Mohon tunggu...
Ngainun Naim
Ngainun Naim Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Penulis buku JEJAK INTELEKTUAL TERSERAK (2023). Dosen UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung Jawa Timur. Pengelola http://www.spirit-literasi.id. dan http://www.ngainun-naim.blogspot.com.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Senja, Sawah, dan Jejak Kenangan

23 Februari 2023   16:30 Diperbarui: 23 Februari 2023   16:35 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ngainun Naim

Kenangan adalah hal terindah yang dimiliki manusia. Semua manusia memiliki memori dan mimpi mengenai masa lalu. Kembali ke masa lalu jelas mustahil. Hal yang bisa dilakukan adalah mengenangnya.

Betapa indahnya mengenang kisah yang telah berlalu. Sesungguhnya semua ingin mengenang tapi tidak semua memiliki keberanian untuk melakukannya. Hal ini disebabkan karena ada ketakutan dalam diri untuk mengenang. Ketakutan akan keburukan kisah hidup atau perilaku. Ketakutan akan kehidupan yang sekarang. Ketakutan demi ketakutan yang menjadikan masa lalu sebagai trauma, bahkan sekadar untuk mengenangnya.

Indah/dokpri
Indah/dokpri

Mari kita lihat reuni. Sebagian besar dari kita pernah hadir di acara reuni. Acara yang sesungguhnya merupakan momentum untuk mengenang bagi yang memiliki keberanian. Mereka bisa menunjukkan capaian yang layak dibanggakan selepas kebersamaan pada rentang waktu tertentu.

Namun pengalaman yang ada selama ini menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil saja yang berani hadir. Reuni hanya akan dihadiri oleh sebagian kecil saja. Belum pernah ada reuni yang bisa dihadiri seluruh anggota.

Alasannya sangat beragam. Jika Anda pernah reuni, Anda akan menemukan beberapa alasan, seperti sibuk, tidak sempat, malas, dan malu. Daftar alasan ini tentu saja bisa diperpanjang sesuai dengan data yang ada di lapangan.

Bagi saya, senja dan persawahan memiliki relasi yang sangat erat dengan kenangan. Sawah adalah jejak hidup yang mendewasakan. Di sawah Desa Sambidoplang, dulu, saya berjuang mengais sedikit demi sedikit rumput.

Saat SD dan MTsN saya memiliki tugas tambahan, yaitu mencari rumput untuk kambing. Jumlah kambing hanya dua namun mencarikan makanan bukan tugas sederhana dan mudah. Sawah menjadi tempat yang paling aman.

Setelah cukup mendapatkan rumput bukan berarti harus pulang. Kadang juga harus "andil" yang merupakan kompetisi semi judi dengan anak-anak sesama perumput. Seingat saya hanya sekali saya ikut andil. Dan kalah. Setelahnya saya tidak ikut lagi. Kapok. Cari rumput sulit, eh hilang ketika kalah "andil".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun