan akhir (causa finalis) dari semua keterarahan ini adalah menuju kepada tuhan, maka tuhan itu ada. 
  • Penolakan Kant: menurut Kant, pembuktian melalui data-data empiris secara toritis tidak sah. Keterarahan yang dijadikan dasar pijakan argument telologis tidak secara langsung bisa membuktikan bahwa Tuhan itu ada. Menurutnya: yang bisa disimpulkan dari argument itu adalah adanya arsitek dunia yang aktivitasnya mungkin dibatasi oleh kapasitas makhluk padanya arsitek itu bekerja, dan bukan kerator dunia yang kepadanya segala sesuatu tunduk. Maka pembuktian Tuhan secara data-data empiris tidak sah, karena Tuhan bukan obyek empiris.

  • 3. Argumentasi kosmologis
  • Argumen kosmologis: argument ini didasarkan pada kontigensi di alam semesta (kosmos). Kontigensi artinya kemungkinan untuk ada atau tidak ada. Tetapi pada kenyataannya alam semesta ini ada, padahal alam semesta menjadi tidak niscaya alias kontigen. Karena alam semesta itu tidak niscaya pasti ia bergantung pada sesuatu yang niscaya, yang niscaya adalah Tuhan. Maka Tuhan itu ada.
  • Penolakan Kant: menurut Kant, adalah benar sesuatu yang tidak niscaya (kontigen) pasti bergantung pada sesuatu yang niscaya. Akan tetapi, argument ini hanya berlaku pada objek-objek indrawi saja. Tuhan adalah objek supraindrawi (tidak bisa diamati panca indra). Alam semesta adalah objek indrawi dana lam semesta bergantung pada objek yang supraindrawi (tuhan)adalah tidak sah secara logis. Argument ini tidak serta merta membuktikan tuhan itu ada.
  • Prinsip kausalitas hanya sah bila diterapkan pada pengalaman inderawi dan bukan dalam bidang yang di atas inderawi. Kant menyatakan bahwa prinsip mengenai penyebab tidak mempunyai makna dan kriteria sebab aplikasinya hanya berlaku dalam dunia yang dapat dirasakan. Lagi pula tidaklah mungkin memahami seperti apakah pribadi seperti itu. Ada banyak kekuatan di dalam alam yang menyatakan keberadaannya melalui akibat-akibat tertentu, bagi kita tetap tidak dapat dimengerti; sebab kita dapat mengikuti semuanya itu cukup jauh melalui observasi

  • C. Tuhan sebagai Postulat Hukum Moral
  • Kant menyatakan bahwa Tuhan hanya bisa didekati melalui iman dan iman itu dilandasi hukum moral. Hukum moral mewajibkan untuk selalu melakukan kebaikan. Hukum moral menurut Kant mensyaratkan 3 hal utama:
  • 1. Kebebasan. Kita bebas untuk tidak menjalankan hukum moral untuk melakukan kebaikan. Maka kemudian hukum moral menjadi wajib. Kebaikan menjadi wajib dilakukan. Apabila tidak ada kebebasan maka tidak akan ada kewajiban. Karena manusia bebas untuk melakukan atau tidak melakukan kebaikan, maka kemudian muncul kewajiban untuk melakukan kebaikan.

  • 2. Keabadian jiwa. Hukum moral bertujuan untuk mencapai kebaikan tertinggi (summum bonum). Kebaikan tertinggi ini mengandung elemen keutamaan dan kebahagiaan. Orang dinyatakan memiliki keutamaan apabila perbuatannya sesuai dengan hukum moral. Dari keutamaan inilah kemudian muncul kebahagiaan. Tetapi menurut Kant, manusia itu tidak akan selalu mencapai kondisi keutamaan. Tidak akan pernah mencapai kesesuaian kehendak dengan hukum moral. Karena apabila manusia bisa mencapai kesesuaian ini tanpa putus maka itu adalah kesucian dan tidak ada manusia yang mencapai kesucian mutlak. Manusia hanya akan selalu berusaha untuk mencapai kesucian itu, dan itu adalah perjuangan tanpa akhir. Karena egoisme dan sifat dasar manusia lainnya, maka perjuangan mencapai kesucian itu adalah perjuangan tanpa akhir. Oleh sebab itu, keutamaan menjadi yang menjadi elemen kebaikan tertinggi yang merupakan tujuan akhir dari hukum moral tidak akan pernah bisa direalisasikan selama manusia hidup.
  • Dengan kata lain kondisi ideal kondisi ideal dimana terjadi kesesuaian antara kehendak dan hukum moral adalah jika manusia sudah tidak memiliki kehendak (mati), tetapi apabila setelah mati tidak ada kehidupan maka kondisi ideal itu juga tidak akan tercapai. Oleh sebab itu, maka hukum moral mengandaikan bahwa jiwa itu abadi. Bahkan setelah raga ini mati jiwa akan selalu abadi untuk mencapai kondisi ideal berupa kebaikan tertinggi.

  • 3. Keberadaan tuhan. Telah dijelaskan bahwa kebaikan tertinggi atau summum bonum memiliki elemen keutamaan dan kebahagaiaan. Keutamaan adalah kesesuaian antara kehendak dengan hukum moral dan dari keutamaan inilah muncul kebahagiaan. Kebahagiaan sendiri adalah kondisi di mana realitas manusia sesuai dengan keinginan dan kehendaknya. Tapi hal itu tidaklah mungkin karena manusia bukan yang mahapengatur yang bisa mengharmoniskan dunia fisik sesuai dengan kehendak dan keinginannya. Tapi justru itulah yang diandaikan apabila kita memiliki keutamaan. Kebahagiaan diandaikan sebagai sintesis dari dunia fisik, kehendak, dan keinginan. Realitas inilah yang kemudian disebut tuhan. Tuhan adalah penyebab tertinggi alam sejauh alam itu diandaikan untuk kebaikan tertinggi atau tuhan adalah pencipta alam fisik yang sesuai dengan kehendak dan keinginan-Nya.
  • Apabila kita bertindak sesuai hukum moral maka akan membawa kita pada keutamaan dan keutamaan akan membawa kita pada kebahagiaan dan kebahagiaan adalah kondisi di mana terdapat kesesuaian antara alam fisik dengan kehendak dan keinginan. Dan yang memiliki kesesuaian ketiga elemen ini adalah tuhan. Maka, dengan berbuat baik kita akan sampai pada realitas keberadaan tuhan. Artinya hukum moral mengandaikan keberadaan tuhan.
  • Dari uraian di atas bisa diambil kesimpulan bahwa hukum moral mensyaratkan keberadaan tuhan. Tuhan memang tidak bisa dibuktikan secara logis tetapi bisa dibuktikan melalui hukum moral. Ke-3 syarat hukum moral harus diandaikan ada, karena jikalau tidak ada maka sistem moral tidak ada, padahal pada kenyataannya kebaikan selalu ada. Maka oleh sebab itu, tuhan pun harus diandaikan ada.

  • D. Respon Iman Kristen
  • 1. Begitu pula konsep Tuhan yang mahasempurna tidak serta merta menjadikan Tuhan itu ada secara nyata (menolak eksistensi Allah).
  • Kita harus setia percaya kepada Allah Alkitab, yaitu Allah yang berpribadi, berdaulat, hidup, benar, tidak terbatas, sempurna, tidak kelihatan, tanpa tubuh, kekal, kudus, bebas, penuh kasih karunia, berlimpah kebenaran dan kebaikan, tidak dapat dibandingkan, sumber segala yang ada, mengontrol segala sesuatu dan memimpin semuanya kepada akhir yang ditetapkan-Nya. Pribadi Allah ini hanya bisa dikenal melalui iman, dan tidak dipahami oleh akal manusia yang terbatas, tidak dapat diselidiki dengan penyelidikan yang terbatas. Kekayaan, hikmat, dan pengetahuan-Nya sangat dalam. Allah yang tidak dapat dimengerti secara tuntas.
  •  
  • 2. Adanya arsitek dunia yang aktivitasnya mungkin dibatasi oleh kapasitas makhluk padanya arsitek itu bekerja, dan bukan kerator dunia yang kepadanya segala sesuatu tunduk.
  • Allah, Pencipta Agung segala sesuatu, menopang, mengendalikan, mengatur, dan memerintah semua makhluk, kejadian dan dalam hal yang paling besar hiingga yang paling kecil, melalui pemeliharaan-Nya yang berhikmat sempurna dan mahakudus, menuntut pra-pengetahuan-Nya yang tidak dapat keliru, dan menurut kehendak-Nya sendiri, yang bebas dan tak dapat berubah-ubah. Dari sudut pandang pra pengetahuan Allah, yang adalah Penyebab pertama, semua hal berlangsung dengan cara yang tidak dapat diubah atau digagalkan. (Pengakuan Iman Westminster)

  • 3. Alam semesta adalah objek indrawi dana lam semesta bergantung pada objek yang supraindrawi (tuhan) adalah tidak sah secara logis. Argument ini tidak serta merta membuktikan tuhan itu ada.
  • Kita menerima Alkitab sebangai penyataan Allah yang mutlak, tetapi Kitab Suci menyatakan adanya sesuatu di luar Alkitab, yang menimbulkan pengertian tentang Allah. Dalam hal ini  kita harus hati-hati agar tidak membuka peluang bagi natural theology (teologi natural) yang menganggap bahwa manusia bisa mengenal Allah secara tuntas dan sempurna. Allah menyatakan dan memperkenalkan diri-Nya kepada manusia sehingga, melalui tindakan tersebut, manusia dimungkinkan beroleh pengenalan terhadap Allah. Penekanannya bahwa bukan manusia yang mengenal Dia, tapi Allah yang berinisiatif terlebih dahulu memperkenalkan diri-Nya. 

  • 4. Hukum moral mengenai kewajiban melakukan kebaikan dan perbuatan baik untuk mencapai keabadian jiwa dan mengandaikan keberadaan Tuhan.
  • Yang merupakan perbuatan baik hanya perbuatan yang Allah perintahkan dalam firman-Nya yang kudus, bukan yang tanpa perintah Firman itu direka-reka oleh manusia, karena fanatisme buta atau dengan dalih mengupayakan sesuatu yang baik. Perbuatan baik yang dilakukan dalam ketaatan pada perintah Allah adalah buah dan bukti yang sejati dan hidup. Kemampuan untuk berbuat baik tidak datang dari diri sendiri, tetapi dari Roh Kudus. Jadi sekalipun kita mencapai ketaatan tertinggi yang dapat dijangkau dalam kehidupan ini, sama sekali tidak mampu menghasilkan amal berlebih dan berbuat melebihi tuntutan Allah. 

  • 5. Anugerah dan keselamatan bahwa Allah melakukan bagi manusia apa yang tidak dapat diperbuat manusia untuk dirinya sendiri ... digantikan dengan suatu agama yang bersikeras menolong diri sendiri.
  • Anugerah Allah merupakan kebaikan Allah atas manusia berdosa yang tidak layak diampuni, dikasihani dan ditebus, namun karena kasih dan anugerah Allah, manusia dapat diselamatkan. Anugerah Allah yang menyelamatkan adalah mutlak hanya anugerah Allah semata-mata, tanpa sedikitpun peran, usaha dan jasa dari manusia. 

  • 6. Tuhan hanya bisa didekati melalui iman dan iman itu dilandasi hokum moral... Agama sejati tercapai  bukan karena mengetahui atau mempertimbangkan apa yang Allah lakukan atau telah diperbuat bagi keselamatan kita tetapi di dalam apa yang harus kita lakukan agar layak menerimanya.
  • Iman bukanlah kontribusi manusia. Iman bukanlah kemampuan dan/atau usaha manusia, melainkan iman adalah pemberian (karunia) Tuhan, bukan manusia. oleh karena itu, kita boleh berkata "kalua kita percaya, itu hanya oleh kasih karunia-nya. Ia menjadikan kita orang beriman, yaitu beriman kepada Yesus Kristus yang adalah kebenaran".  Iman adalah anugerah Allah bagi manusia berdosa. Iman adalah hasil pekerjaan Roh Kudus, yang membawa manusia manusia menjadi manusia baru yang berespon dengan mengaku Yesus sebagai Juruselamat (pertobatan), selanjutnya Roh Kudus akan memimpin dia untuk taat dalam iman sampai akhir. 

KEPUSTAKAAN

  • Colin Brown, Filsafat dan Iman Kristen (Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1994)
  • Dr. Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 2 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1980)
  • Ramly B. Lumintang, Bahaya Postmodernisme dan Peranan Kredo Reformed (Batu: Departemen Literatur PPII, 2010)
  • Stevri Indra Lumintang, Theologian Reformasi Gereja Abad XXI, Gereja Menjadi Serupa Dunia (Jakarta: Genewa Insani Indonesia, 2017)
  • Van Den End, Institutio (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2015)
  • http://syaebani.blogspot.com/2011/05/pembuktian-keberadaan-tuhan-menurut.html?m=1

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun