Mohon tunggu...
Bbgnn  bnnhghc
Bbgnn bnnhghc Mohon Tunggu... Bngn bbgn jjh

Hgbgnn hhncbvf bgggdb bngnnbv nnvbgj

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Asyiknya Nostalgia Anak Zaman Dulu: Tanpa Internet, Tapi Selalu Tahu Keberadaan Teman.

6 Februari 2025   23:00 Diperbarui: 6 Februari 2025   21:50 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jaringan Sosial Sebelum Internet: Lebih Hangat, Lebih Dekat (Sumber: Pinterest, ilustrasi AI) 

Dulu, tidak ada WhatsApp, tidak ada Google Maps, apalagi fitur share location. Tapi anehnya, kami selalu tahu di mana teman-teman berada. Tak perlu grup chat, tak ada notifikasi yang mengingatkan, namun semuanya berjalan dengan lancar. Dunia kami terasa lebih sederhana, tapi justru penuh kehangatan dan kebersamaan.

GPS Manual: Sandal di Depan Rumah & Kode-Kode Rahasia

Anak-anak zaman dulu punya sistem navigasi sendiri yang tak kalah canggih dari teknologi modern. Jika ingin mencari teman, kami cukup melihat deretan sandal di depan rumahnya. Jika ada banyak sandal, itu berarti mereka sedang berkumpul di dalam. Tak perlu telepon atau chat, cukup melongok dari jendela atau bertanya ke orang rumah, "Ada si A nggak?" dan kami langsung dapat jawabannya.

Kalau tak menemukan teman di rumahnya, kami tak putus asa. Rutenya sudah otomatis tergambar di kepala: dari rumah A, lanjut ke rumah B, jika tak ada di sana, kemungkinan besar mereka sedang bermain di lapangan atau warung dekat gang. Begitu seterusnya, sampai akhirnya bertemu.

Jika sedang berada di luar, kami juga punya "kode suara" khas untuk memanggil teman. Ada yang bersiul dengan nada tertentu, ada yang cukup berteriak, "Woiii, keluar, yuk!" dan tanpa perlu balasan, dalam hitungan detik teman-teman sudah muncul dari rumah masing-masing.

Janjian yang Selalu Tepat Waktu

Di zaman sekarang, banyak janji temu yang masih harus dikonfirmasi berulang kali: "Jadi nggak?", "Udah otw?", "Lama banget, nih!" Namun, dulu semua terasa lebih sederhana. Jika sepakat bertemu jam tiga di lapangan, semua akan datang tepat waktu. Tak ada HP untuk memastikan atau mengingatkan, tapi entah bagaimana, semua tetap berjalan sesuai rencana.

Kepercayaan menjadi kunci. Kami tahu teman-teman pasti datang, dan jika ada yang belum muncul, kami bisa langsung mencarinya tanpa repot mengirim pesan.

Main Sampai Maghrib, Pulang Tanpa GPS

Saat bermain jauh dari rumah, kami tidak pernah takut tersesat. Semua jalur dan gang sudah tertanam dalam ingatan. Jika lupa jalan, kami cukup mencari pohon besar yang pernah kami tandai, warung langganan yang sering kami datangi, atau rumah teman yang kami hafal letaknya.

Kami juga terbiasa menghafal nomor telepon orang tua atau rumah teman tanpa perlu menyimpannya di kontak HP. Jika perlu, kami bisa menelepon langsung dari warung telepon (wartel) atau meminjam telepon rumah tetangga.

Teknologi yang Sederhana, Tapi Lebih Hangat

Meski hidup tanpa internet, kami punya jaringan komunikasi yang lebih hangat. Informasi menyebar dari mulut ke mulut, dan setiap orang menjadi "jaringan sosial" yang hidup. Jika ada acara di kampung, kabar akan cepat menyebar tanpa perlu status di media sosial. Jika ada yang sakit atau mengalami kesulitan, bantuan datang tanpa menunggu unggahan permintaan tolong.

Teknologi modern memang membuat segalanya lebih mudah, tapi ada satu hal yang tak bisa digantikan: kehangatan interaksi manusia yang sesungguhnya. Dulu, tatapan mata dan tawa lepas lebih berarti dibanding sekadar mengetik emoji di layar.

Kenangan yang Tak Tergantikan

Anak-anak zaman sekarang mungkin lebih canggih dalam teknologi, tapi anak-anak dulu memiliki pengalaman yang tak kalah berharga. Kami belajar tentang kebersamaan tanpa distraksi, tentang komunikasi tanpa ketergantungan pada perangkat, dan tentang cara menikmati hidup dengan cara yang lebih sederhana.

Meski zaman berubah, kenangan itu tetap membekas di hati. Kita tak bisa kembali ke masa lalu, tapi kita bisa mengenangnya sebagai bagian dari perjalanan hidup yang penuh makna.

Mungkin, sesekali, kita perlu mencoba kembali ke cara lama: menengok ke rumah teman tanpa chat lebih dulu, bertemu tanpa perlu konfirmasi ulang, atau sekadar duduk bersama tanpa sibuk dengan layar. Karena pada akhirnya, kehangatan yang sesungguhnya bukan berasal dari teknologi, melainkan dari hubungan manusia yang nyata.

Bagaimana denganmu? Masih ingatkah momen-momen seperti ini? Atau mungkin kamu punya cerita seru tentang masa kecil tanpa internet? Yuk, berbagi di kolom komentar!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun