Mohon tunggu...
Ni Putu Dian Pratiwi Kubayan
Ni Putu Dian Pratiwi Kubayan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Undiksha

A Girl Who Love Music, Literature and History

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Korupsi adalah Kutukan bagi Hati Manusia Serakah

17 Desember 2021   09:03 Diperbarui: 17 Desember 2021   09:03 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Agama Hindu memandang korupsi sebagai dosa karena telah melanggar ajaran Tri Kaya Parisudha yaitu berpikir, berkata dan berbuat baik. Korupsi juga diaggap sebagai kejahatan dan diibaratkan dengan penyakit kronis yang sulit untuk hilang. Dalam Agama Hindu tindakan korupsi dinilai bagian dari Panca Ma yang terdiri dari Madat (Pecandu), Memunyuh (Mabuk-mabukan), Memotoh (Berjudi), Madon (Bermain perempuan) dan yang paling realistis dari tindakan korupsi adalah Mamaling (Mencuri/Korupsi). 

Selain melanggar ajaran Tri Kaya Parisudha tindakan korupsi juga melanggar ajaran Catur Purusa Artha yaitu, empat tujuan hidup manusia yang terdiri atas Dharma (Kebenaran), Artha (Harta), Kama (Keinginan), Moksa (Alam Brahman). Tindakan korupsi sudah melanggar Dharma untuk mendapatkan harta.

Dalam kepercayaan Agama Hindu pula, sifat rakus ingin korupsi saat ini telah memasuki zaman Kali, salah satu cirinya adalah banyaknya tindakan korupsi yang dilakukan. Namun apa yang mendasari manusia bisa melakukan korupsi kalau sudah mengehtahui bahwa korupsi adalah tindakan yang jahat serta hina karena rakus dan mencuri hal yang tidak seharusnya? Sama hal nya dengan berbohong, Kenapa banyak manusia yang mudah sekali mengucapkan kebohongan dan malah sudah menjadikan hal yang biasa pula. Hal ini lah yang patut kita ketahui sebagai umat Hindu. 

Penyebab terjadinya itu semua adalah karena manusia tidak bisa mengendalikan Sad Ripu. Sad Ripu adalah enam musuh yang ada dalam diri manusia, Sad Ripu terdiri atas Kama (Keinginan), Lobha (Rakus), Krodha (Marah), Moha (Bingung), Mada (Mabuk harta) dan Matsarya (Dengki) yang sudah jelas menggambarkan sisi buruk kita sebagai manusia. Korupsi mungkin membuat manusia tamak bahagia, namun jika manusia tidak pernah mengendalikan hawa nafsunya dengan baik, hal apapun yang dicapainya di dunia ini tidak akan pernah puas. 

Agama Hindu juga telah menyadari akan terlahir manusia-manusia yang tamak dan serakah, dalam konsep Hindu zaman yang disebut Kali Yuga atau zaman kegelapan spiritual yang merupakan zaman terakhir dari sebelumnnya yaitu Dvaparayuga, Tretayuga dak Kertayuga. Zaman Kali juga digambarkan sebagai merosotnya kualitas moral disemua aspeka kehidupan, umur manusia semakin pendek, anak berani melawan orangtuanya, kejahatan merajalela, muncul sifat manusia yang hanya mementingkan kepentingan pribdai dan golongan serta banyak orang yang berkecukupan melakukan korupsi.

Namun ada saatnya manusia-manusia yang memiliki sifat yang tamak ini mendapatkan balasan dari perbuatannya. Manusia yang tamak atau suka korupsi, dipastikan hidupnya tidak akan bahagaia dan selalu penuh dengan cobaan. Bukan hanya sang pelaku korupsi namun juga akan berimbas kepada keluarga serta keturunannya. 

Dalam Bhagavata Purana 12.3.25 dijelaskan bahwa ketika zaman Kali, orang-orang cenderung rakus, beperilaku jahat (Korupsi) dan tidak mengenal belas kasihan. Korupsi dalam pandagan Agama Hindu merupakan suatu perbuatan yang bertentangan dengan kaidah-kaidah umum yang berlaku di masyarakat. Selain bertentangan dengan Dharma atau hukum Rta. Dharma sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan Rta yang tidak bisa dilawan dan ditawar oleh siapapun.

Setelah kematian, Moksa adalah tujuan akhir hidup para manusia yang sudah meninggal, namun manusia yang tidak bisa mengendalikan hawa nafsu tentunya tidak bisa mencapai Moksa. Karena semua itu adalah kerja dari hukum karma atau hukum sebab akibat yang bisa diartikan sebagai "Apa yang kamu tabur, itu yang kamu tuai" dan besar kecilnya suatu perbuatan akan membuahkan hasil. 

Untuk mencapai sebuah tujuan akhir dari hidup, harus senantiasa berada di jalan Dharma. Kita manusia, pastilah memiliki dosa, namun karena kita manusia lah kita yang diberkati dengan akal dan pikiran, harus merenungkan bagaimana cara kita sebagai manusia untuk menjalani hidup. Jangan takut terhadap manusia, karena apapun yang kira perjuangkan untuk berusaha hidup dalam kebenaran, Yang Maha Kuasa, selalu senantiasa melihat dan melindungi kita.

Ni Putu Dian Pratiwi Kubayan/Biologi dan Perikanan Kelautan/Undiksha

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun