Mohon tunggu...
Nurul HafizhahSeptiriza
Nurul HafizhahSeptiriza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Batagak Gala dalam Budaya di Masyarakat Minangkabau

25 Januari 2022   00:02 Diperbarui: 25 Januari 2022   09:00 6307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Minangkabau merupakan salah satu suku bangsa yang ada di Indonesia yang memiliki beragam bentuk kebudayaan. Melalui sebuah proses sejarah dan dianamika kehidupan yang memakan waktu panjang, kebudayaan Minangkabau telah melahirkan beragam macam tradisi dan kebudayaan yang berkembang di masyarakat yang masih dilakukan hingga sekarang. 

Tradisi merupakan sebuah adat atau kebiasaan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat yang telah diwariskan secara turun temurun dari generasi sebelumnya. Tradisi sendiri merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari kebudayaan, karena sejatinya budaya merupakan hal yang memiliki tingkatan yang paling tinggi dan abstrak dari adat istiadat.

Salah satu tradisi yang ada di dalam kebudayaan Minangkabau yaitu pemberian gelar kepada menantu (sumando). Tradisi ini merupakan hal yang lumrah dilakukan dikalangan masyarakat minangkabau. Tradisi ini dilakukan kepada laki laki yang baru menikah sekaligus untuk membedakan laki laki yang sudah menikah dan belum menikah di Minangkabau. Pada masa berdirinya Nagari Pariangan yaitu nagari yang tertua di minangkabau, pengangkatan gala atau gelar ini sudah dilakukan kepada sumando, hal ini tertuang dalam pepatah yang berbunyi :

"Pancaringek tumbuah di paga

Diambiak urang ka ambalau

Ketek banamo gadang bagala

Baitu adaik di Minangkabau"

Pepatah ini bermakna bahwa semua laki laki akan mendapat gelar dari ninik mamak (paman) ketika sudah menikah. Di Minangkabau tergadap 3 gelar pusaka yang berbeda sifat, yang pertama Gala Mudo (Gelar muda), Gala Sako (Gelar pusaka kaum), Gala Sangsako (Gelar kehormatan). Gelar yang diberikan sering dikaitkan dengan ciri fisik, sifat dan status orang yang akan menerimanya.

Pemberian gelar sendiri harus dilakukan dalam ritual upacara pernikan di Minangkabau. Pemberian gala ini dilakukan dalam upacara yang disebut Batagak Gala. Acara ini dilakukan di dirumah keluarga mempelai laki laki yang dihadiri oleh kerabat dari pihak laki laki. Secara adat sifat kedudukan sumando terbagi dua pertama menjadi orang lain yang menjadi pendatang di rumah istrinya dan yang kedua merupakan orang yang harus dihormati. Sumando harus di hormati karana dipertaruhkannya keberlangsungan keturunan kelurga sang istri. Selain itu sumando juga mempunyai kewajiaban untuk menjaga keseimbangan baik ekonomi maupun sosial atar anggota keluraganya dan keluarga istri.

Tradisi Batagak gala di Minangkabau masih dilestarikan dan dilakukan hingga sekarang, namun seiring berjalannya waktu dan perkemabangan zama, orang semakin banyak pergi merantau, diantaranya untuk memperbaiki perekonomin, menjalankan pendidikan, menikah hingga pergi keluar negeri, seperti yang dilakukan pejuang kita terdahulu, mereka merantau untuk memperjuangkan kemerdakaan Indonesia hingga tidak memiliki gala. 

Seperti bapak Hatta yang tidak memiliki gelar dan suku. Kekek Hatta berkata bahwa hal ini berkaitan dengan tradisi merantau yang dilakukkan Hatta saat berumur 19 tahun dan kembali 13 tahun kemudian (Hatta, 1982).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun