Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Keramatnya "Sen Nobif", Bagian Tradisi Pernikahan Adat Suku Dawan (Timor)

27 Januari 2020   11:16 Diperbarui: 29 April 2020   08:41 3390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasangan Suami-Istri berpakaian adat Amanuban (Dokumentasi pribadi)

Masyarakat Dawan percaya bahwa jika larangan tersebut dilanggar oleh pengantin maka konsekuensi yang harus ditanggung adalah kematian. Konsekuensi paling ringan adalah tidak memiliki keturunan.

Setelah itu barulah tradisi Sen Nobif dilakukan. Pada umumnya, tradisi Sen Nobif adalah wewenang laki-laki. Laki-laki memiliki hak penuh untuk menentukan apakah boleh dilakukan tradisi Sen Nobif atau tidak.

Jika pihak laki-laki sudah siap maka pihak laki-laki akan merencanakan waktu untuk pelaksanaan "Sen Nobif". Setelah waktu pelaksanaan disepakati, pihak laki-laki akan mengutus seseorang yang bukan keluarga dekat laki-laki (jubir atau tua adat) untuk memberitahukan kepada pihak perempuan.

Jika kedua belah pihak sudah siap maka tradisi boleh dilakukan, akan tetapi, jika pihak perempuan belum siap maka tradisi Sen Nobif tidak dapat dilakukan juga.

Namun, jarang sekali menemukan pihak perempuan berada pada posisi ini. Pasalnya, tradisi Sen Nobif adalah tradisi yang sangat diharapkan oleh pihak perempuan untuk dilakukan sehingga kadang kala perencanaan pelaksanaan Sen Nobif dilakukan jauh sebelum pernikahan dilakukan.

Jika Sen Nobif tidak atau belum dilakukan maka pasangan pengantin baru tidak diizinkan mengunjungi orangtua dan famili lain dari pihak perempuan. Bahkan, jika terjadi pertemuan yang tidak disengajakan di jalan atau dimana saja maka saling tegur dan senyum tidak boleh dilakukan.

Hal tersebut tidak boleh dilanggar karena akibatnya akan sama seperti dilarang menoleh. Kematian atau paling ringan tidak memiliki keturunan. Bahkan, semua orang Dawan percaya bahwa kehidupan rumah tangga mereka akan tersendat-sendat.

Oleh karena itu, tujuan utama Sen Nobif adalah untuk membuka jalan kepada pengantin baru. Boleh mengunjungi orangtua dan keluarga perempuan. Lebih dari itu, pintu kebahagiaan dan kesuksesan terbuka bagi anak-anaknya.

Sebagai cindera mata atau kenang-kenangan Sen Nobif, orang tua perempuan akan memberikan sesuatu kepada kedua pengantin. Pada umumnya, tanah atau mamar (tanaman perkebunan) merupakan cindra mata favorit yang diberikan.

Pemberian tanah merupakan bagian dari pembagian harta warisan, bahwa bukan hanya laki-laki yang berkuasa tetapi perempuan juga harus mendapatkan bagiannya. Inilah yang dinamakan prinsip feto-mone, prinsip kesetaraan gender dalam budaya Suku Dawan.

Baca: Mengulas Status Perempuan Sebagai "Ibu bagi Kehidupan" Suku Dawan (Timor)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun