Berhubung museum ini tidak dikelola oleh pihak Taman Wisata Candi, maka untuk masuk ke sana, pengunjung diharuskan membayar tiket. Tiket masuknya termasuk murah, yaitu Rp5.000.
Ada juga Museum Kapal Samudraraksa yang di dalamnya terdapat Kapal Samudraraksa yang pernah melaut dari Afrika hingga Indonesia. Ditampilkan pula relief-relief yang menggambarkan kegiatan sedang berada di kapal.
Selain itu, ada Museum Borobudur yang berisi foto-foto sisi lain candi. Mulai dari penggalian awal hingga relief di kaki borobudur yang tersembunyi.
Setelah mengitari pelataran Candi Borobudur, kami memutuskan untuk berjalan kaki sambil mampir ke tempat-tempat yang disebutkan oleh petugas.
Sepenglihatan saya, mengunjungi Candi Borobudur peninggalan Buddha terbesar di dunia di tengah pandemi Covid-19 tidak seramai sebelum pandemi. Biasanya di hari libur jumlah pengunjung membludak, tapi ini tidak.
Meski sudah buka kembali dengan protokol kesehatan ketat sejak Juni 2020, kunjungan wisatawan masih terlihat sepi. Ramai sih tapi sepi. Jadi, untuk saya pribadi cukup aman dari penularan Covid-19.
Berdasarkan berita yang saya baca di iNewsYogya.id tertanggal 10 Desember 2020, dikatakan menjelang libur akhir tahun, PT Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur menambah jumlah kuota kunjungan ke Candi Borobudur, menjadi 4.000 orang per hari.Â
Kebijakan ini sudah berlaku sejak 26 November. Jumlah tersebut meningkat sekira 10% dari kuota sebelumnya 3.500 orang per hari.Â
Travelling di tengah masa pandemi Covid-19, memang agak menakutkan. Tetapi, jika dijalani dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat, kita tetap bisa berwisata dengan aman, nyaman dan terbebas dari Covid-19.
Terlebih pusat informasi selalu menyiarkan melalui pengeras suara akan pentingnya protokol kesehatan mulai menggunakan masker, mencuci tangan, hingga menjaga jarak.