Mohon tunggu...
Neng Rahmi Agustina
Neng Rahmi Agustina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Panggil aja Rahmi, aku punya hobi menulis dan membaca sepertinya hobi Introvert kebanyakan. Di sini aku berniat menambah skil menulis ilmiah karena biasanya aku menulis tentang cerita atau hal putis yang berhubungan dengan imajinasi.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Perjalanan -1-

26 November 2022   05:00 Diperbarui: 26 November 2022   05:01 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Satu tahun yang lalu, aku sebentar lagi lulus dari sekolah menengah atas. Sebelum itu di mana hari pengumuman SNMPTN datang, aku yang dari awal menantikan bagaimana mimpi kecil itu akan terwujud merasa bersemangat. Sebelum jam 3 sore, lebih awal sekolah di pulang kan aku tertidur di ranjang dan memimpikan tanda merah di pengumuman SNMPTN. Aku pikir tidak masalah karena waktu itu masih mempercayai mimpi hanyalah bunga tidur semata.

Tepat jam 3 sore, jantung ku berdebar dan bayang-bayang penuh harap memenuhi sebagian pikiran dan hati ku waktu itu. Sampai setelah aku memasukkan no peserta dan tanggal lahir ku aku menangis sejadi-jadinya, mimpi buruk yang aku mimpikan selalu menjadi kenyataan sedangkan harapan yang ku mimpi-mimpikan itu selalu menjadi angan-angan an saja. Baiklah aku masih kelas 12 yang penuh dengan harapan, satu kali gagal bukan masalah akhirnya aku memutuskan mengikuti SBMPTN bersama teman sekelas ku yang lain. Aku masih ingat waktu itu Bulan Ramadhan dan jam 12 malam kami harus mengejar waktu.

Hari tes datang selanjutnya aku menunggu pengumuman selama satu bulan lebih, hari H pengumuman SBMPTN, lagi lagi sebelum jam 3 sore aku terlelap dan memimpikan hal yang sama tanda merah. Sebagian hati ku yang lain masih mempercayai itu hanya sebuah bunga tidur belaka dan mengatakan ayo berharap Ra.

Hingga akhirnya aku melihat dengan jelas warna merah dan ucapan semangat yang kedua kali dari Ltmpt.

Dengan itu aku yakin mimpi buruk yang ku mimpikan selalu menjadi kenyataan. Hal itu yang membuat ku ketakutan mimpi buruk itu menjadi bayang-bayang menyeramkan untuk hari-hari seterusnya. Aku tau mimpi berkuliah hanya sebagian mimpi kecil ku dari banyak mimpi yang ingin ku raih. Namun ada satu yang menjadi masalah, kuliah adalah step awal aku berjalan di jalan penuh mimpi itu. Namun sayangnya itu semua harus terpendam.

Keterlambatan waktu, kurangnya informasi dan gadis bodoh seperti ku harus menanggung setiap harapan itu sendirian. Aku tak berharap banyak, lebih tepat nya apa yang akan gadis bodoh ini harapkan. Maksudku itu menyebalkan sebagian lagi menganggu. Tak tahu kah aku berusaha sebisa ku, aku bukan lahir dari keluarga berada yang bisa mendapat les di mana-mana atau gadis pintar lainnya.

Boleh aku ungkapan perasaan menyiksa ini satu persatu. Aku hanya tidak mau membebani keluarga ku sudah ku bilang aku hanya gadis yang melihat uang 10 ribu dengan pikiran bisa di pakai untuk dua hari. Setiap orang bisa belajar namun tidak semua nya bisa mendapat informasi setara. Keterbelakangan informasi dan jauh nya tempat tinggal dari kota melebih perkiraan mempengaruhi dan membuat kesenjangan yang signifikan.

Aku benci ketika aku harus melangkah menuju no 2 sedangkan no 1 belum bisa aku lewati. Entah kenapa aku terpaku dengan urutan. Gadis berumur 18 tahun itu hanya percaya bahwa 'Tuhan memberi cobaan sesuai kemampuan kita, jadi orang lain belum mampu bisa. Dan sesuatu yang menakjubkan sedang menunggu ku di masa depan'. Aku percaya- tapi hanya waktu itu.

Saat orang lain begitu mudah meraih apa yang mereka inginkan, aku hanya bisa belajar cara memendam itu semua sendirian sampai membusuk. Aku banyak belajar cara menahan diri dan jangan jadi beban orang lain untuk sekarang dan kedepannya. Hal itu cukup meski harus merenggut sebagian pikiran anak anak dan tumbuh dewasa lebih cepat dari anak anak yang lain nya. Ketika anak-anak lain mampu mengatakan ingin boneka Barbie dengan rengekan khas anak kecil.

Aku hanya bisa membungkam mulut dan menundukkan pandangan sambil berkata dalam hati "aku juga ingin boneka Barbie"

Ketika anak anak lain mampu mengatakan 'mah pengen jajan' aku hanya menyimpan uang receh lima ratus an di saku baju SD sambil menabung nya dan bertahan menahan diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun