Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Jangan Panik, Begini Ketika Harus Isoman di Rumah!

12 Juli 2021   19:26 Diperbarui: 15 Juli 2021   00:47 1704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustarsi obat-obatan yang dibutuhkan ketika isolasi mandiri. (sumber: SHUTTERSTOCK/BooDogz via kompas.com)

HP saya berbunyi. Informasi siapa-siapa saja warga Permata Depok yang terkonfirmasi Covid-19, masuk di group warga. Ibu RT memberikan informasi terbaru mengenai warga yang melakukan isolasi mandiri atau isoman.

Warga tersebut adalah saya sendiri. Ya, berdasarkan hasil swab antigen, saya dinyatakan positif. Ini adalah hari ketiga saya isoman.

Isolasi mandiri di rumah dilakukan jika pasien tidak bergejala sama sekali atau hanya mengalami gejala ringan seperti batuk atau sakit tenggorokan atau demam.

Saya sebenarnya tanpa gejala. Tidak batuk, tidak demam, tidak pilek, tidak kehilangan penciuman, tidak kehilangan pengecapan, tidak kelelahan, dan gejala-gejala umumnya Covid-19.

Coba kalau saya tidak melakukan swab antigen, pasti saya menyatakan diri saya baik-baik saja. Entah berapa banyak orang yang berpotensi saya tulari? Karena berdasarkan informasi yang saya baca varian Delta Covid-19 bisa menular meski sekedar berpapasan tanpa mengobrol.

Bisa saja saat saya belanja atau menyapa tetangga atau orang-orang di sekitar saya saat saya beraktifitas di luar rumah. Dan orang-orang itu pun berpotensi menularinya ke yang lain.

Kalau tubuh saya baik-baik saja, kenapa saya harus tes antigen? Begini ceritanya.

Ibu saya dibawa ke IGD RS Jantung Diagram Siloam Cinere, Depok, Jumat (9/7/2021) malam. Itu setelah berkeliling ke 5 rumah sakit yang ternyata ruang IGD-nya penuh. Ibu saya hanya diperiksa kadar saturasinya yang ternyata rendah: 33.

Akhirnya, oleh suami saya, yang kebetulan bekerja di Head Office Siloam Hospitals Group, dilarikan ke RS Jantung Diagram Siloam Cinere, Depok, setelah dipastikan ada bed kosong. Meski sama-sama wilayah Depok, jaraknya cukup jauh dari posisi wilayah saya.

Setelah mendapatkan penanganan IGD, ternyata paru-paru ibu saya sudah putih semua. Itu berdasarkan hasil CT Scan Thorax.

Dokter menjelaskan kemungkinan besar karena pnemunomia atau Covid-19. Jadi untuk memastikan, ibu saya harus test PCR meski hasil swab antigen ibu saya negatif.

"Ini bukan lagi suspek tapi sudah bisa dipastikan Covid-19. Kita tunggu hasil PCR-nya," jelas dokter kepada saya dan abang saya di ruang IGD seraya memperlihatkan foto hasil CT scan paru-paru ibu saya.

Saya jadi dag dig dug sendiri. Kalau ibu saya positif Covid-19, berarti saya, suami, anak-anak, dan bapak saya juga positif. Meski anak-anak menjaga jarak dengan ibu saya, tetapi kan anak-anak tidak berjarak dengan saya.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Dari orang rumah yang selalu berdekatan dengan ibu saya, ya sayalah yang paling sering. Saya yang memberinya obat, menyuapinya, memapahnya, mendampinginya ke rumah sakit, dan lain-lain. Terbayang kan bagaimana kegelisahan saya?

Sebelumnya, beberapa kali ibu saya tes antigen hasilnya selalu negatif. Hasil inilah yang membuat saya, suami, dan bapak saya jadi tenang. 

Terlebih berdasarkan hasil pemeriksaan cek darah, tidak ditemukan ada infeksi virus. Jadi saya merasa aman berdekatan dengan ibu saya. Terkadang malah tanpa masker.

Nah, karena perlu mengurus administrasi dan pendamping, maka pendamping harus ditest antigen. Prosedurnya begitu di rumah sakit ini. Swab antigen harus di sini. Tidak terima hasil swab antigen dari pihak luar.

Kalau sudah antigen di luar, berarti tetap harus antigen lagi di sini. Mungkin maksudnya untuk memudahkan penelusuran jika terjadi kasus. Pihak rumah sakit tinggal membuka data.

Jadilah saya test antigen sekalian untuk memastikan apakah saya kena Covid-19 atau tidak. Abang saya sih negatif karena sebelumnya sudah test antigen di luar. Setelah menunggu sekitar 30 menit, ternyata hasilnya positif.

Kalau saya positif berarti kemungkinan besar hasil PCR ibu saya positif. Dari mana saya bisa tertular selain dari ibu saya? Dan, ternyata beberapa hari kemudian hasil PCR ibu saya positif.

Ketika saya mengetahui saya positif, seketika saya jadi was-was sendiri. Bagaimana dengan anak-anak saya? Terlebih beberapa hari itu anak-anak tidak fit juga. Demam, batuk, mual-mual. Kalau suami saya sudah kehilangan penciuman dan pengecapan.

Tadinya saya mau test antigen semua, tapi kata kawan saya penyintas Covid-19, tidak usah. Anggap saja positif semua karena pusat sumber penularannya ya di rumah saya. Terlebih saya yang tidak bergejala saja positif.

"Isoman aja semuanya. Di antigen juga pasti positif," katanya. Kalau dipikir-pikir, benar juga. Mending duit buat test antigen dialokasikan buat beli stok makanan, vitamin, susu, obat-obatan selama isoman.

Dapat kiriman minyak kayu putih dari kawan saya, Inung Kurnia (dokumen pribadi)
Dapat kiriman minyak kayu putih dari kawan saya, Inung Kurnia (dokumen pribadi)
Jadi, kami pun isolasi mandiri di rumah. Saya dan anak kedua saya di lantai atas, suami dan dua anak saya di lantai bawah. Kebetulan di setiap kamar ada kamar mandinya.

Akhirnya, saya terkonfirmasi Covid-19 juga. Sepertinya memang sudah waktunya saja. Tinggal menunggu giliran. Sekarang giliran saya dan keluarga mengingat hampir sebagian besar tetangga saya sudah terkena Covid-19. 

Terlebih kompleks rumah saya katanya sudah masuk zona merah. Cuma tidak diinformasikan saja supaya warga tidak stress atau ketakutan.

Biar tidak panik, saya dan suami mengingatkan anak-anak tidak perlu terlalu khawatir dengan Covid-19. Penyakit ini ya seperti batuk, flu, demam yang biasa kita rasakan. Tidak ada yang perlu ditakutkan.

"Bedanya, selama 14 hari kita tidak boleh ke mana-mana. Di rumah saja. Setelah isoman kita akan melakukan tes PCR di Head Office Siloam Hospitals Group, Lippo Karawaci, Tangerang. Di kantor daddy kerja," jelas suami.

Pihak rumah sakit sih menyampaikan selama isoman, kalau merasa demam ya minum paracetamol, kalau batuk ya minum obat batuk, kalau merasa mual ya minum obat mual.

"Kalau tidak ada gejala ya tidak usah minum obat. Cukup minum air hangat dan vitamin saja. Konsumsi makanan bergizi. Tidak lupa untuk berjemur," katanya.

Saya pun menyampaikan kondisi saya dan keluarga ke pihak RT lalu diteruskan ke Puskesmas. Tidak lama pihak Puskesmas menghubungi saya dan menanyakan kondisi saya yang saya jawab baik-baik saja.

Pihak puskesmas juga memberikan panduan bagaimana isoman di rumah. Katanya, berikut ada beberapa hal yang bisa dilakukan saat isolasi mandiri di rumah:

1. Olahraga ringan atau berjemur antara jam 8-10 pagi, tetap jaga jarak dan pakai masker serta lihat lingkungan sekitar bila dilakukan di teras rumah
2. Makan makanan dengan gizi seimbang dan lengkap
3. Membuka ventilasi atau jendela kamar agar udara bisa berganti
4. jika harus bertemu dengan anggota keluarga di rumah, tetap jaga jarak minimal 2m dan memakai masker

5. Konsumsi vitamin yang biasa dikonsumi, bila diperlukan
6. Desinfeksi mandiri dengan mencampurkan 2 sdm bayclin + air bersih 1 L lalu disemprotkan ke benda-benda yang sering dipegang
7. Memakai alat makan terpisah
8. Mencuci pakaian terpisah
9. Menggunakan ruangan terpisah

"Semoga dapat membantu dan selalu semangat agar imun kita dapat melawan virus covid," katanya.

Tampaknya memang kita harus "bersahabat dan berdamai" dengan Covid-19. Karena bagaimanapun kita sudah berusaha menjaga diri dan disiplin menerapkan protokol kesehatan Covid-19, sepertinya virus itu akan mampir juga untuk menyapa.

Tidak bisa dihindari juga setelah berjuang dalam pertempuran melawan Covid-19. Jadi, ketika kita terkonfirmasi Covid-19, ya dibawa enjoy saja. Rileks. Happy. Awalnya saya sempat gelisah, tapi akhirnya bisa menerima keadaan.

Jika kita tenang akan jauh lebih mudah penyembuhannya dibanding jika kita gelisah. Kalau panik dan saling menyalahkan justeru akan membuat sistem imun jadi menurun. Tidak lupa kita harus selalu berpikir positif.

Menurut saya, kunci utama hidup dengan Covid-19 adalah vaksinasi. Meski vaksinasi tidak menjamin kita tidak tertular, setidaknya gejala yang dirasakan tidaklah berat. Vaksinasi membuat sistem kekebalan tubuh mengenali dan mampu melawan saat terkena penyakit tersebut.

Saya, misalnya, mungkin karena saya sudah vaksinasi dua kali, jadi ketika saya terkonfirmasi positif, ya biasa-biasa saja. Tidak mengalami gejala-gejala umum seseorang terkena Covid-19.

Harus diingat, setelah vaksinasi kita tetap harus disiplin menerapkan prokes 5M -- memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan pakai sabun atau hand sanitizer, menghindari kerumunan, membatasi mobilitas.

Ok, tetap semangat ya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun