Di masa pandemi Covid-19 ini seharusnya bisa menjadi momentum bagi koperasi dan UKM untuk "berbenah diri". Sejak pandemi ini mewabah, sejak itu pula pola belanja masyarakat berubah. Tidak lagi berbelanja secara offline, tetapi secara online seiring diberlakukannya social distancing dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).Â
Kini, di masa new normal ini, aktivitas digital menjadi panglima dalam keseharian masyarakat terutama kalangan pelaku UMKM. Karena sejatinya mereka yang masih bisa bertahan hidup dari hantaman badai krisis ini mereka yang sudah terhubung secara digital atau marketplace. Digitalisasi UMKM ini sebuah keniscayaan.
Karenanya, pemerintah (Kementerian Koperasi dan UKM) telah menetapkan target digitalisasi sebanyak 10 juta UMKM di tahun 2020. Sementara itu, berdasarkan data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), hingga saat ini baru 8 juta UMKM yang telah terdigitalisasi.
Sayangnya, kata Deputi Bidang Pengawasan Kementerian Koperasi dan UKM, Ahmad Zabadi, dari 8 juta UMKM yang sudah terdigitalisasi ini, ada yang bertahan dan ada juga yang mengalami kegagalan. Bukan karena dagangannya tidak laku, melainkan karena produk dan pelaku belum siap dijual secara online.
"Digitalisasi UMKM tidak hanya bisa memasarkan produk dan layanan melalui marketplace. Mereka yang sudah ada di marketplace harus bertahan dan memiliki transaksi berkelanjutan," Â katanya dalam Urbancity.id Webinar bertajuk "Koperasi dan UMKM Go Digital Di Era New Normal" di Jakarta, Jumat (10/7/2020), yang saya ikuti.Â
Menurut Zabadi yang pernah menjabat Direktur Lembaga Layanan Pemasaran KUMKM (LPP - KUMKM) -- yang mengelola Smesco Indonesia, perubahan perilaku konsumen dengan membatasi interaksi fisik dan mengurangi aktivitas di luar rumah terbukti dapat memberi peluang lebih besar kepada UMKM yang sudah terhubung dengan ekosistem digital untuk bertahan atau bahkan melaju di tengah pandemi Covid-19.
Sayangnya, peluang tersebut belum dimanfaatkan secara optimal oleh UMKM. Karena dari sekitar 64 juta populasi UMKM di Indonesia, baru 13% saja yang terhubung ke ekosistem digital.Â
Karena itu, perlu keterlibatan pemerintah dan berbagai pihak untuk meningkatkan literasi manfaat UMKM masuk ke ekosistem digital dan inkubasi untuk mengakselerasi kesiapan mereka.
Pakar Digital Marketing Adreas Agung Bawono yang juga menjadi pembicara dalam webinar itu, sependapat, jika perilaku konsumen yang serba online melalui berbagai fasilitas media sosial dalam memenuhi kebutuhan hariannya perlu cepat diadaptasi oleh pelaku UMKM dengan melakukan digitalisasi bisnis.Â
"Ketika butuh sesuatu barang, kini setiap orang cukup membuka smart phone, lalu browsing di google, instagram, facebook atau youtube. Nah, ketika produk dan layanan UMKM tak tersedia pada fasilitas media sosial tersebut, maka sudah pasti akan tertinggal," katanya. Â