Mohon tunggu...
Bbgnn  bnnhghc
Bbgnn bnnhghc Mohon Tunggu... Bngn bbgn jjh

Hgbgnn hhncbvf bgggdb bngnnbv nnvbgj

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Reformasi dan Pengkhianatan: Benarkah MPR-RI Melenceng dari Amanat Rakyat?

6 Februari 2025   08:30 Diperbarui: 6 Februari 2025   08:30 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Reformasi 1998, Mahasiswa menduduki gedung MPR (Sumber : Pinterest, Firman Dwi Novianto) 

Salah satu kritik utama terhadap sistem pasca-reformasi adalah hilangnya GBHN. Sejak pemilihan presiden dilakukan secara langsung, setiap pemimpin memiliki kebijakan pembangunan sendiri yang sering kali berbeda dengan pendahulunya. Akibatnya:

Pembangunan bersifat jangka pendek, lebih berorientasi pada masa jabatan lima tahun, bukan visi jangka panjang.

Banyak proyek strategis terhenti atau berganti arah setiap kali kepemimpinan berubah.

Tidak ada kesinambungan kebijakan, sehingga rakyat sering menjadi korban dari ketidakkonsistenan ini.

Apakah kita perlu mengembalikan GBHN sebagai pedoman pembangunan nasional? Ini adalah pertanyaan yang layak untuk dipertimbangkan.

Demokrasi dan Tantangan Politik Uang

Pemilihan langsung telah membuka partisipasi rakyat dalam menentukan pemimpin. Namun, demokrasi yang kita jalankan juga tidak lepas dari berbagai tantangan, seperti:

Biaya politik yang tinggi, menyebabkan hanya segelintir orang dengan modal besar yang dapat bersaing dalam pemilu.

Maraknya politik uang, yang mengikis nilai demokrasi dan membuat pemimpin terpilih lebih berpihak kepada kepentingan elite dibanding rakyat.

Oligarki politik, di mana kekuasaan lebih banyak berputar di tangan kelompok tertentu.

Apakah sistem pemilihan langsung harus dievaluasi? Ataukah kita perlu mencari mekanisme baru yang lebih berimbang antara demokrasi dan efektivitas pemerintahan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun