Mohon tunggu...
Sis Churin Ien Aulia
Sis Churin Ien Aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - You can also call me "Nciss / Buncis"

Hi, I'm an Author wattpad too:)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kader NU Millenial yang Berlandaskan pada Ajaran Ahlussunnah Waljamaah

23 Mei 2021   10:35 Diperbarui: 23 Mei 2021   10:37 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Milenial adalah suatu istilah bagi orang atau generasi yang lahir sekitar tahun 1980-an dan 1990-an. Kehidupan generasi ini tidak dapat dilepaskan dari teknologi informasi, terutama internet. Generasi milenial disebut juga dengan generasi Y atau gen Y atau generasi langgas. Generasi Y adalah kelompok demografi setelah generasi X (gen-X).

Kebanyakan milenial sekarang ini, kurang memperhatikan perilaku mereka. Mereka biasanya langsung bertindak tanpa memikirkan akibatnya terlebih dahulu. Banyak dari mereka juga terjerumus ke dalam perbuatan yang buruk, seperti pergaulan bebas, narkoba dan kejahatan yang lain.

Kader NU juga adalah generasi milenial. Namun, meskipun memiliki jiwa milenial, kader NU harus tetap berlandaskan pada ajaran Ahlussunnah Waljamaah. Istilah Ahlussunnah wal Jamaah adalah sebuah istilah yang sering kita dengar ditengah-tengah masyarakat. Bahkan istilah ini lebih jauh dikenal oleh hampir seluruh mayoritas umat Muslim di seluruh penjuru dunia.

Kader NU boleh mengikuti perkembangan zaman. Boleh mengikuti trend sekarang. Tetapi, yang harus diingat adalah kader NU harus selalu menanamkan ajaran Ahlussunnah Waljamaah dalam jiwanya. Mereka juga harus sering berperilaku yang sesuai dengan Ahlussunnah Waljamaah.

Kader NU juga harus bisa mempertahankan ajaran Ahlussunnah Waljamaah ditengah-tengah banyaknya aliran dan firqah-firqah yang ada di dalam realitas masyarakat muslim saat ini, nama Ahlussunnah wal Jamaah seolah-olah bagaikan magnet untuk dijadikan tameng bagi perlindungan diri dari ganasnya zaman yang memang sudah ditakdirkan oleh Tuhan ini.

Beraneka macam aliran muncul, dari yang hanya bid'ah belaka, sesat, bahkan sampai tingkatan kafir yang jauh dari nilai-nilai syahadatain. Saling curiga pun muncul antara satu golongan dengan golongan yang lain, antara satu aliran dengan aliran yang lain, antara satu sekte dengan sekte yang lain. Terjadilah antar golongan itu saling mengkafirkan antara satu dengan yang lainnya.

Kader NU harus benar-benar memperhatikan sikapnya, terlebih lagi ketika sudah masuk ke dunia teknologi. Mereka harus benar-benar memanfaatkan teknologi tersebut dengan baik-baik. Seperti ketika sudah terjun ke sosial media, seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan WhatsApp. Mereka harus bisa memanfaatkannya sebagai media mengenalkan dan juga menyebarkan ajaran Ahlussunnah Waljamaah.

Kader NU milenial boleh pintar dalam bidang teknologi, namun harus tetap berpegang teguh pada agama dan ajaran Ahlussunnah Waljamaah. Hal tersebut berguna untuk menghasilkan kader NU yang ahli di bidang teknologi, dan juga ahli di bidang keagamaan. Serta menjadi kader NU yang berguna bagi nusa, bangsa, negara dan agama.

                Penegasan ini disampaikan Abdul Rasyid. Satkorwil Banser Jawa Timur tersebut mengemumakan bahwa sejumlah tugas dan tanggungjawab sebagai kader adalah melekat demi meneruskan cita-cita pendiri bangsa dan pendiri NU. "Yang utama adalah menjaga keberlangsungan agama Islam ala Ahlisunnah wal-Jamaah atau Aswaja an-Nahdliyah," katanya, Kamis (17/1).

Pada saat yang sama, turut menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI. "Menjaga dari dari sejumlah paham dan aliran yang menodai Islam rahamatan lil aalamiin, baik dalam sisi akidah maupun syariat," jelas Katib Majelis Wakil Cabang NU Rungkut Suarabaya.

Tugas berikutnya adalah menjaga keberlangsungan berbangsa dan bernegara dalam bingkai NKRI yang berideologi Pancasila dan berkonstitusi UUD 1945. "Berbineka tunggal ika yang merupakan konsensus bersama para pediri NKRI," ungkapnya. Dan dalam menjalankan kedua tugas tanggungjawab tersebut tetap menjunjung tinggi sikap tawassuth dan i'tidal "Yakni sikap tengah dan berlaku adil, amar ma'ruf nahi munkar, serta musyawarah," terangnya. Yang tidak dapat ditinggalkan adalah sikap ukhuwah atau persaudaraan, tasamuh yakni toleran, ittihad atau persatuan, akhlakul karimah yakni budi pekerti mulia, dan tawazun atau balance. Hal tersebut menjadi sikap yang tidak dapat dipisahkan bagi kader NU yang pada saat bersamaan sebagai kader bangsa. "Agar Negara Kesatuan Republik Indonesia selalu mendapatkan pertolongan, bimbingan, dan diselamatkan oleh Allah SWT dari segala hal yang dapat merusak keberlangsungan dan kesinambungan Indonesia sebagai bangsa yang merdeka, berdaulat, dan bermartabat," tandasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun