Mohon tunggu...
Dini
Dini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Materi Praktikum Kimia Pemisahan

27 Maret 2024   23:26 Diperbarui: 27 Maret 2024   23:32 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Penulis: 

1. Annisa Fitri (4213131024)

2. Rizky Andini (4212131001)

3. Shelly Aulia (4211131005)

I. PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI DAN PERSEN EKSTRAKSI

Penentuan koefisien distribusi adalah proses untuk menentukan jumlah zat yang terdistribusi dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur. Koefisien distribusi merupakan perbandingan konsentrasi kesetimbangan zat terlarut dalam dua pelarut tersebut. Jika koefisien distribusi berada di atas 1, maka zat terlarut lebih banyak terdistribusi dalam pelarut pertama dibandingkan dalam pelarut kedua. Sebaliknya, jika koefisien distribusi kurang dari 1, maka zat terlarut lebih banyak terdistribusi dalam pelarut kedua dibandingkan dalam pelarut pertama. Persen ekstraksi, atau efisiensi ekstraksi, adalah perbandingan antara jumlah zat yang diambil oleh pelarut ekstraksi dibandingkan dengan jumlah zat yang tersedia dalam campuran awal. Jumlah zat yang diambil oleh pelarut ekstraksi disebut juga sebagai jumlah ekstraksi. Penentuan koefisien distribusi dan persen ekstraksi adalah langkah penting dalam pemisahan kimia, karena mereka menentukan efisiensi dan efektivitas dari proses ekstraksi. Ini berguna untuk memperbaiki proses ekstraksi dan mengurangi pengurangan zat yang tidak diinginkan. (Sofyatin d.k.k., 2016)


Jika nilai koefisien distribusi besar, solut akan cenderung terdistribusi lebih banyak ke dalam pelarut organik, dan sebaliknya. Namun, rumus-rumus ini hanya berlaku jika:

a. Solut tidak mengalami ionisasi dalam salah satu pelarut.
b. Solut tidak mengalami asosiasi dalam salah satu pelarut.
c. Zat terlarut tidak mengalami perubahan pH.

Koefisien Distribusi (Kd) dan Persen Ekstraksi adalah parameter penting dalam kimia fisika terutama dalam konteks ekstraksi cair-cair. Ekstraksi cair-cair adalah proses pemisahan senyawa atau zat dari suatu fase ke fase lainnya menggunakan pelarut yang sesuai.

1. Koefisien Distribusi (Kd)

Koefisien distribusi (Kd) adalah ukuran seberapa banyak suatu senyawa didistribusikan antara dua fase yang tidak campur. Biasanya, fase-fase ini adalah fase polar dan non-polar. Koefisien distribusi didefinisikan sebagai rasio konsentrasi senyawa dalam kedua fase tersebut. Persamaan matematisnya adalah:

Semakin besar nilai Kd, semakin banyak senyawa yang terdistribusi ke dalam fase non-polar. Kd bergantung pada sifat kimia senyawa dan sifat fisika dari kedua fase.

Kd= [A]non-polar/[A]polar

2. Persen Ekstraksi:

Persen ekstraksi (E%) adalah persentase senyawa yang diekstraksi dari fase awal ke dalam fase ekstrak setelah proses ekstraksi selesai. Persamaan matematisnya adalah:

E%= (jumlah senyawa diekstraksi/jumlah senyawa awal) × 100%

 Jumlah senyawa yang diekstraksi dapat dihitung dari perbedaan konsentrasi senyawa sebelum dan setelah ekstraksi. Persen ekstraksi akan bergantung pada banyak faktor, termasuk kekuatan pelarut, waktu ekstraksi, dan kondisi operasional lainnya.

Penentuan Kd dan persen ekstraksi dapat dilakukan melalui eksperimen, di mana senyawa tertentu diekstraksi dari satu fase ke fase lainnya menggunakan pelarut tertentu pada kondisi tertentu. Kemudian, konsentrasi senyawa dalam kedua fase diukur, dan dari data tersebut, Kd dan persen ekstraksi dapat dihitung.

II. PEMISAHAN WARNA TINTA DAN ION ION LOGAM SECARA KROMATOGRAFI KERTAS

Definisi Kromatografi Kertas

Kromatografi kertas adalah metode kromatografi yang digunakan untuk pemisahan senyawa berdasarkan sifat-sifat mereka. Kromatografi kertas juga dapat disebut sebagai metode kromatografi yang menggunakan kertas sebagai fase diam (stationary phase) dan larutan sebagai fase gerak (mobile phase) untuk memisahkan campuran zat. Dalam kromatografi kertas, senyawa dipisahkan berdasarkan perbedaan kecepatan pengaliran mereka melalui fase diam (kertas) dan fase gerak (pelarut). Pemisahan dalam kromatografi penukar ion didasarkan pada kompetisi antara ion senyawa dengan ion pada resin penukar ion.

Pemisahan warna tinta dan ion logam dapat dilakukan dengan kromatografi kertas. Pada kromatografi kertas, senyawa yang berbeda akan berjalan dengan laju yang berbeda karena faktor-faktor seperti sifat pelarut, suhu, dan teknik pengembangan. Ketebalan lapisan kertas juga dapat meningkatkan kecepatan pengaliran senyawa.

Fungsi Kromatografi Kertas

Kromatografi kertas digunakan untuk pemisahan senyawa yang berbeda, seperti pewarna-pewarna yang menyusun warna tinta tertentu. Dalam kromatografi kertas, senyawa dipisahkan berdasarkan sifat-sifat mereka, seperti komposisi asam amino, fenol/air, atau karbohidrat.

Pemisahan ion logam dapat dilakukan dengan kromatografi kertas dengan menggunakan metode resin penukar ion, seperti Dowex 50, Amberlite IR 120, Amberlite IRC 50, Dowex 1, Amberlite IRA 400, Dowex 3, dan Amberlite IR 45. Pemisahan dalam kromatografi penukar ion didasarkan pada kompetisi antara ion senyawa dengan ion pada resin penukar ion. Senyawa ionik yang berbeda dari sampel untuk situs aktif pada resin penukar ion (pengepakan kolom).

Jenis-jenis kromatografi kertas yang dapat digunakan dalam pemisahan warna tinta antara lain:

  1. Kromatografi kertas dengan pelarut organik: Kromatografi kertas dengan pelarut organik, seperti isopropanol, digunakan untuk pemisahan senyawa yang mempunyai sifat hydrophobic, seperti pigmen warna.
  2. Kromatografi kertas dengan pelarut polar: Kromatografi kertas dengan pelarut polar, seperti asam lemak, metil ester, dan alkaloid, digunakan untuk pemisahan senyawa yang mempunyai sifat hydrophilic, seperti pigmen warna yang berasal dari asam amino.
  3. Kromatografi kertas dengan pelarut berbasis air: Kromatografi kertas dengan pelarut berbasis air, seperti alkohol, aldehid, akrilat, nitril, dan keton, digunakan untuk pemisahan senyawa yang mempunyai sifat hydrophilic, seperti pigmen warna yang berasal dari karbohidrat.
  4. Kromatografi kertas dengan pelarut berbasis polietilen glikol: Kromatografi kertas dengan pelarut berbasis polietilen glikol digunakan untuk pemisahan senyawa yang mempunyai sifat hydrophilic, seperti pigmen warna yang berasal dari senyawa halogen, aromatis, dan polietilen glikol.
  5. Kromatografi kertas dengan pelarut berbasis asam lemak: Kromatografi kertas dengan pelarut berbasis asam lemak digunakan untuk pemisahan senyawa yang mempunyai sifat hydrophilic, seperti pigmen warna yang berasal dari asam lemak, metil ester, alditol asetat, dan trifluoropropil polisiloksan.
  6. Kromatografi kertas dengan pelarut berbasis asam sulfonat: Kromatografi kertas dengan pelarut berbasis asam sulfonat digunakan untuk pemisahan senyawa yang mempunyai sifat hydrophilic, seperti pigmen warna yang berasal dari asam sulfonat, seperti Dowex 50 dan Amberlite IR 120.
  7. Kromatografi kertas dengan pelarut berbasis asam karboksilat: Kromatografi kertas dengan pelarut berbasis asam karboksilat digunakan untuk pemisahan senyawa yang mempunyai sifat hydrophilic, seperti pigmen warna yang berasal dari asam karboksilat, seperti Amberlite IRC 50.
  8. Kromatografi kertas dengan pelarut berbasis amina: Kromatografi kertas dengan pelarut berbasis amina digunakan untuk pemisahan senyawa yang mempunyai sifat hydrophilic, seperti pigmen warna yang berasal dari amina, seperti Dowex 3 dan Amberlite IR 45.
  9. Kromatografi kertas dengan pelarut berbasis amonium kuarterner: Kromatografi kertas dengan pelarut berbasis amonium kuarterner digunakan untuk pemisahan senyawa yang mempunyai sifat hydrophilic, seperti pigmen warna yang berasal dari amonium kuarterner, seperti Dowex 1 dan Amberlite IRA 400.
  10. Kromatografi kertas dengan pelarut berbasis polietilen glikol (TPA): Kromatografi kertas dengan pelarut berbasis polietilen glikol (TPA) digunakan untuk pemisahan senyawa yang mempunyai sifat hydrophilic, seperti pigmen warna yang berasal dari polietilen glikol.
  11. Kromatografi kertas dengan pelarut berbasis piridin: Kromatografi kertas dengan pelarut berbasis piridin digunakan untuk pemisahan senyawa yang mempunyai sifat hydrophilic, seperti pigmen warna yang berasal dari piridin.
  12. Kromatografi kertas dengan pelarut berbasis n-BuOH/As.cuka/Air (BAW): Kromatografi kertas dengan pelarut berbasis n-BuOH/As.cuka/Air (BAW) digunakan untuk pemisahan senyawa yang mempunyai sifat hydrophilic, seperti pigmen warna yang berasal dari n-BuOH/As.cuka/Air (BAW).
  13. Kromatografi kertas dengan pelarut berbasis asam lemak: Kromatografi kertas dengan pelarut berbasis asam lemak digunakan untuk pemisahan senyawa yang mempunyai sifat hydrophilic, seperti pigmen warna yang berasal dari asam lemak.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pemisahan warna tinta dengan kromatografi kertas antara lain:

  1. Ketebalan lapisan kertas: Ketebalan lapisan kertas dapat mempengaruhi hasil pemisahan. Ketebalan lapisan kertas yang lebih tebal dapat meningkatkan kecepatan pengaliran senyawa, sehingga hasil pemisahan akan lebih cepat. Namun, ketebalan lapisan yang lebih tebal juga dapat mengurangi ketelitian pemisahan, karena senyawa yang berbeda akan bergerak dengan laju yang lebih cepat.
  2. Pelarut: Pelarut yang digunakan dapat mempengaruhi hasil pemisahan. Pelarut yang lebih polar akan mempengaruhi senyawa yang lebih polar, sedangkan pelarut yang lebih nonpolar akan mempengaruhi senyawa yang lebih nonpolar. Pelarut yang sesuai dapat memudahkan pemisahan senyawa yang berbeda.
  3. Suhu: Suhu dapat mempengaruhi hasil pemisahan. Suhu yang lebih tinggi akan mempercepat proses pemisahan, sedangkan suhu yang lebih rendah akan memperlambat proses pemisahan. Suhu yang sesuai dapat mempengaruhi ketelitian pemisahan.
  4. Waktu pengembangan: Waktu pengembangan dapat mempengaruhi hasil pemisahan. Waktu yang lebih lama dapat memudahkan pemisahan senyawa yang berbeda, sedangkan waktu yang pendek dapat mengurangi ketelitian pemisahan. Waktu yang sesuai dapat mempengaruhi ketelitian pemisahan.
  5. Konsentrasi senyawa: Konsentrasi senyawa yang digunakan dapat mempengaruhi hasil pemisahan. Senyawa yang lebih koncentrasi akan mempengaruhi kecepatan pengaliran senyawa, sedangkan senyawa yang lebih dilapuk akan mempengaruhi ketelitian pemisahan. Koncentrasi yang sesuai dapat mempengaruhi ketelitian pemisahan.
  6. Kemasan kolom: Kemasan kolom dapat mempengaruhi hasil pemisahan. Kemasan kolom yang panjang dapat memberikan tingkat pemisahan yang tinggi, sedangkan kemasan kolom yang lebar dapat baik untuk pemisahan senyawa yang berbeda. Kemasan kolom yang sesuai dapat mempengaruhi ketelitian pemisahan.
  7. Rf: Rf (Retardation Factor) dapat mempengaruhi hasil pemisahan. Rf adalah nilai yang menunjukkan kemampuan senyawa untuk bergerak melalui fase diam. Senyawa yang memiliki Rf tinggi akan bergerak lebih lambat, sedangkan senyawa yang memiliki Rf rendah akan bergerak lebih cepat. Rf yang sesuai dapat mempengaruhi ketelitian pemisahan.
  8. Konstanta pengembangan: Konstanta pengembangan dapat mempengaruhi hasil pemisahan. Konstanta pengembangan adalah kadar pengembangan senyawa dalam fase diam. Senyawa yang memiliki konstanta pengembangan tinggi akan bergerak lebih lambat, sedangkan senyawa yang memiliki konstanta pengembangan rendah akan bergerak lebih cepat. Konstanta pengembangan yang sesuai dapat mempengaruhi ketelitian pemisahan.
  9. Kondisi ruangan: Kondisi ruangan, seperti suhu dan kelembapan, dapat mempengaruhi hasil pemisahan. Kondisi ruangan yang sesuai dapat mempengaruhi ketelitian pemisahan.
  10. Kualitas kertas: Kualitas kertas, seperti ketebalan, porositas, dan sifat serap, dapat mempengaruhi hasil pemisahan. Kertas yang berkualitas tinggi dapat mempengaruhi ketelitian pemisahan.

 

Prosedur pemisahan warna tinta dan ion logam dalam kromatografi kertas: 

Persiapan Kertas: Tahap pertama dalam kromatografi kertas adalah mempersiapkan kertas sebagai fase diam. Kertas yang umumnya digunakan adalah kertas penyerap, seperti kertas Whatman. Kertas ini memiliki kemampuan menyerap larutan, sehingga cocok untuk digunakan dalam kromatografi. Kertas dipotong sesuai dengan kebutuhan dan kemudian ditempatkan di dalam larutan yang hendak dianalisis untuk menghilangkan kontaminan dan memperoleh kondisi awal yang seragam.

Pengaplikasian Sampel: Sampel yang akan dianalisis, misalnya tinta atau larutan ion logam, ditempatkan di atas kertas dengan menggunakan teknik seperti spot atau garis. Penting untuk memastikan bahwa sampel ditempatkan pada titik yang sama dan dengan jumlah yang tepat untuk memastikan pemisahan yang akurat.

Pengembangan Kromatografi: Setelah sampel diterapkan, kertas ditempatkan dalam wadah yang berisi fase gerak. Fase gerak ini dapat berupa berbagai macam larutan, tergantung pada zat yang akan dipisahkan. Misalnya, untuk pemisahan warna tinta, fase gerak dapat berupa campuran pelarut organik seperti etanol dan air. Sedangkan untuk ion logam, fase gerak bisa jadi larutan asam atau basa lemah.

Perjalanan Zat-zat: Ketika fase gerak bergerak melalui kertas, zat-zat dalam sampel akan berinteraksi dengan fase diam (kertas) dan fase gerak. Perbedaan afinitas antara zat-zat dengan fase gerak dan fase diam akan menentukan kecepatan pergerakan masing-masing zat. Zat-zat yang lebih bersifat polar cenderung lebih tertarik pada fase diam, sementara zat-zat yang kurang polar cenderung lebih cepat bergerak bersama fase gerak.

Pemisahan: Selama perjalanan fase gerak melalui kertas, terjadi pemisahan komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan afinitasnya terhadap fase gerak dan fase diam. Zat-zat yang bergerak lebih cepat akan mencapai posisi yang lebih tinggi pada kertas, sementara zat-zat yang bergerak lebih lambat akan tetap berada di dekat titik aplikasi.

Identifikasi: Setelah kromatografi selesai, kertas akan dihapus dari wadah dan dikeringkan. Setiap zat yang terpisah kemudian dapat diidentifikasi berdasarkan posisi relatifnya terhadap titik aplikasi. Identifikasi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk dengan menggunakan pereaksi kimia spesifik atau dengan pembanding warna.

Analisis dan Interpretasi: Hasil dari kromatografi kertas kemudian dapat dianalisis dan diinterpretasikan untuk mendapatkan informasi tentang komposisi sampel. Misalnya, dalam analisis tinta, pemisahan warna-warna tertentu dapat mengungkapkan komposisi kimia tinta tersebut. Dalam analisis ion logam, pemisahan dapat memberikan informasi tentang keberadaan dan konsentrasi ion-ion logam dalam sampel.

Kesimpulan : 

Dengan demikian, kromatografi kertas adalah metode yang berguna dan luas digunakan untuk pemisahan berbagai jenis zat, termasuk pemisahan warna tinta dan ion logam, dengan memanfaatkan perbedaan sifat-sifat kimia antara zat-zat yang terlibat.

III. IDENTIFIKASI ZAT WARNA DALAM MAKANAN/MINUMAN DENGAN KROMATOGRAFI KERTAS

Kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan yang menggunakan fase diam (stationary phase) dan fase gerak (mobile phase).Kromatografi dapat dikelompokan berdasarkan mekanisme pemisahan, dan alat yang digunakan. Berdasarkan alat yang digunakan, kromatografi dibagi atas (a) kromatografi kertas; (b) kromatografi lapis tipis; (c) kromatografi cair kinerja tinggi; dan (d) kromatografi gas. Kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis sering juga disebut sebagai kromatografi planar.Pemisahan dengan metoda kromatografi planar umumnya dihentukan sebelum (Wilson.2000).

Pada kromatogarafi kertas, fase diam berupa zat cair, biasanya air yang tersuspensi pada serat dari selembar kertas saring yang membentuk kromatografi cair-cair. Perbandingan jarak perambatan suatu zat terhadap jarak perambatan fase bergerak dihitung dari titik penetesan larutan zat, dinyatakan sebagai Rf zat tersebut. Perbandingan jarak perambatan suatu zat dengan jarak perambatan suatu zat pembanding kimia dinyatakan sebagai Rr.

Keuntungan menggunakan kromatografi kertas adalah : 

(1) dipastikan penggunaanya yang cepat, dan 

(2) peralatan yang dibutuhkan sederhana. Sarana yang digunakan untuk analisis yaitu kertas sebagai fase diam, wadah/tangki kromatografi dan pelarut. Aplikasi metode ini  mencakup semuanya jenis analit seperti protein (peptida, asam amino), poli, oligo-, di- dan monosakarida, produkproduk alami, sterol, steroid, asam empedu, pigmen, pewarna dan spesies senyawa anorganik. 

Umumnya pelarut yang digunakan pada kromatografi kertas berdasarkan pada satu campuran atau lebih pelarut organik dengan air. Media yang digunakan pada kromatografi kertas dan berdasarkan pada kertas Rlter, yang paling dikenal dengan menggunakan Whatman no. 1 dan no. 3 (Wilson 2000).

IV. PEMISAHAN KOMPONEN DARI KUNYIT SECARA KROMATOGRAFI KOLOM

Pengertian

Kromatografi kolom adalah metode pemisahan yang digunakan untuk memisahkan komponen senyawa berdasarkan sifat-sifat mereka. Dalam kromatografi kolom, senyawa dipisahkan berdasarkan perbedaan kecepatan pengaliran mereka melalui fase diam (kolom) dan fase gerak (pelarut).

Jenis-jenis kromatografi kolom yang dapat digunakan dalam pemisahan komponen dari kunyit antara lain:

 

  1. Kromatografi kolom gel: Kromatografi kolom gel adalah metode pemisahan yang menggunakan kolom gel sebagai fase diam. Gel yang digunakan dapat berupa gel silika, gel alumina, atau gel gelatin.
  2. Kromatografi kolom ion: Kromatografi kolom ion adalah metode pemisahan yang menggunakan kolom gel yang terikat dengan ion-ion tertentu sebagai fase diam.
  3. Kromatografi kolom partisi: Kromatografi kolom partisi adalah metode pemisahan yang menggunakan kolom gel yang berbeda-beda sebagai fase diam.
  4. Kromatografi kolom adsorpsi: Kromatografi kolom adsorpsi adalah metode pemisahan yang menggunakan kolom gel yang terikat dengan molekul-molekul tertentu sebagai fase diam.
  5. Kromatografi kolom penggantian ion: Kromatografi kolom penggantian ion adalah metode pemisahan yang menggunakan kolom gel yang terikat dengan ion-ion tertentu sebagai fase diam, dengan penggantian ion dari fase gerak.
  6. Kromatografi kolom gel filtrasi: Kromatografi kolom gel filtrasi adalah metode pemisahan yang menggunakan kolom gel yang berbeda-beda sebagai fase diam, dengan pemisahan berdasarkan ukuran molekul.
  7. Kromatografi kolom gel ekstraksi: Kromatografi kolom gel ekstraksi adalah metode pemisahan yang menggunakan kolom gel yang berbeda-beda sebagai fase diam, dengan pemisahan berdasarkan kemampuan molekul terhadap gel.
  8. Kromatografi kolom gel chromatography: Kromatografi kolom gel chromatography adalah metode pemisahan yang menggunakan kolom gel yang berbeda-beda sebagai fase diam, dengan pemisahan berdasarkan interaksi molekul dengan gel.
  9. Kromatografi kolom gel affinity: Kromatografi kolom gel affinity adalah metode pemisahan yang menggunakan kolom gel yang terikat dengan molekul-molekul tertentu sebagai fase diam, dengan pemisahan berdasarkan interaksi molekul dengan gel.
  10. Kromatografi kolom gel gel filtrasi: Kromatografi kolom gel gel filtrasi adalah metode pemisahan yang menggunakan kolom gel yang berbeda-beda sebagai fase diam, dengan pemisahan berdasarkan ukuran molekul dan interaksi molekul dengan gel.

Pilihan kromatografi kolom yang sesuai untuk pemisahan komponen dari kunyit akan tergantung pada sifat-sifat senyawa yang akan dipisahkan dan kemampuan kolom yang tersedia.

Cara kerja kromatografi kolom dalam pemisahan komponen dari kunyit antara lain:

  1. Pengumpulan sampel: Kunyit dikeluarkan dari sumbernya dan disusun dalam sampel yang sesuai.
  2. Pengolahan sampel: Sampel kunyit disusun pada kolom kromatografi, yang biasanya berupa silika gel, alumina, atau kolom gel.
  3. Pengaliran: Kolom diletakkan pada sebuah kolom, yang biasanya berupa kolom gel. Pelarut, seperti metanol, aceton, atau eter, digunakan sebagai fase gerak. Fase gerak merembes kedalam kolom karena efek kapiler.
  4. Pemisahan: Senyawa kunyit yang berbeda akan berjalan dengan laju yang berbeda karena faktor-faktor seperti sifat pelarut, suhu, dan teknik pengembangan. Kolom yang digunakan juga dapat mempengaruhi kecepatan pengaliran senyawa.
  5. Pengembangan: Kolom dibentuk dengan tekanan, seperti tekanan air, untuk membentuk rambatan warna. Rambatan warna adalah hasil pemisahan senyawa berdasarkan sifat-sifat mereka.
  6. Identifikasi: Rambatan warna diukur dan dibandingkan dengan standar untuk menentukan senyawa yang terdapat dalam sampel.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pemisahan kunyit melalui kromatografi kolom antara lain:

  1. Konsentrasi: Konsentrasi kunyit yang digunakan dapat mempengaruhi hasil pemisahan.
  2. Pelarut: Pelarut yang digunakan dapat mempengaruhi hasil pemisahan.
  3. Suhu: Suhu kolom kromatografi dapat mempengaruhi hasil pemisahan.
  4. Waktu pengembangan: Waktu pengembangan kolom kromatografi dapat mempengaruhi hasil pemisahan.
  5. Kualitas kolom: Kualitas kolom kromatografi, seperti porositas, tingkat pengembangan, dan efek tailing, dapat mempengaruhi hasil pemisahan.
  6. Nilai Rf: Nilai Rf (Retardation Factor) dapat mempengaruhi hasil pemisahan.
  7. Difusivitas: Difusivitas komponen kunyit dapat mempengaruhi hasil pemisahan.
  8. Efek tailing: Efek tailing dapat mempengaruhi hasil pemisahan.
  9. Pengembangan komet: Pengembangan komet dapat mempengaruhi hasil pemisahan.
  10. Laju pergerakan pelarut: Laju pergerakan pelarut dapat mempengaruhi hasil pemisahan, khususnya untuk teknik descending.

Kesimpulan :

Dengan demikian, kromatografi kolom adalah metode yang kuat untuk pemisahan komponen-komponen kompleks dalam sampel seperti kunyit, yang dapat memberikan informasi yang berharga tentang komposisi kimianya.

V. PEMISAHAN ZAT HIJAU DAUN DENGAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah tipe kromatografi cair yang fase diamnya berupa lapisan tipis sorben partikel yang seragam dalam bentuk pelat gelas, aluminium foil, atau plastik. Dalam prosedur dasar KLT, larutan sampel diaplikasikan ke dalam pelat, dan pelat dikembangkan dengan memasukkannya ke dalam bejana tertutup dan bagian dasar dari bejana diisi dengan fase geraknya (eluen) yang biasanya teridir dari campuran dari beberapa pelarut. Setelah pengembangan, pelat di angkat dari bejana dan ditandai untuk dihitung nilai Rf-nya (nisbah antara jarak pita yang terpisah dan jarak eluennya) (Sherma & Fried 2005).

Menurut Wulandari (2011), pemilihan eluen merupakan faktor yang paling berpengaruh pada sistem KLT. Eluen dapat terdiri dari satu pelarut atau campuran dua sampai enam pelarut. Campuran pelarut harus saling sampur dan tidak ada tanda-tanda kekeruhan. Fungsi eluen dalam KLT :

1. Untuk melarutkan campuran zat

2. Untuk mengangkat atau membawa komponen yang akan dipisahkan melewati sorben fase diam sehingga noda memiliki Rf dalam rentang yang dipersyaratkan

3. Untuk memberikan selektivitas yang memadai untuk campuran senyawa yang akan dipisahkan.

Eluen juga harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Memiliki kemurnian yang cukup

2. Stabil

3. Memiliki viskositas rendah

4. Memiliki partisi isotermal yang linier

5. Tekanan uap yang tidak terlalu rendah atau tidak terlalu tinggi

6. Toksisitas serendah mungkin.

Kelebihan dan Kekurangan Kromatografi lapis tipis

KLT sangat mudah digunakan dan murah. Bahan yang dibutuhkan untuk KLT hanya sedikit (ruang, kaca arloji, kapiler, pelat, pelarut, pensil, dan sinar UV). Oleh karena itu, setelah pelarut terbaik ditemukan, pelarut tersebut dapat diterapkan pada teknik lain seperti Kromatografi cair kinerja tinggi . Lebih dari 1 senyawa dapat dipisahkan pada pelat KLT selama fase gerak yang diinginkan untuk masing-masing senyawa. Pelarut untuk pelat KLT dapat diganti dengan mudah dan beberapa pelarut berbeda dapat digunakan tergantung pada hasil yang Anda inginkan. Seperti disebutkan sebelumnya, KLT dapat digunakan untuk menjamin kemurnian suatu senyawa. Sangat mudah untuk memeriksa kemurniannya menggunakan sinar UV. Identifikasi sebagian besar senyawa dapat dilakukan hanya dengan pengecekan RF

 nilai-nilai sastra. Anda dapat memodifikasi kondisi kromatografi dengan mudah untuk meningkatkan optimalisasi resolusi komponen tertentu.

Pelat KLT tidak mempunyai fase diam yang panjang. Oleh karena itu, lama pemisahannya terbatas dibandingkan dengan teknik kromatografi lainnya. Selain itu, batas deteksinya jauh lebih tinggi. Jika Anda memerlukan batas deteksi yang lebih rendah, seseorang harus menggunakan teknik kromatografi lain. KLT beroperasi sebagai sistem terbuka, sehingga faktor seperti kelembapan dan suhu dapat mempengaruhi hasil kromatogram.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun