Mohon tunggu...
Roneva Sihombing
Roneva Sihombing Mohon Tunggu... Guru - pendidik

Penyuka kopi, gerimis juga aroma tanah yang menyertainya. Email: nev.sihombing@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"It's Ok to Not be Ok", Belajar Mengenali Orang yang Hidup dengan Autis

6 Agustus 2020   03:00 Diperbarui: 6 Agustus 2020   02:55 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

It's Ok to Not be Ok adalah drama yang menceritakan hidup 2 bersaudara (Moon Sang Tae dan Moon Gang Tae) yang setelah meninggalkan kampung halaman karena kematian ibu mereka, bertahun-tahun kemudian kembali lagi ke kampung halaman mereka. 

Sang Tae, anak tertua, menjadi satu-satunya saksi pembunuhan ibunya. Dan hal itu menimbulkan dampak trauma yang hebat yang mengejar 2 bersaudara ini selama bertahun-tahun.

Aku baru tahu setelah menonton drama ini bahwa orang yang hidup dengan autis bukan hanya sekedar autis saja. Bahkan ada istilah autis spektrum. Dan autis spectrum adalah yang terberat diantara gangguan perkembangan pervasive.

Pengertian umumnya, autisme adalah perkembangan serius yang menggangggu kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi. Atau, gangguan yang terjadi pada otak yang menyebabkan orang yang hidup dengan autis seperti layaknya seorang yang antisosial.

Moon Sang Tae, abang Moon Gang Tae, menjalani hidup dengan autis spektrum. Maka, cara Gang Tae menjaga Sang Tae berbeda dengan cara yang biasa. Ada banyak rutinitas yang terpola dengan sangat hati-hati.

Aku sudah menonton sampai episode 12 drama Korea ini dan mulai belajar mengenali orang yang hidup dengan autis. Berikut ini adalah beberapa perilakuk yang tampak pada Sang Tae, antara lain:

1. Menghindari kontak mata

Gangguan pada syaraf pada Sang Tae membuatnya mengalami ganngguan berkomunikasi, salah satu caranya dengan menghindari kontak mata. Sehingga, lawan bicaranya harus menyamakan posisi mata ketika hendak berbicara dengan Sang Tae.

Setiap kali Gang Tae hendak berbicara pada Sang Tae, Gang Tae akan merendahkan tubuhnya, merendahkan suaranya, kemudian merendahkan matanya hingga sejajar dengan mata Sang Tae sebelum mulai berbicara.   

2. Kecenderungan menyakiti diri sendiri

Kemampuan berkomunikasi yang terbatas membuat kecendurungan Sang Tae menyakiti dirinya sendiri untuk mengekspresikan perasaan marah, takut, kecewa dan tidak puas.

Sang Tae membenturkan kepalanya ke dinding ketika Gang Tae membentaknya tanpa sengaja. Sang Tae mengekspresikan kesedihannya dengan cara tersebut. Di lain waktu, ketika Sang Tae merasa gugup karena ada seseorang menyentuh rambutnya, sehingga Sang Tae berteriak dan menjerit di tengah keramaian.

Sang Tae menggaruk ruas jari antara ibu jari dan telunjuk, makin lama makin kuat, ketika panik menyerbu dan atau menghadapi peristiwa yang tidak bisa diantisipasinya. Garukannya pun berulang dan terlihat sangat menyakitkan.

3. Sulit berbagi

Ada adegan perang bantal antara Moon Yeong dan Sang Tae memperebutkan Mang Tae - boneka kain yang dijahit Moon Gang Tae untuk mengusir mimpi buruk Sang Tae -- sehingga boneka tersebut terbagi dua.

Sang Tae tidak terima jika bonekanya dipinjamkan kepada siapapun, apalagi Moon Yeong.

Ada juga adegan Sang Tae sedang menikmati mie instannya, namun tidak mau berbagi dengan Jae Su.

4. Rutinitas adalah penting!

Ada beberapa kali cuplikan Sang tae mengikuti dialog rekaman tontonan yang sudah ditonton berkali-kali. Juga rutinitas setiap pagi berupa sarapan dan membersihkan rumah.

Ada juga adegan Sang Tae menggunakan bus kota seorang diri. Namun, sebelumnya sudah ada adegan jika Sang Tae menghafal beberapa rute bus yang akan dinaiki menuju RSJ Ok, tempatnya menggabar mural, dan Restoran Pizza, tempatnya menggambarkan ilustrasi pengunjung.

5. Peka terhadap kontak fisik

Ada trauma yang ditimbulkan ketika menjadi saksi satu-satunya pembunuhan ibunya. Sehingga orang-orang di sekitar Sang Tae sangat berhati-hati untuk menyentuh tangan dan bahu. Dan memilih tidak menyenyuh rambut bagian belakang.

6. Wajah sebagai ekspresi emosi dan perasaan

Karena terbatasnya variabel perasaan yang bisa dijelaskan secara verbal, maka Sang Tae mempelajarinya melalui gambar. Dengan gambar tersebut Sang Tae mengenali emosi dan perasaan yang muncul di wajah Gang Tae dan Moon Yeong.

7. Kesulitan menjelaskan perasaan sendiri

Sang Tae mengeluarkan kata dan frasa yang berulang ketika sedang menjelaskan sesuatu. Nyaris tidak ada kaimat lengkap yang muncul dari Sang Tae ketika melakukan percakapan. Dan, sulit bagi Sang Tae menjelaskan perasaannya sendiri karena tampaknya sulit bagi oppa untuk mengelola informasi tentang perasaannya..

***

Drama ini tersisa beberapa episode lagi. Tampak perkembangan empati dari Sang Tae terhadap Moon Yeong dan Gang Tae. Dan perkembangan ini sangat menyenangkan yang nonton. Aku. Tidak sabar melihat oppa Sang Tae di episode terakhir.. :)

***

Sumber: wiki/Autisme

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun