Makanya pintu kamar saya selalu saya tutup, kebetulan di kamar saya ada kamar mandinya. Jadi, saya tidak perlu melewati lantai yang dilewati si Snowy. Shalatnya di kamar. (Ribet atau saya yang meribetkan diri?)
Ketiga, biaya perawatannya yang cukup mahal untuk ukuran saya. Ya, makanannya, bedaknya, shamponya, vaksinnya, yang terkadang juga ke salon, dan ke dokter hewan kalau kondisinya kurang sehat. Kalau 6 ekor berapa biaya yang harus dikeluarkan?
Tapi, ya sudahlah, selama kebutuhan anak-anak masih terpenuhi, dan tidak mengganggu kestabilan keuangan rumah tangga, saya pun tidak protes. Meski sesekali kadang ngedumel kalau mencium bau pesing si kucing.
Oh iya, saya tidak mau ikut andil mengurus kucing, semuanya dilakukan oleh suami saya. Buang kotorannya, memandikannya, memberinya makan, yang melakukannya ya suami, yang terkadang juga dibantu oleh anak-anak. Saya mah ogah.
Tapi kalau mengelusnya sesekali, bolehlah. Terkadang tingkah kucing yang lucu kerap membuat saya terhibur. Terkadang gemas juga ingin memeluk atau mengelus tubuhnya. Namun, jarang banget saya lakukan. Kalau lagi ingin saja.
Ok, saya kembali ke Snowy.
Mengapa akhirnya saya "berkenan" mengadopsi Snowy? Pertama, kucing ini bukan lagi anak-anak. Seperti halnya manusia, anak kucing juga perlu perhatian yang lebih dibanding ketika kucing beranjak besar. Perlu kehati-hatian sebagaimana kita merawat anak kita saat bayi atau balita.
Kucing yang lebih dewasa juga telah menjalani hidup dengan sejumlah pengalaman yang sudah dipelajarinya. Jika kita memberinya perintah atau arahan, si kucing akan lebih paham dibandingkan kucing yang masih anak-anak.
Snowy yang sudah besar ini mudah juga diajak bercanda. Anak saya yang bungsu senang bercengkrama dengannya. Ia seolah merasa Snowy yang hilang kembali. Ya kembalinya kucing yang hilang.
Itu sebabnya, si kecil yang paling sering bermain dengan kucing, meski kerap juga saya ingatkan untuk tidak terlalu sering. Ya khawatir saja.
Si kecil suka memberinya makan langsung dengan tangan sambil memanggil namanya sembari mengelus kepalanya, atau mengajaknya bercanda dengan mengejar-ngejarnya, atau rebah-rebahan di sampingnya, atau menciumnya.