Mohon tunggu...
Gede Ngurah Dananjaya Kajeng
Gede Ngurah Dananjaya Kajeng Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang remaja umur 18 Tahun yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Pendidikan Ganesha, Fakultas Teknik Kejuruan, Jurusan Teknik Informatika dan Program Studi Pendidikan Teknik Informatika

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dirayakan Berdekatan: Mari Lebih Tahu Hari Kuningan dan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1946

7 Maret 2024   13:07 Diperbarui: 7 Maret 2024   13:15 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari Nyepi adalah perayaan Tahun Baru Saka, yang tahun ini berganti ke Tahun Saka 1946. Hari Nyepi diartikan sebagai hari untuk penyucian diri manusia dan alam yang dilakukan oleh semua Umat Hindu dimanapun berada. Selama perayaan Nyepi, semua aktivitas di Pulau Bali benar benar terhenti, kecuali unit unit pelayanan kesehatan masyarakat pusat.

Rentetan perayaan Hari Nyepi diawali pada sehari sebelum hari Nyepi yang biasa disebut Hari Pengrupukan. Di hari ini semua umat Hindu melakukan Tawur Kesangan (Mecaru) yang dimaksudkan untuk menyucikan roh roh jahat yang ada di lingkungan rumah dengan melakukan bunyi bunyian serta membawa sarana api, tirta, dan bija (Beras) sambal berkeliling keseluruh area rumah. 

Tidak hanya itu, umat Hindu juga menghaturkan Segehan / nasi sesajen yang memiliki warna di area depan rumah, lengkap dengan Sanggah Cucuk dan berbagai Banten lainnya. 

Tawur Kesanga biasanya dilaksanakan umat hindu di sore hari sebelum hari mulai gelap atau disebut Sandi Kala. Setelah upacara Mecaru, remaja remaja di Bali biasanya akan berangkat menuju Balai Banjar untuk Mengarak Ogoh Ogoh yang sudah di buat.

 Ogoh Ogoh dibuat sejak jauh jauh hari bahkan beberapa bulan sebelum Hari Pengrupukan. Ogoh Ogoh diciptakan sebagai perwujudan Bhuta Kala atau Roh jahat yang akan diarak disekeliling area Banjar diiringi dengan seka Gong Baleganjur yang pada akhirnya ogoh ogoh tersebut akan di bakar untuk menyucikan Bhuta Kala atau Roh Jahat yang ada. 

Jaman sekarang Tradisi Ogoh Ogoh juga dilombakan dan diadakan festival di beberapa tempat sebagai salah satu Upaya pelestarian budaya, tanpa mengurangi esensi sejatinya. Upaya ini dilakukan oleh pemerintah sebagai salah satu support budaya lokal serta kepada karang taruna banjar atau disebut dengan Seka Teruna Teruni.

Usai perayaan Pengrupukan dan pembakaran Ogoh Ogoh tersebut, keesokan harinya, dimulai saat jam 6 Pagi Umat Hindu kemudian merayakan Hari Nyepi dengan melaksanakan Catur Brata Penyepian (4 Cara Pengendalian Diri). 

Catur Brata Penyepian terdiri dari Amati Gni yaitu tidak menyalakan Api alias bergelap gelapan hingga malam hari tanpa menyalakan sumber pencahayaan satupun, Amati Karya yaitu tidak bekerja, Amati Lelunganan yaitu tidak berpergian dan beraktivitas diluar rumah, serta terakhir Amati Lelanguan yaitu tidak bersenang senang. 

Di Hari Nyepi kita dimaksudkan untuk melakukan perenungan atau semedhi untuk menyucikan diri serta mengevaluasi apa saja kesalahan kesalahan kita sebelum sebelumnya. Tidak hanya melakukan perenungan, kita juga bisa membaca buku buku atau kitab kitab suci sebagai upaya lainnya dalam menyucikan diri. 

Selama kegiatan Penyepian, para pecalang atau penjaga keamanan lokal milik banjar akan bekerja sama dengan polisi untuk melakukan pengamanan lingkungan untuk menertibkan jika ada pihak pihak yang melanggar. Pihak pihak yang dipersilakan untuk berpergian selama Penyepian hanya jika memiliki urusan genting, sebagai salah satu contohnya adalah ibu yang memiliki anak bayi yang menuju ke fasilitas kesehatan. 

Berkat perayaan Hari Nyepi di Bali tidak hanya berdampak di Bali saja, namun juga ke satu Indonesia bahkan dunia. Berkat Hari Nyepi masyarakat dapat menghemat sekitar satu juta liter bahan bakar, menginspirasi World Silent Day, bahkan sampai mengurangi Global Warming dengan mengurangi polusi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun