Mohon tunggu...
Etna Nena Oetari
Etna Nena Oetari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Simple, easy going, positive thinker, Mom, onlinesale

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dwuasar Iklan....

23 Agustus 2014   22:22 Diperbarui: 18 November 2015   05:55 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak pernah mengikuti salah satu mata kuliah yang namanya aq lupa yang pada saat itu membahas tentang iklan, aq jadi lebih ‘waspada’ bila melihat sebuah iklan sebuah produk. Karena tujuan sebuah iklan itu hanya satu “menarik sebanyak mungkin orang agar mau membeli produknya”. That’s it!!!

Maka dibuatlah iklan sedemikian rupa, yang seolah-olah mengerti betul kebutuhan kita. Semua produk kulit dibuat untuk memutihkan dan memuluskan kulit. Sehingga terbentuklah opini bahwa kulit yang putih dan muluslah kulit yang bagus, sempurna. Padahal jelas-jelas model iklannya memang sudah berkulit putih dan mulus. Terjebaklah orang-orang yang berkulit hitam dan memiliki self-esteem yang rendah. Belilah produk-produk yang diiklannya bisa memutihkan itu dengan harapan bisa benar jadi putih. Padahal percaya deh Allah tuh udah memberikan tubuh kita sempurna. Ga ada yang bisa menggantikan kesempurnaan ciptaan NYA. Yang harus dibuat mulus itu dan diputihkan itu hati dan pikiran kita. Agar jadi orang yang positif sehingga selalu mensyukuri setiap apa yang sudah kita miliki.


Semua iklan itu harus mengisyaratkan bahwa hidup ini mudah dan instan. Iklan kartu kredit, dibuat seolah-olah kita yang memiliki kartu kredit seperti memiliki ‘uang ekstra’ yang bisa dipakai foya-foya.


Iklan gratisan ini-itu yang tinggal ketik reg bla-bla benar-benar menyesatkan. Aq harus berulang kali menjelaskan kepadan anak qu bahwa tidak ada yang gratis di dunia ini. Ga mungkin ada yang gratis di dunia ini. Semua harus dibeli. Semua itu harus melalui usaha. Kalo ada yang kita dapatkan tampak seperti gratis itu adalah hasil dari kerja keras atau kebaikan yang sudah kita lakukan. Apalgi iklan di tv. Gimana bisa di sebut gratis??Lah kita ngirim sms aja kan udah bayar seribu. Nanti dia ngirim balasan kita juga yang bayar, kita balas lagi, bayar lagi...begitu seterusnya. Apa masih gratis namanya kalo terus-terusan bayar kayak gitu. Kalo mang gratis ga perlu pakai iklan. Kirimin aja langsung. Iklan kayak gini namanya iklan jahat. Yang di sebut ulang-ulang yang gratisnya padahal jelas-jelas ga gratis. Kayak Mama mau ngasih uang ke Kakak tapi kakak harus ini dan itu dulu baru kalo udah selesai uangnya Mama kasih. Kalo pakai syarat gitu kan namanya bukan gratis kan?? Baru deh dia mangut-mangut....hmm tau bener ngerti apa masih bingung.

Sebuah iklan juga biasanya membuat kita merasa penting. “jadilah orang pertama yang memiliki hp ini” atau “Produk ini di desain khusus untuk anda”...permainan kata-kata yang menggiurkan yah? Padahal yanng nonton iklan tersebut berjuta orang. Trus dimana letak “khusus” nya?? Ah dasar iklan.

Kata iklan produsen air mineral, minum air mineral kalo mau menjaga kesehatan, tp kalo iklan produsen jamu minum jamu kalo mau sehat, beda lagi kalo iklan multivitami, harus minum multivitamin kalo mau sehat....

Paling baru gayanya begini "Wah desain gadget anu bocor...." atau "Pembeli pertama produk inu adalah orang Indonesia....". Tau aja manusia itu gila pujipuja...kerentanan akan dikagumi, pujapuji memang celah paling mujarab untuk menggarap iklan. Percayalah, ga ada diantara kita yang begituuu spesial bagi suatu perusahaan, produsen .... jangan ge er :-p


Jadi.....semua terserah kita. Iklan boleh mengatakan apa saja tapi kita yang memutuskan.

#ngacaduluyangkhusu

#GakPakeKorupsi

#parentingantikorupsi

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun