Mohon tunggu...
Nengsih Sakeru
Nengsih Sakeru Mohon Tunggu... mahasiswastte medan

hobby: Bolavoly, Menari kepribadian saya: Ceria

Selanjutnya

Tutup

Diary

Belajar Nyaman dalam Ketidaknyamanan: Seni Bertumbuh dari Rasa Nyaman

12 Juli 2025   20:43 Diperbarui: 12 Juli 2025   20:43 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seringkali kita lari dari hal-hal yang membuat kita tidak nyaman, padahal di sanalah proses tumbuh terjadi. Mampukah kita belajar berdamai dengan rasa tidak nyaman?


Pernahkah kamu merasa cemas ketika berada dalam situasi baru, bingung saat harus mengambil keputusan besar, atau tidak yakin saat mencoba hal yang belum pernah dilakukan sebelumnya? 

Semua perasaan itu muncul dari satu sumber: ketidaknyamanan. Dan anehnya, manusia cenderung menghindar dari rasa itu.

 Kita lebih memilih zona nyaman---tempat yang terasa aman, familiar, dan bisa diprediksi. Tapi tahukah kamu? Justru dalam ketidaknyamanan, pertumbuhan sejati terjadi.

Ketidaknyamanan bukan musuh, ia adalah guru.

Jika kita renungkan sejenak, banyak momen penting dalam hidup justru hadir dalam situasi yang tidak nyaman. Pertama kali kita berbicara di depan umum, mungkin tangan gemetar. Pertama kali kita hidup jauh dari rumah, rasanya hampa dan sepi. 

Bahkan saat memutuskan keluar dari hubungan toksik atau pekerjaan yang tidak lagi sehat, prosesnya tidak pernah nyaman. Tapi lihatlah, setelah melewati semua itu, bukankah kita menjadi pribadi yang lebih kuat?

Ketidaknyamanan membentuk mentalitas tangguh. Ia melatih kita menerima kegagalan tanpa menyerah. Ia memperkenalkan kita pada rasa takut tanpa dikendalikan oleh ketakutan itu.

 Ketidaknyamanan mengajari kita untuk fleksibel, terbuka, dan penuh empati.

Namun, belajar nyaman dalam ketidaknyamanan bukan berarti kita harus terus berada dalam penderitaan atau menerima semua yang buruk dalam hidup. Justru sebaliknya, itu berarti kita melatih diri untuk tidak langsung lari saat situasi tidak berjalan sesuai harapan. 

Kita belajar menenangkan diri di tengah kegaduhan, berpikir jernih di tengah tekanan, dan terus melangkah meski hati berdebar.

Sama seperti otot yang butuh beban untuk tumbuh, jiwa kita juga perlu tantangan agar berkembang. Semakin sering kita menghadapi ketidaknyamanan dengan sadar, semakin kuat fondasi mental dan emosional kita. 

Di situlah muncul keberanian. Di sanalah tumbuh kepercayaan diri.

Belajar nyaman dalam ketidaknyamanan juga berarti menerima bahwa hidup memang tidak selalu mudah. Tidak semua orang akan setuju dengan kita. Tidak semua rencana berjalan mulus. 

Ada yang pergi, ada yang gagal, ada yang mengecewakan. Tapi justru lewat itulah, kita belajar makna syukur, kesabaran, dan keteguhan.

Maka, mulai sekarang, mari berhenti menghindari rasa tidak nyaman. Saat muncul rasa takut, jangan buru-buru menutup pintu. Saat hati gelisah, jangan langsung mencari pelarian. 

Duduklah sebentar dengan perasaan itu. Dengarkan apa yang ingin ia ajarkan. Karena mungkin, itu adalah pintu menuju versi terbaik dari dirimu.

Akhirnya, kenyamanan sejati bukanlah ketika segalanya sempurna, melainkan ketika kita mampu merasa tenang di tengah ketidaksempurnaan.


Ketidaknyamanan adalah ladang subur bagi pertumbuhan. Siapa yang berani menanam benih di situ, akan menuai kekuatan dan kebijaksanaan yang tidak bisa dibeli. Jadi, beranilah. Belajarlah. Dan tumbuhlah---bahkan jika itu terasa tidak nyaman.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun