Mohon tunggu...
neneng salbiah
neneng salbiah Mohon Tunggu... Guru - Jika kamu ingin membaca satu cerita yang kamu mau, tapi belum ada yang menulisnya. maka kamulah yang harus menulisnya.

Apa yang kamu lihat itu adalah berita. apa yang kamu rasakan itu adalah puisi dan apa yang kamu khayalkan itu adalah fiksi. saya berharap pembaca tidak menghakimi tulisan-tulisan yang ada di blog ini. karena saya penulis pemula. belum pandai dalam menata ide pokok cerita dalam sebuah paragraf yang sempurna. Seorang ibu rumah tangga yang sedang belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Menanti Ibu Pulang

13 Februari 2024   11:05 Diperbarui: 7 Maret 2024   00:46 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: Freepik/irinagost2015

MENANTI IBU PULANG

Satu petak rumah tanpa kamar, hanya sekat meja lapuk sebagai pembatas tempat untuk tidur dan dapur, pintu utama di sangga dengan kayu, sebab beberapa engselnya yang terlepas, kain batik yang mulai koyak di pilih sang ibu untuk sekedar menutupi kaca jendela yang sudah buram.

ilustrasi kehidupan di bawah garis kemiskinan (Sumber Fhoto iStock)
ilustrasi kehidupan di bawah garis kemiskinan (Sumber Fhoto iStock)

Tangis bayi memecah kesunyian hari, suara serak terdengar karena sudah terlalu lama menangis, seorang gadis kecil meraih gelas yang masih terisi setengah air teh manis yang dibuatkan ibu tadi pagi. Ia meminumkan air tersebut untuk menenangkan sang adik. Tapi... bayi beusia 2 bulan itu tidak juga berhenti menangis, apa yang bisa di lakukan kakak kecilnya? Hanya tepukan tangan mungil yang berusaha mendiamkan hingga akhirnya suara tangisan reda dan menghilang, adek bayi pun mulai terlelap.

"Jangan nangis lagi ya, Dek. Sebentar lagi ibu pasti pulang," setelah sang adik berhenti menangis, Anisa keluar di ambang pintu ia menatap sebuah proyek bangunan besar, "Ibu pasti pergi ke bangunan itu, pasti banyak yang akan ibu bawa pulang," batinnya.

Ilustrasi Adik Bayi yang selalu menangis karean haus dan lapar (Sumber fhoto istock)
Ilustrasi Adik Bayi yang selalu menangis karean haus dan lapar (Sumber fhoto istock)
Sejak tadi pagi ibu berangkat belum ada sesuap nasi pun yang ia makan, "Ibu... kapan pulang, Nisa Lapar," gumamnya seraya terus memegang perut dengan kedua tangannya.

"Jaga adik baik-baik ya... jangan pergi kemana-mana sebelum ibu pulang, nanti ibu bawakan pisang goreng," janji ibu pagi itu, sebelum berangkat mengais rejeki sebagai pemulung, demi sesuap nasi dan biskuit untuk adek bayi. Kepada anak perempuannya yang belum genap 6 tahun.

Sore manggantung di lazuardi tapi ibu belum kembali, gadis kecil itu masih membayangkan sang ibu pulang dengan menenteng kantong plastik berisikan pisang goreng kesukaannya.

Iustrasi Menanti Ibu Pulang (Sumber Fhoto Istock)
Iustrasi Menanti Ibu Pulang (Sumber Fhoto Istock)

Anisa, seorang anak yang terlahir dalam potret kehidupan keluarga yang terblenggu kemiskinan, latar belakang yang cukup tragis, Ayah yang berjuang di jalanan sebagai tukang sol sepatu keliling, pergi meninggalkannya setahun yang lalu, menjadi korban tabrak lari sebuah truk pengangkut batu. Beberapa hari kepergian sang ayah, ibu Anisa baru menyadari jika saat itu ia sedang hamil muda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun