Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Dewi Syafrianis, Sosok Inspiratif di Balik Produk "DenDang" yang Dimasak Secara Tradisional

25 Agustus 2020   09:00 Diperbarui: 25 Agustus 2020   09:03 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Facebook Sambal DenDang

"Sebenarnya punya usaha warung nasi itu enaknya dua kali. Pertama, untung besar, kedua selera terlepaskan karena tiap hari  berlimpah makanan padang yang bisa manjain lidah saya," tutur perempuan berhijab ini.

Lulusan Universitas Muhammdiyah Jakarta ini pun memutuskan memperkenalkan produk rendang dan dendeng buatannya ke orang-orang. Waktu itu, tercetus untuk mengemasnya dalam plastic vacuum dengan nama brand "DenDang".

Di tengah perjalanan mengembangkan usaha produk khas Minang, wanita kelahiran Jakarta, 12 Oktober 1975 itu langsung terpikir nama DenDang. Ia pun tak ragu untuk menggunakannya sebagai brand bisnis kulinernya.

"DenDang adalah singkatan dari dendeng dan rendang. Mulanya saya enggak jual dalam ukuran kecil. Jadi kalau orang pesan, ya, harus sekilo, minimal setengah kilogram. Alhamdulillah ... di awal bisnis, banyak yang order. Bahkan di lebaran pertama, waktu mulai bisnis, saya cetak rekor bikin rendang sampai 100-an kilogram," tutur Dewi.

Seiring berjalan waktu, produk DenDang yang baru 2 varian itu saja (rendang dan dendeng) mendapat respon positif dari teman dan para relasinya. Tapi karena ketika itu masih terikat sebagai karyawan di salah satu media, bisnis rendang dan dendeng yang sejatinya sudah ditekuni sejak tahun 2010 berjalannya sangat pelan.

"Saya baru benar-benar terima orderan dalam jumlah banyak setiap Ramadan dan menjelang lebaran saja. Tapi itu hanya sebatas melayani orderan dari pelanggan setia," katanya.


Yang order tidak banyak sih. Cuma sekitar 10 orang saja, tapi mereka pesan rata-rata kebutuhannya untuk open house. Maklum rata-rata yang pesan adalah pejabat deputi di kementerian, TNI, artis dan pengusaha. Jadi, mereka pesan minimal 5 kg atau 10 kg, bahkan ada yang pesan sampai 20 kg.

Dia pernah bertanya kenapa mereka rutin order rendang kepada dirinya, jawabannya karena rendang DenDang sangat otentik rasanya. Ia pun jadi semangat dan komit mempertahankan proses memasak dengan penggunaan kayu bakar. Rendang seperti ini terbilang langka di Jakarta, katanya.

Tidak semua orang bisa memasak Rendang seotentik aslinya. Bisa jadi karena kurang piawai dalam menakar bumbu untuk menghasilkan rasa yang sedap dan proses memasaknya. Atau juga kurang sabaran memasak rendang mengingat butuh waktu yang lama.

Saya bersama kawan saya, Dewi Syafrianis (Dokumen pribadi)
Saya bersama kawan saya, Dewi Syafrianis (Dokumen pribadi)
Tidak banyak juga ya bisa memasak rendang secara tradisional dengan menggunakan kayu bakar. Hanya segelintir orang, termasuk kawan saya dari segelintir orang itu. Rasa rendangnya, akan berbeda dengan menggunakan gas. Begitu penjelasannya.

Rendang, kata Dewi, dimasak di atas tungku kayu bakar selama kurang lebih 12 jam. Hasilnya rendang dengan dedak (bumbu) yang kering namun gurih (gurih alami, tanpa penyedap rasa). Rendang dan dendeng dikemas dalam plastik kedap udara (vacuum bag) yang jika disimpan di freezer bisa awet lebih 3 bulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun