Mohon tunggu...
Nela Dusan
Nela Dusan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Praktisi KFLS dan Founder/Owner Katering Keto

mantan lawyer, pengarang, penerjemah tersumpah; penyuka fotografi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

If You're Not The One (5)

21 Januari 2019   14:40 Diperbarui: 21 Januari 2019   15:04 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: pinterest

Selesai membuat kopi, aku bawa cangkirku ke ruangan. Aku harus cek e-mail, mestinya sudah banyak email yang masuk. Kulirik jam mejaku, jam 3.30, wah mesti segera selesaikan pekerjaan urgent yang sudah menunggu kalau tidak, bisa-bisa aku gagal jemput Pipit jam 5 nanti. Aku sudah janji mau jemput dia dikantornya. Jarak antara kantor Pipit dan kantorku sebenarnya tidak jauh, hanya pada waktu jam padat, waktu tempuhnya bisa-bisa lebih dari 15 menit. Pipit bekerja sebagai Associate di kantor konsultan hukum yang lumayan besar, tetapi mereka lebih banyak menangani litigasi, dia telah bekerja di sana selama 5 tahun, semenjak lulus kuliah.

Sekitar jam 4 Fira meneleponku, dia sudah kembali. Kedengaran suaranya agak ceria kelihatan sekali kelegaan yang sedang dirasakannya setelah pekerjaan beratnya selesai. Aku bilang kepadanya bahwa aku akan keluar kantor segera setelah Magrib, sekitar jam 6.30 karena aku akan pergi dengan Pipit. Aku sepertinya mendengar ada perubahan dalam nada bicaranya. Rasanya ada sedikit nada kecewa dalam suaranya tapi bisa saja karena memang aku sendiri yang terlalu GR.

Malam itu aku tiba di rumah hampir jam 12 malam, setelah mengantar Pipit pulang aku langsung menuju rumah. Jarak rumah Pipit dengan rumahku lumayan jauh, dia tinggal di Bumi Serpong Damai. Setiap hari Pipit diantar jemput oleh supir, dia memang perempuan yang biasa dilayani di rumah. Selalu saja ada yang mengantar dan menjemputnya, seperti waktu kuliah dulu, kalau tidak Danis, Yodi, Wenno, kesemua kakaknya atau almarhum ayahnya yang melakukannya, pendek kata Pipit bagi mereka adalah permata yang harus dijaga, begitu sayangnya mereka kepada dia.

Tadi kami pergi makan malam di Takigawa, Pipit kepingin makan shabu-shabu, rencananya setelah makan kami akan menonton film, tetapi apa hendak dikata, semua rencana yang sudah diatur dengan baik menjadi berantakan. Pada waktu kami selesai makan, Pipit bercerita bahwa sahabatnya, Cisca, akan dilamar keluarga Robert hari Minggu nanti. Rencananya mereka akan menikah enam bulan lagi. Aku tidak berkomentar, hanya mendengarkan. Aku menangkap arah pembicaraan kami, dan hal itu membuatku nervous, lebih dari waktu menghadapi para kreditur tadi pagi.

"Kok kamu diam aja." Pipit mulai menyadari sikapku.

"Nggak, aku kan dengerin cerita kamu. Terus kapan mereka mau resepsi?" aku berusaha untuk menunjukkan minatku.

"Enam bulan lagi. Senang ya Ran, dengar Cisca mau nikah."

"Iya." Jawabku singkat.

"Rencananya nanti mereka akan tinggal di rumah yang sudah dibeli Robert di Bintaro sektor 9 yang ada McD itu lho Ran."

Aku hanya manggut-manggut saja, semakin bingung mau berkomentar apa.

"Ran, kemarin Mama sempat tanya tentang kita." Akhirnya Pipit membicarakan hal yang akhir-akhir ini menghantuiku. Aku masih diam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun