Di balik keceriaan ruang kelas dan tumpukan RPP, ada satu hal penting yang sering terlupakan namun sangat menentukan yaitu etika profesi keguruan terutama dalam menjalin hubungan antar rekan kerja. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara saya dengan Bapak Feri Nurseha, S.Pd sebagai guru di SDN 1 Caracas, dan Ibu Inka Imroatul Hasanah, S.Pd sebagai guru bimba yang sudah terbiasa bekerja dalam tim bahwa etika dalam menjalin hubungan antar rekan kerja ini sangat amat penting.
Keduanya sepakat bahwa etika bukan sekadar aturan tertulis namun sikap yang terus dibawa dalam setiap percakapan, keputusan, dan kolaborasi. Bapak Feri ini menekankan pentingnya menjaga tutur kata dan mendengarkan rekan tanpa memotong, karena menurutnya, “Sekolah itu seperti orkestra kalau satu nada fals, semuanya ikut kacau.” Sementara Ibu Inka berbagi pengalaman bahwa feedback antar-guru harus diberikan dengan cara yang santun dan membangun, bukan menyudutkan. Dalam kerja
sama dalam acara “Perpisahan Peserta Bimba”, sempat terjadi beda pandangan soal durasi latihan, tapi justru lewat komunikasi terbuka dan kompromi yang sehat, mereka menemukan solusi yang tidak hanya efektif tapi juga memperkuat kepercayaan tim.
Bagi mereka, kunci keharmonisan rekan kerja ada dalam tiga hal yaitu sopan santun, konsistensi, dan menjaga kerahasiaan. Ketiganya menjadi pondasi hubungan profesional yang tidak hanya menciptakan lingkungan kerja yang nyaman, tapi juga menjadi teladan nyata bagi peserta didik. Sebab, jika guru ingin membentuk karakter anak, semuanya harus bermula dari karakter guru itu sendiri.
Ke depannya, penerapan etika profesi ini bukan cuma urusan dua atau tiga orang guru saja, melainkan budaya sekolah yang harus diwariskan terus-menerus. Mulailah dari kebiasaan sederhana saling menyapa di pagi hari, memberi ruang untuk ide baru tanpa langsung menolak, hingga mengakui kesalahan dengan lapang dada. Jika kebiasaan kecil ini konsisten dilakukan, atmosfer kerja akan terasa lebih suportif dan kreatif; guru-guru baru pun akan cepat menyesuaikan diri karena melihat contoh nyata di lapangan. Pada akhirnya, harmoni antarguru bukan hanya memudahkan koordinasi program belajar-mengajar, tetapi juga memancarkan energi positif yang menular ke siswa, orang tua, bahkan masyarakat sekitar sekolah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI