Karena itu, jika kita dipaksa untuk membuat hipotesis awal (H0), Risma sanggup mengeksekusi visi presiden. Dia punya catatan sukses yang dapat dijadikan sebagai pegangan untuk yakin bahwa dia mampu selain meluapkan emosi dan meneteskan air mata demi rakyatnya.
Risma sukses menata Kota Surabaya menjadi lebih baik. Sejak kepemimpinannya di DKP, hingga menjadi wali kota, Surabaya menjadi lebih asri dan tertata dengan baik dibandingkan sebelumnya, lebih hijau dan lebih segar.
Ia membangun beberapa taman kota yang seperti pemugaran taman bungkul di Jalan Raya Darmo dengan konsep all-in-one entertainment park, taman di Bundaran Dolog, taman buah Undaan, serta taman di Bawean, dan di beberapa tempat lainnya. Tempat-tempat tersebut dulunya mati tetapi setelah dikelola oleh Risma, taman-taman tersebut dipenuhi oleh warga Surabaya setiap malam.
Karena itu Risma diganjar beberapa penghargaan. Baik penghargaan untuk kota maupun penghargaan individu. Ia pernah dinobatkan sebagai wali kota terbaik ketiga di dunia versi World City Mayors Foundation atas keberhasilannya menata Kota Surabaya. Dan masih banyak penghargaan yang tidak bisa saya uraikan satu persatu.
Memang beda Surabaya beda Indonesia. Beda Walikota beda Menteri. Tapi, bukankah pertanyaan-pertanyaan ini pernah diajukan kepada Jokowi? Beda Solo beda Jakarta. Beda Jakarta beda Indonesia. Saat ini, terlepas dari beberapa kegagalan, Jokowi muncul sebagai presiden yang lebih baik dari presiden-presiden sebelumnya dari sisi membangun Indonesia.
Terlalu dini kita meragukan Risma. Kasih dia kesempatan. Kita akan tahu dia mampu atau tidak. Abraham Lincoln mengatakan bahwa jika kita ingin mengetahui kemampuan seseorang, berikanlah dia kesempatan. Berikan Risma kesempatan untuk melakukan apa yang dia mau dan lihat perubahan apa yang akan terjadi.