Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Inilah Hal Penting yang Tak Boleh Diabaikan dalam Pendidikan Seks

17 Desember 2021   21:30 Diperbarui: 18 Desember 2021   09:01 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ibu memberikan pendidikan seks kepada anak. Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Penyakit menular seksual juga tidak hanya terjadi akibat hubungan seksual tetapi perilaku-perilaku seksual lainnya seperti oral seks maupun peting.

Harus diakui bahwa kasus-kasus kekerasan seksual akhir-akhir ini semakin banyak. Itu sebatas peliputan media, belum ditambah dengan kasus-kasus yang ditutupi. Realitanya, korban kekerasan seksual tidak hanya anak perempuan, tapi juga laki-laki, pelaku juga bukan hanya laki-laki, tapi juga perempuan.

Korban diiming-imingi uang untuk melayani nafsu seks pelaku. Korban pun diintimidasi oleh pelaku dengan ancaman pembunuhan misalnya, supaya tidak menceritakan peristiwa tersebut kepada siapapun.

Beberapa kasus kekerasan seksual disebabkan karena pergaulan bebas seperti melakukan seks sebelum menikah. Menurut data dari Infodatin Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2012, ada sebanyak 14,6% laki-laki usia 20-14 tahun dan 4,5% laki-laki usia 15-19 tahun yang pernah melakukan seks pranikah. Sedangkan untuk perempuan di usia 20-24 tahun terdapat sebanyak 1,8% dan di usia 15-19 tahun sebanyak 0,7%.

Berdasarkan survei tersebut, kebanyakan alasan seoarang laki-laki melakukan hubungan seksual adalah karena penasaran atau ingin tahu. Sementara untuk perempuan pada umumnya karena dipaksa oleh pasangan (dianggap sebagai kekerasan seksual).

Ilustrasi | (SHUTTERSTOCK/Photographee.eu) via Kompas.com
Ilustrasi | (SHUTTERSTOCK/Photographee.eu) via Kompas.com

Kasus-kasus kekerasan seksual semacam ini merupakan potret pendidikan seksual kita. Pendidikan seksual di Indonesia belum memberikan sumbangsih yang besar dalam menangani kasus-kasus kekerasan seksual. Pendidikan seksual belum menjadi prioritas utama dalam membangun fondasi pendidikan kita. Orang tua dan guru pun belum memainkan peran central dalam penerapan pendidikan seksual.

Memang salah satu kendala kita adalah hal-hal berbau seks merupakan hal yang tabu jika dibicarakan, tapi harus diakui bahwa budaya patriarki juga menjadi hambatan dalam penerapan pendidikan seksual.

Di beberapa budaya, di Timor (daerah penulis) misalnya. Pendidikan seksual dititikberatkan pada perempuan dimana perempuan harus berusaha melindungi diri sementara pendidikan seksual bagi laki-laki tidak menjadi penting.

Padahal pelaku dan korban datang dari kedua belah pihak-- laki-laki maupun perempuan-- sehingga penerapan pendidikan seksual pun harus untuk kedua belah pihak, laki-laki dan perempuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun