Mohon tunggu...
Istikhana Nurulhuda
Istikhana Nurulhuda Mohon Tunggu... -

nH : kata membentuk sebuah kata dalam renungan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kepastian (Baik dan Terbaik)

5 April 2013   11:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:42 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Penantianmenunggu restu dari orang tuaku belum usai,, emangbenar bahwa penantian itu sangat menyakitkan... aku butuh jawaban ya! dari bapak dan ibu. Sebenarnya bapak udah menyetujui hubunganku dengan yogi. Dan orang tua yogi pun telah setuju dengan hubungan kami. Meski awalnya mereka juga tak menyetujui. Walau ibu yogi masihsetengah-setengah menyetujuinya.tapi tak apalah. Kini aku harus menyakinkan ibuku bahwa yogi adalah pilihan yang tepat untukku.“ibu...bagaimana jawaban ibu bolehkah aku dan yogi bersanding di pelaminan?”tanyaku sambil memelas.. “mbak... bukanya nggak boleh.. .di luar sana masih banyak yang pantes buat mbak??, dan mau dengan mbak?? kenapa harus yogi?..... Jawab ibuku dengan meneteskan air mata Dengan raut muka kecewa aku segera menuju kamarku.. dan meninggalkan ibuku. dalam sahdun malam aku bersimpuh kepadamu. Memohon keridhoanmu di dalam sujudku kulantunkan doa serta harapan supaya ibuku segera merestui hubunganku dengan yogi untuk mejalankan separuh agama. Sebenarnya ibuku bukan nggak suka sama yogi melainkan nggak suka sama orang tua yogi terutama dengan ibunya yogi. Ibuku ama ibunya yogi sering berselih paham seringnya dalam berbagai hal. Ibuku jelasmerasa nggak cocok. sama-sama enggak mau mengalah. Karena ibu Maklum aku dan mas yogi emang bertetangga dekat rumah kami hanya berjarak tiga rumah , nggak sampai 100meter jarak rumahku dan rumahyogi. *** Aku dan yogi awalanya hanya berteman. kami berteman sejaktaman kanak-kanak/ Tk. Seingetku tapi kayaknya sebelum tk. Kami berteman ya berteman biasa nggak ada rasa apa-apa seperti anak-anak yang lain. Awalmasuk sekolah dasar/sd. intensitas pertemuan kami lebih dari pada sebelumnya.. (hhee agak alay..) . ya begini karna bapak sam ibu masi di kantor dan baru pulang sore. Jadi aku sering maen di rumah yogi. Sedang adek-adekku masi di titipin. Mulanya tak ada rasa apa-apa. mungkin karena kami sering di ejek dan di pacokin sama para anak-anak muda di sekitar kami. Lama –kelamaan rasa itu pun muncul rasa suka dalam hati ini. Mungkin juga dengan yogi.. yang jelas yogi selalu memberi perhatian yang lebih padaku... meskipun saat itu kami masih pada kecil-kecil tapi rasa cinta muncul dengan sendiri dan tak bisa di pungkiri lagi. Apakah itu ya?? Yang dinamakan cinta monyet.. tapi kenapa cinta monyetku bisa bertahan lebih dari 15 taun... Banyak kejadian yang lucu serta seru pada masa kecil aku dan yogi sulit rasanya untuk melupakan “ketika para anak muda mengata-ngatain aku dan yogi lagi bersama selalu saja mereka bilang kami pacaran . aku dan yogi langsung mengejar mas nunu.. “ihii... lili sama yogi pacaran”... ejekan mas nunu “ihi lili sama yogipacaran”... ejekan mas nunu “ihii............ lili yogi pacaran” ejekan masnunu “ ih mas nunu aku ama yogi nggak pacaran ko...” huu..dengan nada kesal... Jujur aku tak tahu sebenarnya dulu itu aku kesel apa seneng di ejek ama mas nunu.. tapi yogi, tak pernah sedikitt pun marah dengan ejekan para pemuda terutama ejekan masa nunu.. tapi yogi ikut ngejar mas nunu tapi nggak bilang kalo kami nggak pacaran.yang paling smangat mengejeknnya... kata mas nunu aku lucu dan nggemesin lo di ejek-ejek... *** “ponselku berbunyi..barakallahu....??” lagunya maherzain khusus tlp dari yogi “ada apa yog?” tanya ku “ nggak da pa pa dull1?” Jawab yogi.. “udah sholat isya belum dull ?” tanya yogi “lagi nggak sholat bull2 ..” jawabku.. “gimana dull ibuk kamu udah ngasih jawaban ya kah?” tanya yogi “kalu udah aku segera akan pulang dan melamar kamu secepatnya dull.. “aku hanya diam... dan meneteskan airmata... “dull kok kamu nangis, ku kira ibu kamu udah memeri lampu ijo .maap ya dull aku nggak tau?.. tapi kamu wajib smangat minta restu pada ibu kamu . ntar lama – lama ibu kamu bisa luluh kok” kata yogi “ aku hanya diam dan semakin ku menjadi-jadi nangisku...” “ya udah lo gitu dull ,pertanyyanku hanya membuat kamu nangis saja?? Kata yogi Dinginnya angin malam menembus celah-celah jendela kamarku. Bau khas aroam malam hari menyengat dalam dada ini. Pertanya yogi sungguh menusuk ulu hatiku. Aku belum sanggup untuk mengatakan pada yogibahwa ibukku nggak setuju !!.. meskipun aku membujuk 1000 kali. Ibu selalu konsisten denganjawabannya.. *** Sebelum aku kembali keperantauan tiba-tiba aku terbesit ingin pergi ke sawah. Tempat aku dan yogi bermain-main . tak lupa aku membawa kamera kesayangan ku untuk mengabadikan tempat dimana yang biasanya aku dan yogi bersama. Bencanda, bergurau tertawa lepas tanpa dosa. Ingin rasanya aku mengulanginya.. tapi sepertinya tak mungkin. Karena kita udah pada dewasa. segerlah aku mengabadikan tempat yang biasanya aku dan yogiserta teman-teman lain berkumpul. Meski saat ini hanya pohon da rumput bergoyang serta angin sepoy-sepoy yang ada .... sejenak aku memejamkan mata seraya berdoa “ya allah ijinlah aku sama yogi di persatukan dala ikatan pernikahan halalkan lah kami yaallah... ‘harapanku’ Melangkah tuk meninggalkan tempat yang penuh kenangan manis bersama yogi.. rasanya kaki ini pilu tak sanggup saja... dan masih terbayang-bayang masa-masa dulu nan idah sekali. *** Kini tiba saatnya aku kembali kembali ke perantau tuk melanjutkan karir perkerjaanku . Yang telah menjadi cita-citaku sejakSD.. Tiba-tiba hpku bergetar. Aku selalu menggetarkan saja hpku di saat jam kerja ternyata ada telpon dari adekku yang bungsu. Tumben banget ni anak jam sekolah telpon aku.. tapi hati ini tak sanggup untuk menggangkat telpon dari adekku. “Dret..dret... hpku bergetar...” “ada apa dek” sapa ku “ini mbak tadi ibu kecelakaan” kata adekku “haa... parahkah??” jawabku dengan terkejut “banget...” jawab adekku “cepetan pulang sekarang juga” Air mata ini tak berhenti menetes dari mataku mengalir sangat deras seperti air hujan yang turun dengan lebat. Tiba teman-temanku yang pada sibuk bekerja menghampiriku. Mereka bertana-tanya kenapa-kenapa? Ada apa? Ada apa?.. aku hanya nangis semakin deras saja air mata ini mengalir. . aku menjawab pertanyaan dari teman-teman di sekililingku dengan tersenggal-senggal. Aku mengatakan bahwa ibu aku kecelakaan kata adekku parah banget... . Setelah aku tenang kembali ku pegang hpku tak sanggup rasanya jari ini mengetik sms kepada yogi “yog ibu aku kecelakaan kata adek aku sekarang lagi kritis, sekarang aku mau pung ke rumah” smsku pada yogi “haa... kecelakaan di mana?”.. tanya yogi “nggak tau yog adekku nggak bilang, sekarang aku mau pulang” jawab aku “okey hati-hati ya sayang” balesan sms yogi. *** Dalam perjalanan menuju rumah dada ini semakin sesak, rasa nggak kauran menyelimuti perjalan pulang ku ke rumah sepanjang perjalanan aku hanya meneteska airmata. Sesekali penumpang yang lain ngliatin aku mungkin batinnya kenapa tu orang nagis terus dari tadi. Namun tak ada yang menegurku mungkin mereka takut kepadaku atau mereka membiarkan aku menagis supaya aku merasa lega.... akhirnya perjalan yang paling lama ini mengantarkanku segera sampai rumah juga. Aku turun di terminal bayangan yang tak begitu jauh jaraknya dengan rumahku. Secara spontan aku mau menerima tawaran tukang ojek... tuk menaiki motornya. Karena takut akan terjadi apa-apa dan rasa ini sudah ta karuan aku membayar upah di muka untuk tukang ojek meski awalnya pak ojek nggak mau namun dengan paksaanku luluh juga, ternyata oh ternyata. rasa yang ku rasakan yang nggak karuan ini dan inilah jawabannya terjawab sudah. Terdapat bendera merah yang di kibarkan di depan rumah dan banyak tetangga yang berdatangan di rumahku ramai sekali menggambarkan suasana duka cita di rumahku. Kakiku tak sanggup untuk melangkah tiba-tiba kaki ini pun pilu tak sangunggup untuk berjalan walau selangkah. Meski ku mencoba untuk menegarkan hati ini tuk menerima kenyataan yang tlah terjadi.Aku benar-benar nggak kuat tuk melangkahkan kaki ini. Rupanya aku udah tidak sadarkan diri dalam beberapa menit . sudah banyak saudara yang mengeliliku dan berusaha menyadarkan diriku. Dalam keadaan setengah sadar aku terus berusaha untuk tegar. Aku mencoba menguatkan hati ini menerimah sebuah takdir yang telah di gariskan oleh Allah. Aku melihat ibuku sudah terbujur kaku. Tiba-tiba air mata ini menetes sangat deras sekali, entah berapa barel air mata yang tlah keluar dari mataku. Aku berusaha tetap kuat supaya adek-adekku juga tetap kuat. Aku membuka kain kafan yang menutupi wajah ibuku, ibuku terlihat tenang meninggalkan dunia ini kelihatan bahagia. Dan aku seperti melihat ibu tidur pulas serta memberi senyum kepadaku. Aku sejenak berfikir bahwa ini adalah yang terbaik utuk ibuku. Aku ikhlas penuh karena ini lah yang terbaik baginya. Tiba saatnya tuk mengantarkan ibuku ke peristirahatan terakhir. Sepanjang perjalanan menuju makam kulantunkan doa tuk ibu. *** Tujuh hari sudah ibu meninggalkan aku tuk selama-lamanya.... aku dan adek-adekku sudah kelihatan tegar sertakuat menerima takdir. Berbeda dengan bapak, bapak sekarang malah terlihat sangat terpukul sekali. Bapak malah sering sekali menteskan air matanya. Kini tiba saatnya aku kembali lagi di negeri perantauan. Rasanya tak sanggup tuk meninggalkan bapak dalan kondisi seperti itu seperti orang frustasi tak mempunyai gairah hidup. tuntutan profesilah yang menyuruhku kembali ke perantauan. Aku menghampiri bapakku yang duduk di teras depan yang lagi merenung. bapak aku pamit mau berangkat. Kataku pada bapak. Ya hati-hati jaga diri baik-baik. *** 6 bulankemudian......... Sik..asik... lagunya ayu ting-ting berbunyi tandanya ponselku berdering...rupanya telpon dari bapak “Hallo... assalamualaikum.... kataku mengawali pembicaraan telpon. “wa alaikum salam” jawab bapak “gmana kabarnya?? Tanya bapak.. “alhamdulilah pak.. jawabku.. lha “lha bapak kabanrya gimana?? “alhamdulilah mbak, baik. Jawabnya. Syukur Alhamduliah bapak dalam keadaan baik, rupanya bapak sudah bisa menerima kepergian ibu, dan tak terlalu larut dalam kesedihan yang terus-menerus. “mbak kapan pulang, bapak kangen. Di rumah sepi.” Kata bapak “mungkin H-5 pak, sama kalo kangen mah, aku juga kangen pak” jawabku. “mbak... kemarin orang tuanya yogi ke rumah. Nanyain kamu gimana masih jadi sama yogi nggak..?. mereka ingin segera melamarmu.. katanya mereka udah pengen menimang cucu..” pernyataan bapak seperti menamparku dalam kegalauan. “trus bapak jawab apa?” Jawabku “bapak bilang semua bapak serahin ke kamu mau jawab apa?: kata bapak.”.kata bapak “owh... ya pak, kita bicarakan di rumah aja ya?” jawabku “okey... Alhamdulilah, kini aku sibuk mencari jawaban tersebut. Dan di akhir ramadhan ini semoga aku dapat menumukan jawaban yang pas. *** “tok..tok...” “assalamualaikum” Rupanya ada tamu.. sepertinya suara pak. Juar.. bapaknya Yogi... kulirik lewat Jendela owh ternyata benar Pak juar. Haaa pak nggaksendiri ada Yogi dan kedua pamannya. ada apa ya? Ku mulai bertanya-tanya dalam diri...? “eh mbak, ada tamu kok nggak di suruh masuk malah di lirikin aja” colotehan arfan adeku paling kecil “hii kamu, kamu yang bukain pintu aja yah!!, aku tak nyiapin minuman ok” paksaanku. “ ya deh “ jawabnya dengan ter paksa. Lalu akuke dapur buatin minum sekalian nyiapin makanan ringan atau sneklah buat di hidangin ke mereka yang bertamu. Mereka rupanya udah berada di ruang tamu, dan bapak juga sudah menyambut kedatangan mereka, mereka berbicara panjang lebar entah aku nggak tau mereka udah ngomongin apa. Kini tiba saatnya aku membawa baki berisikan 5 gelas teh anget siap tuk mereka yang ber tamu di dirumah ini. “silahkan pak di nikmati seadanya?” ucapanku. “mbak duduk dulu di sini.” Pinta bapak. “ia pak” jawabku dengan sedikit malu. “mbak pak juar mau ngomong sama mbak” kat bpak “wah kayak kok serius banget ya” kataku. “langsung aja ya? mbak lili sama Yogi kan sudah sama-sama dewasa, kedatangan pak juar kesini mau melamar mbak lili untuk Yogi? Gimana mbak lilil mau? Yogi tersenyum kepadaku, aku terdiam seribu bahasa, jujur bingung mau jawab apa, tiba-tiba air mataku menetes sendiri tanpa sadar. sebenarnya aku telah memperoleh jawaban lewat sholat istikhoroh, jawaban ini sangat pedih tuk di katakan. Aku takut mereka sakit mengdengar jawaban ini. Terutama Yogi. Melihat Yogi, lagi-lagi tak sanggup tuk mengatakan.. meskipun pahit ini harus ku katakan! “ gima mbak lili?” desak pak juar “sebelumnya waktu kedatangan pak Juar dan ibu datang kemari tuk melamarku. Akhir ramadahan lalu bapak juga udah cerita, dan pada saat itu juga aku mulai mencari jawaban yan terbaik untuk kedua keluarga. Semoga ini jawaban yang baik dan terbaik untuk semua.. ya... semoga Yogi mendapatkan wanita yang lebih baik dan terbaik dan wanita tersebut bukan lili.” Jawabanku dengan sedikit meneteskan air mata. Ya Allah semoga ini yang terbaik tuk kedua belah pihak keluarga. Aku hanya ingin menikah jikalau kedua belah pihak keluarga merestui. Aku selalu ingat kata ibuku bahwa masih ada lelaki yang terbaik untukku tapi bukan Yogi. Memang ibuku lah yang menentang hubungankudengan Yogi. Ibuku lah yang bersi kokoh tuk tak merestui hubunganku. Aku hanya ingin menuruti pesan-pesan ibu di akhir hayatnya. Aku tak menyesal dan tak kan pernah menyesal melontarkan jawaban tersebut. The end..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun