Mohon tunggu...
Ngainun Naim
Ngainun Naim Mohon Tunggu... Dosen

Penulis buku JEJAK INTELEKTUAL TERSERAK (2023). Dosen UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung Jawa Timur. Pengelola http://www.spirit-literasi.id. dan http://www.ngainun-naim.blogspot.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Masih Ada Penjual Koran

24 Desember 2022   19:05 Diperbarui: 24 Desember 2022   19:14 789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ngainun Naim

Sabtu 24 Desember 2022. Saya lihat jarum jam di hp menunjukkan angka 13.47 WIB. Sepeda motor NMAX yang saya naiki bersama anak sulung memasuki pon bensin Terminal Trenggalek.

Saya lihat bensin tinggal sedikit setelah digunakan perjalanan yang lumayan jauh, yaitu Trenggalek menuju Jetis Ponorogo pulang pergi. Saya pun antri. Ada beberapa sepeda motor dan mobil yang sedang antri pertamax. Giliran saya, tangki saya isi penuh.

Di ujung pom saya lihat ada penjual koran. Saya pun mendekat. Tersisa Koran Surya. Saya beli satu.

Kota tempat saya tinggal, Trenggalek, adalah kota kecil. Sejak dulu saya sulit mendapatkan koran cetak. Bahkan sejak zaman online belum datang menyerang. Hanya ada beberapa toko dan agen.

1996/Dokpri
1996/Dokpri

Kini, ketika zaman online menyerang, tentu semakin sulit lagi mendapatkan koran.

Realitas semacam ini membuat saya trenyuh. Koran cetak nasibnya di ujung tanduk. Sebisa mungkin saya berkontribusi memperpanjang nafasnya walaupun hanya membeli eceran. Entahlan, sekecil apa pun, saya berusaha berkontribusi.

Di mana pun berada jika ada penjual koran eceran, saya usahakan membeli. Saya merasakan bahwa hidup saya sampai sekarang ini diwarnai oleh jejak dunia koran. Kecintaan saya pada dunia literasi berawal dari koran.

Saya ingat persis, dulu saya berjibaku berjuang menulis artikel dan resensi buku ke berbagai koran. Sebagian besar tulisan dikirim namun Sebagian sangat kecil saja yang dimuat. Perjuangan yang tidak akan terlupa seumur hidup.

Menakhlukkan redaktur koran di zaman itu, sebelum dan awal tahun 2000, adalah jejak sejarah yang heroik. Jika betul-betul mampu menembus koran, nama kita sebagai penulis akan melejit. Ada koran kelas atas seperti Kompas yang menjadi barometer penulis.

Koran cetak kini hanya tinggal menunggu waktu saja untuk punah. Koran Republika sudah mengumumkan bahwa 2022 adalah tahun terakhir terbit cetak. Tentu ini kabar menyedihkan tetapi realitas perubahan memang tidak mungkin dilawan.

Senyampang belum benar-benar punah, koran cetak tetap akan saya beli. Paling tidak bisa menjadi bagian dari sejarah hidup.

Trenggalek, 24-12-2022

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun