Mohon tunggu...
Sid noise
Sid noise Mohon Tunggu... Buruh - Jangan Mau di Bungkam

Akun subsidi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gadget Jangan Jadikan Normal Baru Anak

1 Agustus 2020   10:06 Diperbarui: 1 Agustus 2020   10:01 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Masih Mau Kasih HandPhone Sama Anak?

Dulu ada teman yang curhat masalah anak nya selalu nangis jika dilarang main Gawai / Handphone. Masalah ini bukan hanya ada di indonesia tapi di seluruh dunia menurut saya mengalami hal yang sama, anak - anak usia 2 tahun pun sudah banyak yang keranjingan HP.

Sialnya lagi dimasa pandemi ini gadget menjadi pegangan yang di kategorikan wajib bagi anak - anak, tidak masalah selama di gunakan sebagai media pembelajaran.

Memang ini masalah serius dan bahkan para pelopor IT seperti Bill Gates dan yang lain nya mengatakan baik nya HP di berikan kepada anak pada usia 14 tahun. Saya tidak tahu persis kenapa para orang tua tetap memberikan akses terhadap anak nya untuk menggunakan HP padahal sudah banyak kajian dan berita tentang keburukan yang di timbulkan oleh gadget terhadap anak - anak, biasanya masalah yang timbul ketika dewasa adalah berontak kepada orang tua.

Bukan hanya masalah tontonan pornography, kekerasan dan mudah nya akses informasi, ini berpengaruh juga pada masalah sosial. Anak - anak adalah masa dimana sedang tumbuh kecerdasan sosial nya tapi karena keranjingan HP kecerdasan ini jadi terhambat yang harus nya main di luar bersama teman sebaya atau paling tidak beraktifitas di rumah secara fisik bersama keluarga.

Ini saran yang saya berikan kepada teman saya mudah - mudahan bisa bermanfaat juga bagi pembaca tulisan ini. Menghilangkan kecanduan yang saya maksud tidak seutuhnya mengharamkan HP pada anak, karena ada beberapa kegiatan yang mungkin bermanfaat dilakukan dengan HP.

1. Senangkan Sang Ibu / Istri

Pada kodrat nya atau jika tidak nyaman dengan bahasa tradisional dalam sains disebut secara naturalis / alamiah sejak awal sudah "rese", kenapa demikian? Karena dari awal sudah dihadap kan dengan jika dewasa kelak wanita akan mengasuh anak yang lebih rese.
Ini juga menjawab bagi para pria yang berfikiran kenapa sih wanita itu rese, karena dari awal mereka sudah tau di masa depan dia akan menghadapi makhluk yang lebih rese.

Banyak teman saya wanita karir dan tidak berkarir mengaku senang ketika berhasil mengasuh dan menyenangkan anak dan ketika anak nya sudah tumbuh besar mereka malah mau punya bayi lagi.

Masalah nya ketika wanita tidak bahagia, stress, dibuat BETE terus apakah itu masalah ekonomi, perlakuan dari suami, sudah di tekan fisik juga ditekan batin, dampak nya akan di lampiaskan kepada anak nya contohnya si anak mecahin piring saja di marahin habis - habisan, atau sedang jalan si anak di seret - seret sambil ngomel, atau sedang bergosip ria si anak ngajak ngobrol di cuekin. Ini gejala dari ibu - ibu yang kurang bahagia.

Gosip itu bukan fitrah nya ibu - ibu melainkan mereka yang suka bergosip itu kurang kasih sayang / dibahagiakan oleh suami nya. Secara psikologis laki - laki jika tertekan biasanya main game, olahraga dan semacam nya, sedangkan perempuan mereka akan mencari teman untuk diajak bicara. Jadi jika aktualisasi perempuan terakomodir dengan baik oleh suami, mertua mereka tidak akan mencari pelampiasan diluar atau melampiaskan kepada si anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun