Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Anak Ulangan Harian di Sekolah, Sudah Siapkah Pembelajaran Tatap Muka?

26 April 2021   15:51 Diperbarui: 27 April 2021   04:50 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini, Senin (26/4/2021), anak bungsu saya yang kelas 3 SD ulangan tema 7 karena pembahasan mengenai tema 7 tuntas. Namun, kali ini ulangan dilakukan di sekolah, tidak lagi secara online seperti biasanya.

Karena masih pandemi Covid-19, maka siswa yang mengikuti ulangan dibagi 2 sesi, berdasarkan nomor urut kehadiran. Siswa dengan nomor urut 1-14 ujian pada pukul 8.00, nomor urut 11-28 ujian pada pukul 09.15. Anak saya mendapat giliran sesi pertama. 

Wali kelas memberi sejumlah catatan terkait kegiatan ulangan harian yang dilakukan secara tatap muka ini. Siswa diminta untuk menerapkan protokol kesehatan Covid-19. Memakai masker dan face shield, mencuci tangan sebelum masuk ke kelas, tidak berkerumun dengan teman, selesai ulangan langsung pulang.

Siswa saat ulangan diharapkan memakai baju bebas tapi sopan dan tidak menggunakan sendal jepit (tapi tadi, anak saya pakai seragam sekolah karena point ini tidak terbaca oleh saya atau mungkin terbaca tapi lupa. Entahlah.

Guru juga mengingatkan, orangtua mengantarkan anak sampai anaknya masuk kelas dan meninggalkan lokasi sekolah, menjemput siswa setelah selesai sesuai sesi dengan batas waktu sudah ditentukan. Orangtua juga tidak boleh menunggu siswa di area depan kelas.


Anak saya sih antusias ke sekolah secara sudah 1 tahun lebih tidak menjejakkan kakinya ke sekolah. Terlebih sekolah ini baru pertama kalinya ia masuki. Sebelumnya, anak saya bersekolah tidak begitu jauh dari sekolah ini 

Berhubung sekolah yang lama masuk dalam kategori bangunan bersejarah karena peninggalan Belanda, maka sekolah diambil alih oleh Dinas Kebudayaan. Para siswa pun dipindahkan di sekolah yang sekarang. 

Sekolah ini bersebelahan dengan sekolah anak pertama dan kedua saya. Ketika anak saya akan bersekolah di sekolah yang "baru" eh Covid-19 sudah mewabah. Dan, kasus pertama Covid-19 yang terjadi di Indonesia, ya diawali di Kota Depok. Sekolah pun berpindah ke rumah. 

Saya mengantar anak saya dengan naik taksi online biar anak saya lebih aman dan nyaman saja. Mengapa saya tidak naik mobil atau mobil sendiri karena saya tidak bisa mengendarainya. Parah banget ya saya!

"Nggak naik ojek aja, Bun?" tanya anak saya.

Saya jelaskan, bisa saja sih naik ojek online, tapi posisi jarak dia dengan driver sangat dekat. Dan, kondisi ini jelas sangat tidak menguntungkan buatnya. Potensi penularan Covid-19 cukup lebar. Tentu saja hal ini tidak sangat saya inginkan terjadi. 

Di kelas, saya perhatikan anak-anak duduk di kursi. Tidak terlihat berlari-larian seperti biasanya. Tidak ada suara ketawa yang kerap terdengar jika berjumpa dengan kawannya. Tiada pula keriuhan yang biasa menjadi "pemandangan" sehari-hari. 

Bagaimana dengan orangtua? Ya ngobrol-ngobrol sih tapi ngobrolnya tidak lepas seperti biasanya. Sekedar menyapa dan menanyakan kabar. Maklum, komunikasi sesama orangtua hanya melalui group saja. Lagi pula tidak boleh berisik hehehe... 

Sambil menunggu anak saya ulangan, saya mampir ke sekolah kakaknya di sebelah. Kebetulan saya ada keperluan untuk mengurus pendaftaran anak saya ke SMA. Ada beberapa hal yang perlu saya tanyakan kepada pihak sekolah. 

Setelah urusan saya selesai di sini, saya kembali ke sekolah si kecil. Ternyata ulangan masih berlangsung. Saya pun menunggu di area taman. Tidak lama kemudian, ulangan pun selesai. 

"De, bagaimana sekolahnya?" tanya saya. 

"Bagusan yang ini. Ada AC-nya. Lebih bersih dan lebih luas. Sekolahnya kayak hotel. Ada tamannya juga," katanya. 

Dokumen pribadi 
Dokumen pribadi 
Karena baru pertama kali ke sini, anak saya sebenarnya mau mengeksplor sekolahnya, tapi berhubung sudah ada imbauan segera pulang, akhirnya tidak terealisasi. Kami pun pulang dengan kembali menggunakan taksi online. 

Saya tidak sempat bertanya kepada wali kelas mengapa ulangan diadakan secara tatap muka. Dugaan saya sih karena ada rencana tahun ajaran baru pembelajaran diadakan secara luring. Jadi, ulangan ini bisa dijadikan semacam simulasi sejauh mana kesiapan sekolah mengadakan pembelajaran tatap muka. 

Sebagaimana diberitakan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim di sekolah di seluruh zona mulai Januari 2021. Hal tersebut diatur dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran pada Semester Genap Tahun Ajaran dan Tahun Akademik 2020/2021 di Masa Pandemi covid-19.

Namun keputusan tersebut tidak mengikat. Orangtua masing-masing siswa dibebaskan untuk menentukan apakah anaknya diperbolehkan ikut masuk sekolah atau tidak.

Kalau saya pribadi sih, tidak keberatan selama dalam pelaksanaan menerapkan protokol kesehatan Covid-19. Selama tren Covid-19 di Kota Depok, Jawa Barat, juga dalam status hijau alias aman. Kalau masih masih kuning, apalagi merah, ya jangan dulu.

Penerapan protokol kesehatan yang saya maksud, bukan lagi sekedar memakai masker, mencuci tangan, dan tidak berkerumun, tetapi juga harus adanya pembagian waktu belajar yang berbeda dengan jumlah siswa yang dibatasi seperti yang diterapkan saat ulangan tadi. 

Tapi pembelajaran tatap muka ini, menurut saya, sebaiknya lebih dikhususkan kepada siswa kelas 4, 5, 6 SD, SMP, SMA karena mereka sudah bisa diarahkan.

Sementara itu, kelas 1, 2, 3 lebih baik secara online mengingat tahap perkembangannya belum sematang kakak-kakak kelasnya. Apalagi untuk anak jenjang PAUD, jangan dulu deh.

Kalau anak pertama dan kedua saya tidak masalah juga sih. Alasannya karena mereka sudah bosan juga belajar tatap muka. Anak-anak mengaku lebih stres karena lebih banyak menerima tugas ketimbang materi pembelajaran. Cukup melelahkan jiwa, katanya. 

Pembelajaran secara online juga membuat anak-anak tidak leluasa buat bertanya lebih jauh kepada guru seperti jika dilakukan dengan tatap muka. 

Yang penting, kata anak-anak, pihak sekolah tegas mengawasi penerapan protokol kesehatan. Kalau ada yang mencoba-coba melanggar diingatkan. 

Suami saya juga setuju-setuju saja pembelajaran tatap muka dengan sejumlah catatan yang tidak beda jauh yang sudah saya sampaikan. Suami pun siap mengantar anak-anak ke sekolah. Pulangnya bisa naik taksi online. Dan selama di perjalanan dibekali hand sanitizer. 

Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Kota Depok Dadang Wihana, belum bisa memastikan apakah Kota Depok pada tahun ajaran baru menerapkan pembelajaran tatap muka.

Jika pada Juli mendatang tren penyebaran Covid-19 di Kota Depok turun, bukan tak mungkin dilangsungkannya proses belajar mengajar tatap muka atau langsung dilakukan di sekolah. 

"Tapi Covid-19 ini kan masih fluktuatif, tentu kita berharap yang terbaik," papar Dadang seusai mengecek langsung pelaksanaan vaksinasi Drive Thru Covid-19 di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) Depok, Jawa Barat, Senin (22/3/2021) sebagaimana dikutip Warta Kota, Selasa (23/3/2021).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun