Mohon tunggu...
Nazwa Nabillah
Nazwa Nabillah Mohon Tunggu... Dokter - Nazwa

Nazwa Nabillah

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Keberuntungan Ada Padaku?

7 Februari 2021   10:55 Diperbarui: 7 Februari 2021   11:54 2039
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagian 1
Cerita hujan

Pagi ini tidak seperti pagi biasanya yang cerah, dengan diiringi suara merdunya burung, pagi ini suasanya dingin disertakan awan mendung menandakan akan turunnya hujan.  Burung-Burung terlihat terbang sangat rendah dan berputar pada satu titik tertentu. Embun yang biasanya ada pada tumbuhan kini tidiak terlihat. Yang terlihat hanyalah bentukan awan padat yang gelap berjarak rendah dan memadati langit.

Tak  ada sedikitpun cahaya matari yang menerobos masuk dari awan-awan. Angin yang bertiup kencang membuat semua orang enggan untuk hanya sekedar keluar rumah. Yang pasti mereka lakukan hanya bergelumung dibawah selimut. Tak lama kemudian hujan membasahi bumi pertiwi ini. Terdengar suara rintik hujan yang dapat menyejukan hati yang tampak gelisah ini.

Hujan diwaktu itu tak terhenti oleh keumuman sang pemilik waktu dia turun seperti hasrat yang tak lama tertuang membasahi bumi pertiwi. Bernyanyi dengan untaian suaranya yang gemercik.
Seperti alunan nada-nada yang tak beraturan. Gedung-gedung tinggi itu dibasahi oleh air, jalanan tetap padat di ibu kota ini, karena waktunya orang yang bekerja akan berangkat ke kantor. Apalagi ini tanggal muda membuat semua orang semangat untuk menyelesaikan pekerjaanyaa. Dan ingin cepat bertemu keluarganya dan memberikan apa yang mereka kerjakan selama ini menghasilkan upah. Semua itu bisa membuat pancaran kebahagian untuk orang-orang yang  merasakannya. Berbeda dengan masyarakat yang hanya tinggal di pemukiman walaupun mereka tinggal yang sama di ibu kota , nasib semua orang akan berbeda- beda.

Masyarakat di daerah Kelurahan Galur  ini hanyalah orang-orang yang bekerja untuk sekedar makan setiap hari tanpa memperdulikan keingininan untuk berbelanja. Karena hanya sesuap nasi yang di dapatkan setiap hari mereka akan selalu bersyukur.  Sepertiku yang bersyukur akan keadaan ini walaupun terlahir dari keluarga yang sederhana. Dan di pemukiman ini ketika hujan turun sangat deras semua orang panik dann bersiap-siap untuk membereskan berkas-berkas penting dan mengamankannya.

Dampak dari hujan akan dirasakan oleh orang-orang masyarakat yang berada disekitar Kelurahan Galur ini padahal yang banyak melakukan kesalahan adalah orang-orang besar yang dari hasil pengolahan industri sedangkan mereka tidak memperdulikan apa yang mereka perbuat akan berdampak seperti ini. Mereka hanya akan terganggu oleh jalanan berbeda dengan masyarakat Kelurahan Galur yang dapat membuat tempat tinggal terendam oleh air hujan ini.

Di Kelurahan Galur ini semua tempat tinggal akan tingkat dua, karena ketika hujan sedang membasahi bumi pertiwi ini mereka akan tinggal di lantai dua  dan ketika ingin bepergian  perjalannya menggunakan perahu karet. Walaupun tingkat dua bukan berarti rumah yang berada di Kelurahan ini adalah rumah yang mewah dan megah, tetapi hanya dari sebuah tembok yang sederhana lalu ditingkatkan.

Hujan kala itu meratakan kekuatan padi yang berdiri tegak hingga menutup jalan menjadi lautan.Alam  seakan tertawa menghina kami dan berkata itulah ulahmu wahai manus air yang kalian minum setiap saat kini berbalik menyerang karena tidak mau menjaga kelestarian alam ini.

Hingga malam hari, tak kalah deras hujan yang turun ke bumi. Saat itu aku dalam perjalanan pulang. Basah kuyup membanjiri tubuhku karena memang tak ada lagi waktu untuk berhenti atau berteduh Untungnya hujan kali ini tidak menimbulkan banjir aku khawatir dengan kedaaan Ayahku dan Adikkku pasti mereka sedang menungguku pulang agar sampai di rumah dengan cepat. Mengingat  hujan akan berimbas ke daerah Kelurahan Galur ini.

Ketika sampai di rumah Ayahku langsung menyerbu dengan berbagai pertanyaan.

"Kamu darimana saja kenapa baru pulang?" Ucap Ayah dengan nada khawatir.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun