Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Mengambil Hikmah dari Puasa Ramadan

27 Mei 2020   11:04 Diperbarui: 27 Mei 2020   10:55 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nabi Muhammad SAW bersabda "Siapa yang menjaminkan kepadaku apa yang ada di antara dua rahangnya dan apa yang ada di antara dua pahanya, aku menjamin surga baginya." Menjamin keduanya berarti mengendalikannya dalam bimbingan ajaran Rasulullah Saw.

Rahang dan paha melambangkan nafsu perut dan nafsu di bawah perut. Keduanya tidak dapat dipisahkan, setali tiga uang. Lewat pengekangan "rahang", maka "paha" dapat dikontrol. "Hal itu hanya dapat dilakukan lewat puasa," terang dr. Khidri.

Kearifan Puasa
Salah satu kearifan puasa, adalah melatih manusia mengendalikan diri. Puasa juga meningkatkan keimanan dan dapat mengendalikan waktu makan dan minum kita. Dalam berpuasa, kita bukan saja dilarang mengkonsumsi yang haram, kita juga dilarang mengkonsumsi yang halal, bila saatnya belum tiba.

Selain itu, puasa berfungsi juga sebagai "terapi" bagi jiwa yang tidak stabil. Melahirkan sikap sabar, mampu menahan diri serta senantiasa berserah diri (tawakkal) kepada Allah SWT. Puasa yang berarti al-imsak (menahan "diri") mengajarkan kepada kita, jika diiringi dengan iymaanan wah tisaban akan berada pada wilayah "hidayah".

Posisi hidayah inilah yang melahirkan efek positif terhadap fisik, psikis dan rohani. Tanpa pemahaman dan action puasa yang baik, puasa hanya memiliki dampak secara kuantitatif tanpa aplikasi secara kaffah ke seluruh dimensi kemanusiaan kita.

Maka jangan heran, secara kualitatif puasa tidak memiliki roh dan hilang makna hakikinya. Ini terbukti kejahatan atau kemaksiatan tetap langgeng dilakoni walaupun puasa datang setiap tahun. Kehadirannya sekedar slogan sebagai seremonial untuk melengkapi "cap" Islam di KTP.

Untuk mengkualitaskan puasa secara kaffah (menyeluruh, baik dimensi fisik, psikis maupun rohani), maka pengendalian puasa tidak hanya sebatas menahan makan dan minum, tetapi juga mengendalikan "nafs ammarah bis-suu" kita. Kemampuan mengendalikan nafsu, menurut ilmu jiwa, itu salah satu ciri jiwa orang yang sehat.

Bagi orang beriman, alat pengendalian dirinya adalah keimanan yang telah menjelma menjadi kepribadian. Jika bisa dicapai, keimanan ini akan mengarahkan setiap perilaku manusia. Keimanan dan pengendalian diri menjadi senjata yang ampuh menghadapi godaan-godaan, baik yang timbul dari dalam maupun dari luar. 

"Hal itu hanya dapat dicapai, lewat, salah satunya, puasa," tutup dr. Khidri. Jadi, jalankanlah puasa yang lain setelah puasa ramadan berlalu. Bisa puasa syawal, puasa Senin-Kamis, atau puasa-puasa suant lainnya. Semoga, dengan berpuasa tidak saja fisik yabg sehat, tetapi juga jiwa kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun