Mohon tunggu...
Nely Jumaliah
Nely Jumaliah Mohon Tunggu... Ilmuwan - K3 Kemnaker RI

K3, lingkungan dan general

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Perspektif Tinjauan: Dampak Perubahan Iklim Terhadap Konservasi Biodiversitas di Indonesia

22 Mei 2024   21:34 Diperbarui: 22 Mei 2024   21:34 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Pendahuluan 

Tanggal 22 Mei diperingati sebagai Hari Biodiversitas Internasional (International Day for Biological Diversity/IDB). Hari ini dicanangkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran akan isu-isu keanekaragaman hayati. Untuk peringatan Hari Biodiversitas Internasional tahun 2024, PBB mengusung tema "Be part of the Plan." Tema ini merupakan ajakan untuk bertindak guna mendorong pemerintah, masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, anggota parlemen, perusahaan, dan individu dalam menyoroti cara-cara yang mendukung implementasi Rencana Keanekaragaman Hayati. 

Tiga variabel utama perubahan iklim (peningkatan CO2, perubahan pola curah hujan, dan rentang suhu) memperburuk kenaikan air laut, kekeringan, gelombang panas, kebakaran hutan, badai, dan banjir. Peningkatan suhu global sebesar 0,798 C dan tingkat konsentrasi CO2 dari 280 menjadi 379 ppm setara dengan tingkat pra-industri akan berdampak pada penentuan waktu musim flora dan fauna. Selain itu, perubahan suhu, banjir, dan kenaikan permukaan air laut akan mengubah ekosistem. Demikian pula perubahan curah hujan dan suhu akan meningkatkan tingkat kepunahan spesies.

Indonesia merupakan negara kepulauan tropis yang kaya akan sumber daya alam dan keanekaragaman hayati. Namun, kekayaan alam ini jika tidak dijaga dan dipelihara dengan baik dan sungguh-sungguh akan menimbulkan bencana serta penderitaan bagi masyarakat serta lingkungan ekosistem itu sendiri. Di musim hujan, hutan yang tidak terjaga dan terpelihara dengan baik, akan mengakibatkan terjadinya bencana tanah longsor maupun banjir bandang. Kemarau akan menjadi lebih lama karena perubahan iklim akibat pemanasan global yang disebabkan rumah kaca dan gundulnya hutan-hutan tropis

Sumber daya biodiversitas menjadi dasar pembangunan peradaban suatu bangsa, tak terkecuali Indonesia. biodiversitasadalah aset global yang sangat berharga bagi generasi mendatang. Oleh karena itu, sesuai tema IDB 2024, maka setiap orang harus berperan aktif mengampanyekan konservasi sumber daya alam dan biodiversitasserta disiplin dan bertanggungjawab untuk melestarikannya agar generasi mendatang dapat pula menikmatinya.


Dampak Perubahan Iklim terhadap Konservasi Biodiversitas


Indonesia memiliki kekayaan biodiversitas (keanekaragaman hayati) yang tinggi, sehingga dikenal sebagai mega diversity country. Biodiversitas bersifat multidimensi, hal ini mengacu pada variasi sumber daya hayati dari tingkat ekosistem, spesies, dan genetik.  Keanekaragaman ekosistem, yaitu komunitas biologi yang berbeda serta asosiasinya dengan lingkungan fisik (ekosistem) masing-masing. Keanekaragaman spesies, hal ini mencakup semua spesies di bumi, termasuk bakteri dan protista, Keanekaragaman tingkat genetik, yaitu variasi genetik dalam satu spesies.  Dibanding daerah gurun maupun kutub, daerah tropis dan lingkungan kepulauan Indonesia memiliki biodiversitasyang lebih banyak dan lebih kompleks karena sangat cocok untuk tumbuh lebih banyak, lebih beraneka macam pepohonan, dan menjadi tempat yang cocok untuk hidup beraneka fauna yang merupakan satu kesatuan dalam suatu sistem kehidupan saling bergantung dan memengaruhi satu sama lain.  Kekayaan biodiversitas ini dijaga melalui beragam bentang alam yang berfungsi sebagai habitat alami biodiversitas. Akan tetapi, kondisi perubahan iklim yang terjadi belakangan ini ternyata berdampak pada upaya konservasi biodiversitas.

Konservasi yang dilakukan merupakan usaha konservasi flora dan fauna, bertujuan untuk menjaga keberadaan populasi hewan dan flora di dalam suatu ekosistem. Upaya konservasi ini diterapkan di kawasan yang memiliki karakter khas, seperti dihuni spesies langka dan endemik, atau terancam mengalami kepunahan, atau memiliki potensi kegunaan besar jika dilestarikan.   Ada 2 (dua) metode konservasi sumber daya alam yang dapat dilakukan, yaitu metode in-situ dan ex-situ. Konservasi in-situ adalah kegiatan konservasi flora/fauna yang dilakukan di dalam kawasan habitat asli, seperti kawasan suaka alam (cagar alam dan suaka margafauna) atau kawasan konservasi alam (taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam). Sementara itu, konservasi ex-situ adalah kegiatan konservasi flora/fauna yang dilakukan di luar kawasan, misalnya kebun raya, kebun binatang, atau taman safari. Konservasi biodeversitas genetik, terutama untuk tanaman pertanian dan ternak dilakukan melalui koleksi plasma nutfah yang dilakukan oleh beberapa balai penelitian di bawah Kementerian Pertanian maupun Badan Risen dan Inovasi Nasional (BRIN).  Konservasi ex-situ menghadapi berbagai masalah, yaitu kekurangan dana, fasilitas dan tenaga terlatih. Sebagai contoh, berbagai balai atau pusat penelitian tidak mempunyai fasilitas penyimpanan jangka panjang, sehingga koleksi harus ditanam atau ditangkar ulang.

Indonesia sebagai salah satu wilayah dengan tingkat biodiversitas tertinggi di dunia memegang peranan penting dalam melestarikan berbagai jenis flora yang terancam punah, khususnya jika flora tersebut bersifat endemik dan sulit dijumpai di wilayah lain. Setidaknya terdapat dua nilai biodiversitas yang ada pada flora, yaitu nilai yang terlihat (pengobatan, pertanian, ekoturisme) dan nilai yang tidak terlihat (regulasi iklim, mencegah erosi tanah, menyediakan air bersih). Oleh karena itu, pemanfaatan flora di Indonesia harus dilakukan dengan mengedepankan prinsip konservasi guna menjamin keberlanjutan spesies flora yang dikomersialisasi. 

Adapun  strategi kunci guna menghadapi perubahan iklim ada 2 (dua), yaitu pertama mitigasi melibatkan tindakan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dan menyerap karbon serta mengembangkan pilihan yang akan menghasilkan emisi rendah dalam jangka panjang, dan kedua adaptasi mengacu pada penyesuaian/akomodasi terhadap dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim, seperti meminimalkan konsekuensi negatif dan meningkatkan peluang. Lebih lanjut, adaptasi berfokus pada persiapan untuk mengatasi dan merespons dampak perubahan iklim saat ini dan di masa depan. Oleh karena itu, adaptasi yakni membantu alam dan komunitas manusia beradaptasi terhadap perubahan iklim yang sudah terjadi. Tidak hanya flora, konservasi juga diperlukan untuk mempertahankan kelestarian fauna. Dampak yang sangat signifikan dari adanya perubahan iklim terhadap biodiversitas flora dan fauna adalah akan mengancam hilangnya habitat fauna, perubahan distribusi flora dan fauna, perubahan kelimpahan, serta perubahan fenologi (berbiak, migrasi, dan sebagainya).

Contoh dari hal di atas adalah kasus deforestasi. Deforestasi menyebabkan perubahan curah hujan dan memperbesar peluang terjadinya kebakaran hutan. Hal ini karena tanaman yang berfungsi melindungi hutan dari panas matahari hilang, sehingga terjadi kekeringan. Jika hutan mengalami kebakaran hebat, berbagai jenis fauna akan kehilangan habitatnya sehingga mereka akan melakukan migrasi ke tempat lain.  Distribusi spesies flora dan hewan yang masif tersebut turut mengubah karakteristik bioma serta struktur dan fungsi ekosistem, sehingga persediaan oksigen, air bersih, makanan, obat-obatan, dan perlindungan terhadap bencana pun berubah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun