Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Naik TransJakarta dari Stasiun Tebet ke Karet Kini Harus Transit di Halte Departemen Kesehatan

4 November 2023   09:12 Diperbarui: 4 November 2023   19:22 1457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Jumat lalu, saya ada agenda kegiatan di Menara Batavia. Gedung perkantoran yang beralamat di Jl. K.H. Mas Mansyur, Karet Tengsin, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Sudah lama juga baru ada agenda lagi di Menara Batavia.

Untuk ke sana, saya berencana menggunakan moda transportasi bus TransJakarta dari Stasiun Tebet. 

Seingat saya, ada bus TransJakarta yang tujuan Karet, turun di halte yang tidak begitu jauh dari Menara Batavia. Jadi sekali naik saja. Tarifnya Rp3.500. Murah meriah kan?

Kalau tidak salah, seingat saya nih, ada dua jenis TransJakarta yang ke Karet. Pertama yang melewati Patra Kuningan, nanti berbelok ke arah Mega Kuningan, Jalan Prof. DR. Satrio hingga ke Karet. Kedua, yang melewati underpass Casablangka, hingga ke Karet. Sudah lama juga sih itu. Tidak tahu kalau sekarang. Apakah ada perubahan?

Terakhir naik bus TransJakarta dari Stasiun Tebet itu satu bulan lalu. Waktu itu, saya menghadiri agenda kegiatan di Hotel Rafless, dekat Ciputra Artpreneur, Kuningan, Jakarta Selatan. Tapi naiknya yang 6D dengan rute Stasiun Tebet - Bundaran Senayan.

Bisa juga sih naik angkutan umum Mikrolet 44 Stasiun Tebet - Karet, tapi tarifnya tentu lebih mahal dibanding tarif TransJakarta. Tidak nyaman juga karena tidak ber-AC, dan bisa jadi rawan copet.

Ada juga JakLingko 48A Stasiun Tebet - Rusun Karet Tengsin. Lewatin juga Menara Batavia. Nah, kalau ini gratis. Semua trayek JakLingko gratis alias nol rupiah. Hanya bermodalkan e-money. Saldo nol pun masih bisa naik.

Cuma saya belum pernah naik JakLingko 48A. Padahal sering juga menghadiri agenda di sekitar Casablangka dan Mega Kuningan. Selalu lupa. Ingatnya ya TransJakarta saja. Padahal, JakLingko "ngetem" tidak begitu jauh dari "ngetemnya" bus TransJakarta. Mungkin karena peminatnya banyak sementara kapasitas daya angkut terbatas.

Setibanya di Stasiun Tebet, saya pun menuju halte bus TransJakarta yang memang sudah terintegrasi dengan moda transportasi lain. Seperti JakLingko, angkutan kota mikrolet 44, ojek online, ojek pangkalan, dan bajaj. Jadi, banyak pilihan untuk menggunakan transportasi.

"Mas, kalau mau yang ke Tanah Abang  naik yang mana ya?" tanya saya kepada petugas. Saya sebut Tanah Abang karena Menara Batavia masuk Kecamatan Tanah Abang.

"Oh, naiknya dari seberang sana, Bu?" jawab petugas seraya menunjuk arah Pintu Timur yang berarti harus menyeberang rel melalui jembatanan penyeberangan orang.

Ah, masa sih? Saya selalu naik dari sini kok (Pintu Barat), batin saya. Masa saya harus menyeberang? Saya juga belum pernah sih naik yang ke Tanah Abang dari Stasiun Tebet.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

"Itu lho Mas, yang ke Karet, yang lewat underpass," kata saya memastikan.

"Oh, sudah nggak ada itu, Bu. Rutenya sudah dimodifikasi. Sekarang harus transit dulu di halte Departemen Kesehatan," katanya.

Petugas lalu mengarahkan saya untuk naik 6C dengan rute Stasiun Tebet - Departemen Kesehatan (sebelumnya Stasiun Tebet - Karet via Patra Kuningan). Ia pun menunjuk bus TransJakarta yang dimaksud. Dari Halte Departemen Kesehatan lanjut naik 6K, rutenya Departemen Kesehatan - Karet.

Baru tahu saya. Informasi mengenai ini saya coba telusuri di Google. Ternyata rutenya memang sudah dimodifikasi. Berlaku sejak tiga bulan terakhir ini. Oh begitu... Ketahuan deh sudah lama tidak naik rute ini.

Baiklah. Setelah men-tap ini e-money di gate halte (di dalam bus juga bisa), saya pun menuju bus TransJakarta 6C yang sudah stand by. Penumpang sudah cukup penuh. Terlihat dari beberapa penumpang yang berdiri. Saya termasuk yang penumpang yang berdiri.

Saya perhatikan ukuran bus-nya yang tiga perempat. Mirip dengan ukuran Kopaja tempo dulu. Jadi, tidak bisa mengangkut banyak penumpang karena kapasitasnya yang terbatas. Tidak beda jauh dengan rute sebelumnya.

Bus pun melaju meninggalkan Stasiun Tebet. Jalan yang dilewati sama saja sih sebenarnya, cuma setelah halte Bapelda 1 bus belok ke kiri menuju Halte Ariobimo Sentral, HR Rasuna Said, kemudian putar balik, dan berakhir di halte Departemen Kesehatan.

Halte Departemen Kesehatan adalah halte transit yang melayani koridor 4D (TU Gas - Departemen Kesehatan), koridor 6 (Ragunan - Dukuh Atas 2), koridor 6A (Ragunan - MH Thamrin), koridor 6H (Lebak Bulus - Senen), Lin Cibubur, Lin Bekasi. Halte ini juga terintegrasi dengan Stasiun LRT Kuningan.

Saya turun di halte ini, lalu menunggu TransJakarta 6K ke Karet. Menunggunya di antrean 6K. Di beberapa pintu ditempeli stiker arah tujuan untuk membantu penumpang agar tidak salah naik. Karena saya baru pertama kali transit di sini, saya perlu bertanya kepada petugas untuk memastikan.

Tidak lama tibalah TransJakarta 6K. Petugas "berteriak" menginformasikan tujuan bus agar penumpang tidak salah naik. Karena ini halte transit, jadi saya tidak perlu bayar lagi. Nanti pas turun, baru saya tap out e-money, dan saldo saya pun akan berkurang Rp3.500.

TransJakarta 6C termasuk jenis non BRT atau non Bus Rapid Transit atau bus yang hanya berhenti di halte-halte di luar koridor. Layanan yang melayani penumpangnya di jalur umum. Jadi, tidak bisa transit di jalur umum. Kalau pun mau transit harus bayar lagi Rp3.500.

Suasana Halte Stasiun Tebet (dokumen pribadi)
Suasana Halte Stasiun Tebet (dokumen pribadi)
Nah, beruntungnya saya, TransJakarta 6C ini berhenti di halte transit koridor. Jadi, saya tidak perlu lagi bayar tarif Rp3.500. Jadi, sampai ke tujuan akhir, saya hanya membayar Rp3.500. Meski harus transit atau naik dua kali, saya bayarnya Rp3.500. Murah, kan?

Bus pun meninggalkan halte Departemen Kesehatan, lalu ke luar jalur untuk berbelok ke arah Jalan Prof. DR. Satrio. Saya perhatikan rutenya tidak berbeda jauh dengan rute-rute sebelumnya. Sama saja.

Setelah berhenti di halte Sampoerna Strategic, saya pun bersiap turun di halte Jalan Karet Pasar Baru Barat VII, dekat Menara Batavia. Tinggal jalan kaki deh. Tidak sampai 50 meter dari halte.

Oh iya, TransJakarta 6K ini jenis bus non BRT. Jadi, tidak bisa transit. Saya perhatikan tidak ada halte transit juga. Bus TransJakarta tidak ada yang lain selain 6K ini.

Kalau mau transit bisa saja sih di sekitar jalan Sudirman, tapi ya harus jalan kaki dulu dan bayar lagi Rp3.500. Satu-satunya cara transit tanpa harus bayar lagi, ya ikut sampai ke halte Departemen Kesehatan.

Jadi, ketika sampai di halte terakhir yang dekat Menara Batavia, jangan lantas turun, tetap saja di dalam bus dan ikut sampai ke halte Departemen Kesehatan. Anggap saja jalan-jalan. Dari sini, terserah deh mau ke mana. 

Pokoknya irit ongkos deh, tidak sampai membuat dompet jebol. Saya saja di hari itu untuk sampai ke Menara Batavia hanya mengeluarkan total ongkos Rp7.500 saja. 

Rinciannya, tarif naik Commuterline dari Stasiun Citayam ke Stasiun Tebet Rp4.000 ditambah TransJakarta dari Stasiun Tebet ke Karet Rp3.500. Total Rp7.500. Bayangkan tidak sampai Rp10.000! Benar-benar irit.

Demikian pengalaman saya. Semoga bermanfaat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun