Mohon tunggu...
Nia Kurniasih
Nia Kurniasih Mohon Tunggu... Praktisi Pendidikan , Mahasiswa S2 Pendidikan

"Membuka Mata Dengan Jari"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Gerakan Literasi Sekolah di PAUD Formal : Membentuk Budaya Membaca Sejak Dini

25 September 2025   19:33 Diperbarui: 25 September 2025   19:33 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Design by canva : Gerakan Literasi Sekolah

Jakarta -- Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) formal kini menjadi garda terdepan dalam pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang dicanangkan pemerintah. Literasi tidak hanya dipahami sebatas kemampuan membaca dan menulis, melainkan sebagai upaya menumbuhkan budi pekerti, memperkaya wawasan, dan menanamkan budaya belajar sepanjang hayat.

Seorang guru PAUD formal di Jakarta menjelaskan, GLS diterapkan melalui kegiatan literasi sederhana tetapi konsisten. "Di PAUD tempat saya mengajar, anak-anak membaca buku cerita bergambar selama 10--15 menit sebelum pembelajaran dimulai. Setelah itu, mereka menceritakan kembali isi bacaan dengan kata-kata sendiri atau melalui gambar," ungkapnya.

Selain pembiasaan membaca, sekolah menyediakan pojok baca di setiap kelas, lengkap dengan koleksi buku ramah anak. Guru juga rutin mengadakan kegiatan mendongeng, membaca nyaring (read aloud), dan literasi berbasis proyek seperti membuat buku mini, bermain peran, hingga menampilkan cerita sederhana. Dengan pendekatan menyenangkan, anak-anak tidak merasa terbebani, melainkan antusias berpartisipasi.

Guru tersebut menekankan pentingnya strategi kreatif dalam menumbuhkan minat baca. Ia mencontohkan penggunaan boneka, ilustrasi berwarna, hingga ekspresi dramatis saat bercerita agar anak lebih tertarik. "Literasi di PAUD harus disajikan sesuai tahap perkembangan. Dengan cara itu, keterampilan bahasa, imajinasi, dan rasa percaya diri anak berkembang secara alami," ujarnya.

Tidak kalah penting, keterlibatan orang tua juga menjadi faktor pendukung utama. Di PAUD formal, orang tua kerap diminta hadir untuk mendongeng di kelas, berdonasi buku, atau sekadar membacakan cerita bersama anak di rumah. Dengan sinergi tersebut, budaya literasi tidak hanya tumbuh di sekolah, tetapi juga berlanjut di lingkungan keluarga.

Sekolah pun mendapat dukungan dari pemerintah melalui penyediaan fasilitas, pengadaan buku, hingga program literasi tematik. Namun demikian, guru PAUD masih menghadapi kendala, terutama terkait keterbatasan bahan bacaan yang sesuai usia anak dan perlunya peningkatan keterlibatan orang tua secara merata.

Sebagai langkah ke depan, guru PAUD formal ini menilai bahwa kolaborasi antara sekolah, orang tua, dan masyarakat harus terus diperkuat. Selain itu, guru juga membutuhkan pendampingan dan pelatihan berkelanjutan agar mampu menghadirkan kegiatan literasi yang inovatif.

"Harapan kami, Gerakan Literasi Sekolah benar-benar menjadi budaya yang hidup di PAUD formal. Jika anak terbiasa membaca sejak dini, mereka akan tumbuh menjadi generasi pembelajar sepanjang hayat," pungkasnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun