Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Penggiat Budaya | Pekerja Sosial | Fasilitator Pendidikan | Eks Pengawas Pemilu

KOMPASIANA AWARD - 2019: Most Viewed Content lebih dari 400.000 Pageviews - 2021: Nomine Best in Citizen Journalism - 2022: Nomine Best in Opinion

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Inilah Cara Mengakhiri Gaya Hidup Konsumtif

26 Mei 2025   22:49 Diperbarui: 26 Mei 2025   22:49 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi investasi: Money profit finance business(sumber: Pixabay)

Kalau ditanya, "Apakah kamu pernah menabung emas?" Jujur saja, jawabanku: belum.

Tapi kalau ditanya, "Apakah kamu pernah terjebak gaya hidup konsumtif?" Jawabanku: sering.

Aku terjebak dalam gaya hidup yang konsumtif karena aku adalah tipe orang yang suka memberi "reward" ke diri sendiri setelah kerja keras. Mengapa? aku berasal dari keluarga yang kurang mampu, aku menjalani perjalanan hidup yang kurang menyenangkan. Karena itu, reward adalah obat untuk menyembuhkan luka-luka yang aku alami selama ini.

Masalahnya, aku tidak sadar jika reward itu seringkali berlebihan: beli barang yang bukan kebutuhan, makan di luar terlalu sering, dan berujung menyesal di akhir bulan. Gaji habis tanpa jejak jelas, dan ironisnya, aku tidak punya simpanan apa pun. 

Aku tahu aku tidak sendiri. Meskipun banyak yang tidak mengalami kehidupan seperti saya, mereka juga hidup seperti ini, terutama generasi muda yang tumbuh di tengah iklan digital, promo setiap hari dan godaan "paylater." Kita sering merasa mampu padahal sebenarnya cuma menunda masalah ke depan.

Aku pernah terjebak paylater di salah satu platform digital karena promo barang yang bisa ditebus murah, meski bukan kebutuhan, aku ingin miliki karena harga promo. Aku pernah menunda bayar asuransi dan tergoda membayar menggunakan pinjaman paylater di salah satu dompet digital, aneh bukan?

Namun akhir-akhir ini, aku mulai merasa lelah. Lelah dengan siklus pengeluaran tanpa tujuan. Lelah merasa tidak aman secara finansial. Dari situlah aku mulai mencari cara untuk membenahi pola keuangan. Dan satu kata yang muncul berkali-kali dalam pencarianku adalah: tabungan emas. Menurutku, menabung emas adalah investasi yang sederhana, tetapi sangat berarti.

Aku bukan ahli keuangan. Tapi aku akhirnya mulai tertarik pada konsep investasi---bukan dalam arti besar dan kompleks, tapi investasi yang membumi dan bisa dijalankan oleh siapa saja. Dan menurutku, emas termasuk yang paling banyak disebut orang-orang yang aku percaya.

Kenapa tabungan emas?

Aku setuju bahwa emas memiliki nilai yang lebih stabil dalam jangka panjang. Menurut Mery Fitrianti dalam artikel berjudul Kenapa Emas Digital Bisa Jadi Investasi Jangka Panjang yang Aman, mengatakan bahwa emas dikenal sebagai aset yang nilainya cenderung stabil dan bahkan meningkat seiring waktu. Tidak seperti saham atau jenis investasi lain yang mudah terpengaruh oleh gejolak pasar, emas menawarkan tingkat risiko yang lebih rendah. Karena itu, emas menjadi pilihan ideal bagi siapa pun yang ingin menjaga kestabilan nilai kekayaannya. Kini, lewat emas digital, siapa pun bisa memiliki aset ini dengan lebih praktis tanpa harus repot menyimpan emas fisik atau menanggung biaya tambahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun