Subtitles dengan Citarasa LokalÂ
Sampai episode ke-4 drama School 2021, aku (sangat) bisa tersenyum renyah sampai terpingkal-pingkal membaca terjemahan yang muncul dan diletakkan di bagian bagian.Â
Kata-kata berikut muncul dan bertebaran seperti: kepo, gibah, fotbar (foto bareng), caper, kuy, banget, woy, nyebelin, aja,. Seolah-olah sedang mendengarkan tetangga dekat rumah sedang ngobrol di teras. Â Juga frasa seperti: kudu kemaha, ngetrend zaman now. Hasilnya terasa sangat lokal dan ngepop.
Bagaimana bisa terasa sangat lokal? Kesimpulan awal, penterjemah sangat memahami dan mampu menginterpretasi pesan yang disampaikan melalui dialog-dialog antar peran dalam drama. Tak jarang, kalimat yang digunakan sama namun dengan intonasi yang berbeda.Â
Artinya, pesan yang disampaikan beda. Kadang-kadang, kalimatnya pendek. Dan, penterjemahkan melakukan terjemahan sesuai dengan konteks, tidak melulu ringkas sesuai dengan kalimat yang (kadangkala) digunakan petutur asli.Â
Kesimpulan selanjutnya, tentu saja penterjemah sangat menyukai drama, juga mempelajari kultur petutur asli. Sehingga, penterjemah dan atau penginterpretasi bisa memahami emosi dalam kalimat-kalimat yang muncul.
***Â
Aku sungguh sangat hormat, menghargai dan berterimakasih untuk para penterjemah dan penginterpretasi drama dan film yang menterjemahkannya ke bahasa Indonesia sehingga karya-karya layar kaca bahasa lain bisa dinikmati. Mereka adalah orang-orang pertama yang menikmati karya-karya layar kaca.Â
Butuh ketekunan ekstra dan komitmen terus menerus untuk melakukan terjemahan yang sangat baik. Terutama sekali, dibutuhkan renjana level maksimal untuk membuat hasil terjemahan menyentuh hati penonton. (RS)
***