Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Satu Tahun Hidup Bersama Covid-19, Ini Catatan Menteri Kesehatan

15 Maret 2021   08:50 Diperbarui: 15 Maret 2021   09:00 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (Dokumen pribadi)

 Setahun sudah kita menjalani masa pandemi Covid-19. Terhitung sejak Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus perdana pada 2 Maret 2020. Mulai dari orang-orang yang ketakutan hingga akhirnya menjadi "biasa-biasa" saja.

Banyak hal baru yang kita lewati. Kesusahan, kekecewaan, kesedihan, dan tentunya belajar beradaptasi dengan kebiasaan baru. Vaksinansi Covid-19 pun sudah mulai dilaksanakan secara bertahap.

Lalu apa dan bagaimana selanjutnya? Bagaimana cara kita menyikapinya?

"Memperingati" 1 tahun pandemi Covid-19, RS Premier Bintaro dan IKAMARS (Ikatan Alumni Magister Administrasi Rumah Sakit) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia menyelenggarakan giant webinar yang membahas "One Year Live With Covid-19: What's Next?", Minggu (14/3/2021)

Hadir sebagai pembicara yaitu Direktur Utama RSCM dr. Lies Dina Liastuti Sp.Jp (K) MARS, Direktur Utama PT Pertamina Bina Medika IHC DR. dr. Fathema Djan Rachmat, Sp.B, Sp.BTKV (K) MPH, Ketua IDI Banten Dr. Budi Suhendar, DFM, Sp.FM (K).

Selain itu, Ketua Komite Medik RS Premier Bintaro dan Ketua Keselamatan Pasien RI Dr. Bambang Tutuko, Sp.An KIC, serta Commerci Director ISS Indonesia Muhammad Sofyan.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin berkesempatan memberikan catatan. Katanya, seperti pandemi-pandemi sebelumnya, akan mengubah perilaku masyarakat, terutama terkait kesehatan agar tidak tertular penyakit.

Sebut saja pandemi The Black Death yang berawal dari Rusia pada abad ke-14. Wabah pes yang membunuh 100 juta orang di dunia dan hampir memusnahkan populasi Eropa. Hingga akhirnya wabah itu menjadi endemik dan hilang secara perlahan-lahan dalam waktu bertahun-tahun.

Adanya pandemi ini memunculkan perubahan perilaku masyarakat, terutama terkait dengan kebersihan yaitu sering mencuci tangan pakai sabun, menyikat gigi pakai pasta, membuang sampah pada tempatnya sebagai respon dari pandemi tersebut, dan lainnya.

Dirut RSCM dr. Lies Dina Liastuti Sp.Jp (K) MARS (Dokumen pribadi)
Dirut RSCM dr. Lies Dina Liastuti Sp.Jp (K) MARS (Dokumen pribadi)

Begitu pula hanya pandemi Covid-19 yang juga diyakini akan melahirkan perubahan perilaku masyarakat. Rajin mencuci tangan, menggunakan masker, menjaga jarak, tidak berkerumun. 

Perilaku baru ini sebagai respon manusia untuk bisa tetap survive di tengah pandemi yang dialaminya agar tidak tertular oleh pandemi.

"Setiap pandemi tidak akan berakhir satu atau dua tahun, tetapi bertahun-tahun dan setiap pandemi mengharuskan orang untuk mengubah perilakunya," jelas Budi.

Perubahan perilaku ini tidak mungkin diciptakan oleh Kementerian Kesehatan semata, tetapi butuh dukungan semua pihak, terutama masyarakat itu sendiri. Terutama mengingat perubahan perilaku ini sifatnya harus permanen, tidak hanya dilakukan saat terjadi pandemi.

Apalagi ketika pandemi "turun level" menjadi epidemi global dan semua negara akan berjuang untuk mencapai eradikasi. Dan, ini tidak akan berhasil jika perubahan perilaku itu hanya bersifat sementara.

Menkes mengingatkan ada 4 strategi penting penanganan Covid-1 sebagaimana yang direkomendasikan WHO. Pertama,  bagaimana diagnostic terhadap pasien Covid-19 ditegakkan. Diagnostik itu berarti tracing dan isolasi terhadap pasien.

"Ini sangat penting untuk melakukan identifikasi siapa saja yang terkena infeksi. Ini penting sebagai langkah awal untuk menahan laju penyebaran kasus Covid-19 yang jangan sampai melebihi kapasitas perawatan. Penting untuk identifikasi siapa yang kena, terus cepat di-tracing siapa lagi," ujarnya.

Ketua IDI Banten Dr. Budi Suhendar, DFM, Sp.FM
Ketua IDI Banten Dr. Budi Suhendar, DFM, Sp.FM
Program 3T (testing, tracing and threatment) harus terus dilakukan untuk menekan laju penularan Covid-19. Jika ada warga yang positif harus dilakukan penanganan agar tidak menularkan ke warga yang lain. Bisa dilakukan dengan bantuan Polri dan TNI.

Kedua, terapeutik yaitu bagaimana menentukan penindakan bagaimana seseorang harus dirawat dan obat jenis apa yang akan diberikan. Mulai dari cara pengobatan, akses ke dokter, akses ke rumah sakit dan penanganan isolasi bagi pasien Covid-19.

"Karena ternyata 80 persen pasien positif Covid-19 itu sembuh sendiri setelah melakukan isolasi mandiri, dan hanya 20 persen pasien yang perlu dirawat di rumah sakit, dan lima persen yang butuh ICU yang umumnya dialami pada lansia dan pasien komorbid. Itu sebabnya, lansia dan komorbid menjadi perhatian utama," ucap menkes.

Strategi ketiga, vaksinasi yang sudah dimulai sejak pertengahan Januari. Menkes menargetkan dalam waktu 15 bulan vaksinasi akan selesai. Vaksin penting untuk mencapai kekebalan komunal. Karena itu,semua warga Indonesia harus bersedia divaksin.

"Vaksin itu melindungi keluarga, rekan kita dan seluruh rakyat Indonesia. Tujuan vaksinasi adalah mencapai kekebalan komunal 70 persen dari pembuat. Kalau teman-teman divaksin, ini kesempatan kita untuk membantu melindungi sesama manusia," tegasmenkes.

Strategi keempat yaitu meningkatkan sistem kesehatan masyarakat (public health system) karena belajar dari pengalaman, pandemi selalu menimbulkan perubahan. Namun, yang terpenting adalah pencegahan. Masyarakat diimbau untuk tetap disiplin menerapkan 3M yaitu memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak.

Sistem ini termasuk juga memperkuat puskesmas seperti mengedukasi masyarakat untuk melakukan protokol kesehatan sehingga bisa memberikan perubahan.

Tak hanya itu, menkes juga mendorong perlunya adaptasi treatment medis karena selama pandemi Covid-19, tentunya kontak pasien non Covid-19 dengan dokter atau dengan rumah sakit jauh berkurang.

"Jadi harus ada adaptasi penanganan medis, misal dengan health talk, konsultasi medis melalui sambungan telepon dan lainnya," kata mantan Wakil Menteri BUMN tersebut.

Direktur Utama RS Premier Bintaro dr. Martha Siahaan, MARS MHKes (Dokumen pribadi)
Direktur Utama RS Premier Bintaro dr. Martha Siahaan, MARS MHKes (Dokumen pribadi)
 

Terkait hal ini, Direktur Utama RS Premier Bintaro dr. Martha Siahaan, MARS MHKes, menyampaikan, siapapun orang yang berada di lingkungan rumah sakit -- pasien, staf rumah sakit, staf tenant dan pengunjung, memiliki risiko terpapar Covid-19 dan penyakit menular lainnya.Kondisi inilah yang disebut sebagai infeksi Nosokomial atau yang dikenal sebagai 'Hospital Acquired Infections' (HAIs).

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di lingkungan rumah sakit. Seseorang dikatakan mengalami infeksi nosokomial jika infeksinya didapat ketika berada atau menjalani perawatan di rumah sakit. Infeksi ini bisa terjadi pada pasien, perawat, dokter, serta pekerja atau pengunjung rumah sakit.

Padahal, sejatinya rumah sakit semestinya menjadi tempat untuk berobat dan mendapatkan perawatan medis bagi pasien.

Karena itu, kata dr. Martha, di tengah penanganan pasien Covid-19, HAIs ini harus mampu dikontrol dan dikendalikan oleh rumah sakit, karena akan memengaruhi proses penyembuhan pasien.

Berbagai upaya pun telah dilakukan antara lain menjaga sistem sirkulasi udara, memelihara kebersihan kamar dan semua peralatan yang digunakan oleh pasien selama dirawat di rumah sakit.

Dengan demikian pasien, tenaga medis, perawat dan petugas penunjang medis serta masyarakat yang datang berobat ke rumah sakit dapat terlindungi.

Berbekal inilah Rumah Sakit Premier Bintaro menerapkan standar tinggi dalam mencegah dan mengendalikan infeksi di rumah sakit. Pelayanan ke pasien, keluarga dan masyarakat dapat tetap diberikan secara baik.

Webinar ini juga bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan, Ikatan Dokter Indonesia (IDI), RSCM, Pertamina IHC, Radio Heartline 100.6 FM dan ISS Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun