Mohon tunggu...
Ndaru Hatmoko
Ndaru Hatmoko Mohon Tunggu... Human Resources - HR

Hobi indexing, liat orang beraktifitas di ruang publik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Indonesia : Sang Pemimpin Positivitas Dunia dan Misteri di Balik Bias Kognitif

23 Juli 2023   10:30 Diperbarui: 23 Juli 2023   10:48 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source : pssat.ugm.ac.id

 

Melihat postingan terbaru di channel Instagram populer, 'Lambe Turah' tanggal 22 Juli tentang berita menarik  Indonesia yang juga merujuk Survei Global Emotions 2023 yang baru-baru ini merilis laporan mereka yang menunjukkan bahwa Indonesia memimpin sebagai negara paling positif di dunia. Hasil ini tidak hanya membanggakan, tetapi juga menarik karena berpotensi mengungkap dampak signifikan dari bias kognitif dalam persepsi dan sikap masyarakat.

Bias kognitif adalah penyimpangan sistematis dalam pengambilan keputusan, yang mengarah pada distorsi, penafsiran yang tidak akurat, atau penilaian yang tidak seimbang. Dalam konteks survei ini, peran bias kognitif mungkin sangat signifikan dalam mempengaruhi respons individu dan persepsi masyarakat secara keseluruhan.

Pertama, kita harus mempertimbangkan "optimism bias," suatu kondisi di mana individu cenderung percaya bahwa mereka lebih mungkin mengalami hal-hal positif dibandingkan orang lain. Masyarakat Indonesia, yang dikenal karena sikap optimis dan positif mereka, mungkin dipengaruhi oleh bias ini. Hasil ini dapat mencerminkan kecenderungan untuk melihat dunia dan peristiwa yang terjadi melalui lensa yang lebih positif.

Kedua, "bias konfirmasi" mungkin juga memainkan peran penting. Bias ini terjadi ketika individu mencari, menginterpretasikan, dan mengingat informasi yang sesuai dengan keyakinan atau nilai-nilai mereka yang ada. Dalam konteks Indonesia, budaya yang mendukung persatuan, gotong royong, dan harmoni sosial mungkin mempengaruhi cara individu memandang dunia dan berinteraksi dengan orang lain, sehingga mempengaruhi hasil survei.

Selain itu, "efek halo" juga patut dipertimbangkan. Efek ini terjadi ketika penilaian positif tentang seseorang, kelompok, atau hal dalam satu area mempengaruhi penilaian positif di area lain. Mengingat keberhasilan Indonesia dalam berbagai bidang seperti seni, budaya, dan ekonomi, efek halo ini dapat mempengaruhi persepsi positif yang lebih luas.

Namun, penting untuk diingat bahwa bias kognitif bukanlah hal yang buruk atau tidak sah. Mereka adalah bagian integral dari cara kerja pikiran manusia dan seringkali membantu kita membuat keputusan yang cepat dalam situasi yang kompleks. Sebaliknya, pemahaman tentang bias kognitif bisa membantu kita memahami lebih baik bagaimana persepsi dan sikap ini terbentuk dan bagaimana mereka bisa berubah seiring waktu.

Senyuman Indonesia menerangi dunia, membuktikan bahwa cinta dan kebahagiaan adalah bahasa global

Kesimpulannya, hasil Survei Global Emotions 2023 tentang Indonesia memperlihatkan betapa pentingnya memahami bias kognitif dalam merumuskan penilaian kita tentang dunia. Lebih jauh, itu menunjukkan bagaimana persepsi positif, meskipun mungkin dipengaruhi oleh bias kognitif, bisa memiliki dampak positif yang nyata pada masyarakat dan budaya secara keseluruhan. Dengan Indonesia memimpin dunia dalam sikap positif, ada pelajaran yang bisa dipelajari tentang bagaimana memanfaatkan pemahaman kita tentang bias kognitif untuk membangun masyarakat yang lebih positif dan harmonis. Hal ini menjadi berita menarik menjelang HUT RI ke 78. Dirgahayu Indonesia !

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun