Beberapa minggu yang lalu, saya cukup kaget dengan salah satu akun Facebook yang menggunakan identitas saya sebagai identitasnya lalu dengan sengaja membuat postingan provokatif. Akibatnya, beberapa akun Facebook yang merasa dirugikan dengan postingan tersebut mencaci maki saya.
Sebagai Warga Negara Indonesia (WNI) yang taat hukum, saya mendatangi kantor kepolisian setempat dan melaporkan akun tersebut bahwa akun tersebut bukan milik saya alyas akun palsu untuk mengamankan diri saya.
Atas dasar kejadian ini, saya memilih menulis artikel ini terkait penggunaan media sosial yang semakin hari semakin tak terkontrol karena media sosial merupakan media yang digunakan untuk bersosialisasi atau berinteraksi dengan orang lain bukan untuk menjatuhkan orang lain, mencaci maki orang lain dan sebagainya.
Saya sepakat dengan pendapat Chris Brogan tentang media sosial bahwa media sosial merupakan seperangkat alat komunikasi dan kolaborasi baru yang memungkinkan terjadinya berbagai jenis interaksi yang sebelumnya tidak tersedia bagi orang awam.
Jika kita melihat sejarah perkembangan media sosial, semua manusia adalah orang awam teknologi. Barulah pada tahun 1978, penemuan Bulletin Board System (BBS) yang memungkinkan seseorang untuk dapat berhubungan atau berkomunikasi dengan orang lain menggunakan surat elektronik, manusia ramai-ramai menggunakannya untuk berinteraksi dengan kerabat dan kenalannya di tempat lain.
Penemuan itu akhirnya membuka jalan bagi perkembangan media sosial. Blog, Facebook, Twitter, Line, Instagram, WhatsApp dan sebagainya mulai ditemukan. Banyak orang semakin mudah berinteraksi dengan sesamanya.
Bahkan, yang lebih hebatnya, pada saat pandemi Covid-19, pertemuan-pertemuan penting sudah dilakukan secara daring. Begitu dahsyat perkembangannya.
Media sosial sejatinya diciptakan untuk memudahkan komunikasi antar individu yang berada di lokasi yang berbeda. Perkembangannya juga membuat media sosial tidak terbatas pada kemudahan komunikasi.
Saat ini, media sosial memudahkan orang-orang saling berbagi ide, bekerja sama, berkolaborasi untuk menciptakan kreasi, berpikir, berdebat, menemukan orang yang bisa menjadi teman baik, menemukan pasangan hidup dan ada yang menggunakannya untuk membangun sebuah komunitas.