Mohon tunggu...
Nendela ritnaagustin
Nendela ritnaagustin Mohon Tunggu... Perawat - Nendela

Belajar dari kegagalan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Bahaya Circle Toxic untuk Mental Health

26 Mei 2021   21:46 Diperbarui: 26 Mei 2021   21:59 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

DUARRR!! DUARRR!! suara kembang api dinyalakan pada malam terakhirku di SMA, ya benar hari ini adalah kelulusan sekaligus perpisahan di SMA ku yang dilaksanakan mulai pukul 19.00 WIB. 

Ini semua ide ku dan kawan kawan satu angkatan yang meminta kepala sekolah untuk mengadakan prom night agar kelulusan sekolah kami berbeda dengan yang lain. 

Malam itu malam yang bersejarah dalam hidupku aku sangat senang mood-ku baik, aku bisa menggunakan bisa menggunakan gaun mewah, berkumpul bersama semua teman, berbicara tentang masa depan, berfoto dengan sahabat, makan bersama dengan guru-guru. 

Walaupun ini perpisahan yang seharusnya sedih tetapi semua orang terlihat bahagia menikmati pesta, mungkin sebagian orang menutupi kesedihan mereka karena takut merusak suasana, ya karena kita tahu bahwa setiap pertemuan akan ada perpisahan. 

Seminggu setelah hari kelulusan, pengumuman untuk masuk perguruan tinggi pun keluar. Aku sangat excited untuk membuka web dimana aku mendaftar untuk perguruan tinggi untuk melihat apakah aku diterima atau tidak. 

Dengan percaya diri akupun mencari namaku di daftar orang orang yang lulus, ternyata namaku tidak ada disana. Apakah aku kecewa? Ya aku sangat kecewa aku merasa aku orang yang paling gagal saat itu, teman temanku semuanya di terima di perguruan tinggi negeri hanya aku yang tidak lulus masuk perguruan tinggi. 


Kedua orang tua ku tidak menyalahkanku sepenuhnya mereka memberiku semangat untuk tidak putus asa, karena tidak diterima di universitas yang kita mau bukanlah akhir dari segalanya. 

Akupun menerima kenyataan dan aku tidak berlarut larut dalam kesedihan karena itu hanya membuang waktu. Akhirnya akupun mencari alternatif dengan berkuliah di perguruan tinggi swasta, aku tidak mencari perguruan tinggi swasta yang mahal karena aku tahu bahwa aku bukanlah berasal dari orang berada.

Bulan Agustus aku daftar di perguruan tinggi swasta, aku tetap senang walaupun aku berkuliah di perguruan tinggi swasta aku tetap bersyukur karena aku masih dapat kuliah. Melihat gedung kampus yang tinggi aku semakin semangat untuk memulai kuliah walau kampus dan rumahku jaraknya jauh tidak menjadi penghalang untukku berangkat kuliah. 

Aku sempat bertemu beberapa orang yang sedang mendaftar juga aku menyapa mereka dan aku berharap semoga kita menjadi teman baik. Saat kuliah belum dimulai aku sering jalan jalan bersama temanku ke mall dekat kampus karena aku senang sudah resmi menjadi mahasiswa di kampus tersbut.

Beberapa minggu kemudian kuliahpun dimulai semua MABA datang ke kampus menggunakan baju hitam putih karena minggu pertama masuk adalah pengenalan kampus. 

Di kampusku kebanyakan orang orang jauh yang merantau ada yang dari kota dan ada yang dari kampung bahkan luar pulau. Selama pengenalan kampus akupun berkenalan dengan orang orang di sekelilingku mereka baik tetapi tidak satu jurusan dengan ku. 

Sebelum pulang kami dibagi kelas sesuai dengan jurusan masing masing dan aku mendapat kelas Ilkom-R2, semua yang mendapat kelas itu berkumpul di satu ruangan dan tidak ada satu orangpun yang aku kenal, semua orang terlihat akrab satu sama lain hanya aku yang datang sendiri, aku senang melihat teman temanku akrab satu sama lain berarti akan mudah untuk aku berkenalan dengan mereka.

Hari pertama belajar bersama dosen di kampus, hari itu aku belajar tentang komunikasi dosenku menjelaskan bahwa komunikasi antar sesama itu penting dan dapat menjalin hubungan yang baik. 

Hari itu tidak belajar banyak karena kami mahasiswa baru dan masih menyesusaikan dengan dunia perkuliahan, jadi pada saat itu dosen-dosen hanya berkenalan dan menjelaskan sistem belajar. 

Jam menunjukan pukul 12.00 yang menandakan perkuliahan selesai dan akan ada mata kuliah lagi pukul 15.00, karena ada banyak waktu aku beristirahat untuk solat dan maka.

Setelah itu aku mencoba untuk ikut bersama teman temanku mereka bilang akan pergi ke cafe untuk mengisi kekosongan waktu, sebenarnya aku belum mengenal mereka tetapi aku mencoba untuk bisa akrab bersama mereka karena akupun butuh teman. Di cafe aku berkenalan kepada mereka semua, aku senang mempunyai teman baru seperti mereka kitapun melakukan foto bersama.

Beberapa hari kuliah terasa biasa saja tidak ada yang spesial. Aku  merasa semakin lama teman teman kelas semakin berbeda, yang asalnya semua berteman baik tiba tiba mereka berubah, mereka menjauhiku entah apa salahku. 

Setiap aku mengunggah instastory bersama teman teman SMA-ku di instagram mereka selalu membuat balasan di instastory mereka masing-masing seperti menyindirku. 

Bahkan di kelasku menjadi terpisah pisah dan pertemanan di kelaspun terbagi menjadi beberapa circle, ada circle yang orang orangnya dari keluarga berada, ada circle yang di dalamnya hanya orang orang yang merantau dari luar kota, ada circle yang di dalamnya hanya orang orang pintar, dan ada yang tidak memiliki circle sepertiku tapi tidak banyak. 

Setiap circle pasti punya grup yang di dalamnya hanya mereka-mereka saja aku berteman dengan siapa pun aku tidak masuk pada circle itu karena menurutku berteman tidak perlu melihat dari penampilan.

Mereka seperti tidak suka melihat unggahan story ku di instagram bersama teman lamaku, bahkan aku sampai di kata katai oleh mereka seperti aku mirip binatang atau,

"Gausah so high ya nongkrong sana sini, nora!"

"Gausah so pinter ya, pake maju ke depan so ngerjain soal! gue juga bisa kali"
bahkan saat kerja kelompok pun saat aku berbicara mereka tidak menganggapku ide-ide dariku untuk kelompok pun tidak pernah di dengar oleh mereka, dan jika ada yang menjawab hanya

"Ih kamu siapa? kelompok ini juga?". Mungkin bagi sebagian orang ini masalah kecil tapi tidak bagiku, sakit sekali hatiku saat teman tidak menganggapku. Bahkan saat ada aku di sekitar mereka dan mereka ingin makan di luar aku tidak pernah di ajak, dan ketika aku pulang baru mereka berangkat ke tempat makan mereka seperti tidak mau ada aku di sekitar mereka. 

Hampir semua orang di kelas seperti itu aku pun sampai di fitnah aku di adu domba kan oleh mereka kepada teman dekatku agar teman dekatku menjauh dariku. Emang aku salah apa? Gara gara sering mengunggah foto bersama teman lama sampai segitunya? Cemburu teman memang ada dan boleh tapi ini sudah kelewatan.

Semenjak kejadian itu aku tidak punya teman, tidak ada yang mau berteman denganku semua membicarakan keburukan di belakangku aku sering di kata katai, padahal aku bukan orang yang seperti itu. 

Aku merasa hidupku sangat kacau, ada tapi tidak dianggap sungguh sangat menyakitkan karena dari kecil aku selalu berteman baik dengan siapapun tapi mengapa sekarang begini? Benar, orang dewasa bukan karena umur tetapi karena pola pikir dan perilaku. 

Aku menjadi orang yang murung, pemalu, introvert, mereka semua telah mengubah hidupku yang semula penuh warna jadi gelap gulita. Setiap hari aku memendam rasa sakit hati, karena aku merasa aku tidak salah, aku tidak berani bercerita pada kedua orang tua ku karena aku tahu mereka juga punya masalah, banyak yang harus di pikirkan.

Satu semester kuliah berlalu, aku berusaha mencari cara untuk keluar dari kelas toxic itu, aku mencoba melamar pekerjaan karena jika bekerja mungkin aku akan pindah kelas menjadi kelas karyawan aku sudah tidak tahan. 

Aku masih tidak punya teman, aku semakin menjadi introvert, aku menjadi orang yang sangat tertutup, aku tidak pernah lagi tertawa, setiap malam selalu menangis, aku merasa kuat dan bisa memendam semuanya. 

Tapi aku salah aku tidak bisa menahan semua itu setiap akan pergi ke kampus aku merasa ingin menangis, teriak, marah. Aku menjadi sangat takut untuk pergi berkuliah, saat di perjalanan menuju kampus pun aku sering ingin menangis, bahkan aku sering melukai diri ku sendiri sebagai pelampiasan amarahku.

Sepulang kuliah mungkin mataku bengkak seperti habis menangis, ibuku semakin curiga denganku, aku yang jarang makan, tubuh terlihat kurus, wajah terlihat kacau, tidak bersemangat, akhirnya ibuku menanyakan ada apa dengan ku, aku bercerita pada ibuku sambil menangis sejadi jadinya karena sudah lama aku memendam semua ini. 

Aku tahu mereka tidak membully dengan menyentuh fisik, tapi apakah seperti ini juga bisa dinamakan membully tetapi lewat lisan? mereka mengatai fisik ku, aku diasingkan, tidak pernah dianggap ada. Ibuku mengerti aku ia mengerti bagaimana perasaanku ibuku menyuruhku beristirahat dan tidur karena sudah larut malam.

Besoknya aku izin tidak kuliah, ibuku mengajakku ke psikiater untuk menstabilkan emosiku. Aku menjalani psikoterapi selama 2 Bulan sampai aku sembuh total. Aku masih memiliki trauma pada kelas itu, jadi untuk menghilangkan traumaku akupun pindah kelas ke kelas weekend (sabtu-minggu) karena aku ingin kuliah sambil bekerja sampingan. 

Di kelas baruku kebanyakan umurnya diatas ku, tetapi tidak menjadi halangan untuk berteman tidak ada kata yang lebih tua lebih senior, semua sama kami berteman baik bahkan saat saat libur semester kami sering menghabiskan waktu bersama, bermain ke luar kota. Dan aku bersyukur aku dapat keluar dari orang orang toxic dan akhirnya aku menemukan kebahagiaan. Jangan remehkan mental health kalian karena setiap orang mempunyai tingkat mental yang berbeda, be yourself and love yourself~

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun