Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Jokowi di Antara Klaim PDI-P, NasDem, dan Asmindo

17 Juli 2019   00:02 Diperbarui: 18 Juli 2019   22:19 3868
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum Nasdem Surya Paloh di kampus Akademi Bela Negara Nasdem, di Pancoran, Selasa (16/7/2019).|Kompas

Dengan bangga ia mengatakan bahwa memang wajar Surya Paloh mengklaim Jokowi sebagai kadernya karena kualitas kader PDIP demikian. Sudah teruji kualitasnya.

"Kalau memang Pak Surya Paloh juga ngakui beliau kader NasDem, berarti kan overqualified kader-kader PDIP juga banyak yang mau dipakai partai yang lain. Jadi PDIP sih malah bangga kalau banyak orang yang ngakuin Pak Jokowi sebagai kader dengan berbagai motivasinya ya, Jadi tampaknya Pak Surya Paloh pengin agar supaya kader-kader NasDem seperti kader PDIP yang sukses. Aku sih positif saja melihatnya." ucap Sekretaris Bidang Pendidikan dan Pelatihan DPP PDIP Eva Kusuma Sundari.

Antara pernyataan bangga, sombong dan lupa.

Di akhir tahun 2018, SETARA Institute mencatat PDIP sebagai partai dengan kader OTT terbanyak dimana dari  19 kepala daerah, sebanyak 7 orang berasal dari PDIP.

"Jika merujuk data, kader-kader PDIP justru yang menduduki peringkat pertama terjaring OTT KPK," ujar Hendardi di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (20/12/2018).

Bahkan di tahun 2019, Bupati Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah, Supian Hadi memecahkan rekor korupsi di Indonesia. KPK menyebut kerugian negara akibat korupsi yang dilakukannya mencapai Rp5,8 triliun dimana jauh lebih besar dari BLBI yang hanya Rp4,5 triliun.

Bagi penulis, pernyataan Eva Kusuma Sundari sangat angkuh dan menipu diri sendiri. Ia mengatakan kader-kader PDIP sudah teruji kualitasnya. Artinya bahwa semua kader PDIP memiliki kualitas yang bagus tapi realitanya kader PDIP pimpin OTT dan memecah rekor korupsi di Indonesia.

Dia bahkan mengatakan bahwa kader-kader Partai NasDem mungkin mau belajar dari kader PDIP. Bukannya, PDIP yang seharusnya belajar dari NasDem? Toh jumlah kader yang terlibat korupsi dan OTT jauh lebih sedikit.

Mengapa Eva tidak mengatakan seperti Ketua DPP PDIP, Hendrawan Supratikno yang lebih netral dan tahu diri. Pernyataannya lebih berfokus pada pribadi Jokowi yang jadi teladan.

"Bang Surya itu seorang negarawan. Definisi kader bagi Bang Surya adalah mereka yang visi dan garis perjuangannya sejalan dengan NasDem. Itu tidak salah. Jadi bukan soal KTA atau jabatan struktural dalam suatu partai. Mungkin dengan pernyataan tersebut kader-kader Partai NasDem akan lebih percaya diri," kata Hendrawan

Dia tidak melihat pada partainya tetapi ia melihat pada sosok Jokowi yang menjadi teladan dan NasDem sebagai salah partai yang mendukung Jokowi selama dua periode berturut-turut yang patut dibanggakan dan membuat mereka lebih percaya diri karena mendukung figur yang hebat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun