Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mengenal William Aditya, Anggota DPRD Termuda DKI Jakarta, Pengkritik Keras Anies Baswedan

24 Agustus 2019   00:38 Diperbarui: 2 September 2019   18:27 1805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
William Aditya Sarana, Anggota DPRD DKI periode 2019-2024 dari PSI/KOMPAS.com/RYANA ARYADITA UMASUGI

Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.

-PAULUS, Rasul Kristen dari Roma

William Aditya terpilih sebagai anggota legislatif termuda di Provinsi DKI Jakarta dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Pasalnya, umurnya baru memasuki 23 tahun.

William dilahirkan di Jakarta Barat, 2 Mei 1996. Ia menyelesaikan bangku sekolah dasar di SD Bina Kusuma pada tahun 2008. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di SMP Dian Harapan dan selesai pada tahun 2011.

Lalu setelah menyelesaikan studi di SMP, William memilih melanjutkan studi Sekolah Menengah Atas di Dian Harapan juga dan selesai pada tahun 2014.

Di SMA ia aktif dalam kegiatan-kegiatan OSIS dan tertarik mengikuti perkembangan politik di Indonesia. Saat itu ia rutin membaca koran dan berita tentang politik di Indonesia. Disitulah ia melihat bagaimana kotornya politik di Indonesia. Sehingga ia gemar berdebat dan berdiskusi tentang ketatanegaraan dan perpolitikan di Indonesia.

Setelah tamat SMA, William melanjutkan studi Ilmu Hukum di Universitas Indonesia. Pengalamannya di bidang organisasi semasa kuliah tidak bisa dipandang sebelah mata. Ia aktif berorganisasi baik ditingkat Fakultas maupun Universitas. Ia pernah menjadi Ketua Mahkamah UI pada tahun 2017, Anggota Kongres UI, Legal Intern Sekretariat Kabinet dan Legal Intern Mahkamah Konstitusi.

Pria bernama lengkap William Aditya Sarana juga pernah memiliki kesempatan belajar di Clinical Legal Education, Universitas Malaya pada tahun 2017. 

William bukan mahasiswa yang menghabiskan waktunya di organisasi dan mengesampingkan kualitas dirinya sebagai mahasiswa fakultas hukum. Ia pernah meraih Student Research Award Tanoto Foundation pada tahun 2015. Setahun kemudian, ia meraih Juara 1 PKM-Penelitian FHUI. Lalu pada tahun 2017 ia meraih Juara 3 Consdraft MPR RI.

Pria yang lulus sebagai sarjana hukum pada tanggal 18 Juli 2019 ini memilih terjun ke dunia politik praktis pada pemilihan legislatif 2019 sebelum menyelesaikan studi sarjananya. Ia mencalonkan diri sebagai calon anggota legtislatif untuk DPRD DKI dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Daerah Pemilihan (Dapil) 9 Jakarta Barat (Kalideres, Cengkareng dan Tambora).

Hal yang mendorong pria yang akan wisuda 30 Agustus ini adalah korupsi yang masih merajalela dan intoleransi yang masih menguasai Indonesia. Bahkan, ia mengatakan bahwa ia tidak ingin melihat Jakarta terus menerus rusak sampai dengan hari tuanya.

"Jika masalah-masalah yang tidak diselesaikan, kita tidak hanya melepaskan kehidupan kita sendiri tetapi juga anak-cucu kita. Saya sebagai generasi muda (22 thn) tidak ingin di hari tua saya nanti, Jakarta masih dalam kondisi yang rusak, intoleran, dan penuh korupsi. Di hari tua nanti saya ingin melihat, Jakarta yang bersih, transparan, dan toleran," tulis William di Kumparan. 

Prinsip ini juga mempengaruhi arah politiknya. Ia lebih memilih PSI yang masih polos dan lugu dari berbagai masalah yang ia benci sebagai partainya daripada partai-partai besar lainnya yang sudah terkontaminasi dengan korupsi dan sebagainya.

Meskipun sangat mudah dan partainya yang baru seumur jagung bahkan sempat dianggap remeh oleh beberapa politisi, William berhasil meraup suara sebanyak 12.295 suara.

Menarik, pria yang sempat tidak dapat persetujuan dari ayahnya sebagai calon legislatif ini menanggapi pandangan orang lain soal usianya dengan mengakuinya tetapi baginya orang tua juga memiliki masalah dimana tidak menggunakan pengalamannya untuk memberantas korupsi dan lain sebagainya.

"Tantangannya yang pertama saya paling muda jadi diremehin. Anak muda bisa apa? Anak kemarin sore. Itu yang saya pernah bilang kalau anak muda itu kurang pengalaman akan tetapi kita tuh bisa tambal dengan ilmu keberanian dan idealisme," ucap William saat berbincang dengan Kompas.comdi Kantor DPW PSI, Kemayoran, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.

Bagi William, hal seperti ini adalah hal yang biasa bagi dia. Pasalnya, ia selalu dipandang sebagai kaum minoritas yang tidak dianggap. Bahkan semasa kuliah, ia sering dikucilkan karena latar belakangnya yang Kristen dan Chinese.

"Di kampus saya double minority. Politik kampus saya kristen saya chinese. Pada saat masuk praktis saya triple minority saya chinese, muda, dan kristen," kata William.

Menarik, sebagai kaum minoritas, ia tidak menyiapkan dana besar-besaran untuk melakukan kampanye atau dengan memberi amplop dan sebagainya. Ia hanya menyiapkan uang untuk alat peraga kampanye dan makan minum dengan warga pada saat kampanye.

"Soal modal, oleh PSI alat alat peraga pun kita dibantu, dan pengeluaran-pengeluaran caleg kalau di PSI itu sangat dijaga karena takutnya akan terjadi mentalitas balik modal," katanya.

Terbukti calon legislatif nomor urut satu PSI memperoleh suara terbanyak dibanding caleg PSI lainnya di Dapil 9 Jakarta Barat. Bahkan, PSI DKI Jakarta mampu meraih suara terbanyak keempat di tingkat provinsi DKI Jakarta di atas partai senior seperti Partai Demokrat dan Partai Amanat Nasional (PAN).

Menarik, sebelum menjadi anggota legislatif, ia sudah berani mengkritik Anis Baswedan soal penutupan trotoar Tanah Abang. Bahkan, Kader PSI ini bersama temannya Zico Leonard berani menggugat Anis Baswedan di tingkat Mahkamah Agung (MA) dan berhasil memenangkan gugatan tersebut. Artinya Pasal 25 ayat (1) Peraturan Daerah (Perda) Nomor 8 Tahun 2007 Tentang Ketertiban Umum yang diterbitkan oleh Anis Baswedan harus ditinjau ulang.

William pun tidak segan-segan menyebut Anis Baswedan sebagai gubernur terburuk yang dimiliki Jakarta. Ia pun mengatakan bahwa DPRD DKI Jakarta pun memiliki kinerja yang sangat bobrok. Untuk itu, ia bertekad merubah pola yang sangat buruk itu.

"Pertama, Pak Anies menurut saya salah satu gubernur terburuk yang pernah dimiliki DKI Jakarta, ditambah lagi dengan DPRD kita kinerjanya sangat buruk. Misalnya tahun lalu tidak ada satu pun anggota DPRD DKI yang melaporkan LHKPN (Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara), itu kan artinya mereka gak mau transparan kepada publik terkait harta kekayaan mereka," kata William.

William akan menjadi Anggota DPRD periode 2019-2024. Apakah ia akan memperjuangkan aspirasi masyarakat seperti yang didengungkan selama ini? Mari kita menyimak.

Salam!!!

Referensi: Satu; Dua; Tiga; Empat; Lima; Enam; Tujuh; Delapan; Sembilan; Sepuluh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun