Tagar "Kabur Aja Dulu" dan "Indonesia Gelap": Apa yang Sebenarnya Disuarakan Publik?
Tagar "kabur aja dulu" muncul sebagai bentuk sindiran terhadap pejabat yang dianggap lari dari tanggung jawab ketika menghadapi masalah besar. Ini mencerminkan kekecewaan masyarakat terhadap kurangnya akuntabilitas dalam kepemimpinan.
Sementara itu, "Indonesia gelap" sering digunakan untuk menggambarkan kondisi negara yang dianggap semakin tidak transparan, penuh ketidakadilan, atau mengalami kemunduran dalam berbagai aspek alias zaman Kegelapan.
Namun, alih-alih memahami dan merespons kritik ini dengan perbaikan kebijakan, banyak pejabat justru menunjukkan respons yang bertentangan, seperti menyalahkan masyarakat, menekan kebebasan berekspresi, atau bahkan menyangkal adanya masalah.
Mengapa Pejabat Sulit Memahami Kritik Publik?
Ada beberapa alasan utama mengapa pejabat dengan kecenderungan narsistik sulit memahami kritik:
Mereka Hidup dalam Lingkaran "Yes Man" atau ABS (Asal Bapak Senang)Â
Pejabat dengan kecenderungan narsistik sering mengelilingi diri mereka dengan orang-orang yang hanya memberikan pujian, bukan kritik. Akibatnya, mereka terbiasa hanya mendengar apa yang ingin mereka dengar.
Defensif dan Cenderung Menyangkal
Kritik publik, terutama yang datang dari media sosial, dianggap sebagai ancaman, bukan sebagai umpan balik. Hal ini membuat mereka lebih fokus mencari alasan untuk membenarkan tindakan mereka daripada merefleksi diri.
Minimnya Akuntabilitas dalam Sistem Politik