Mohon tunggu...
Humaniora

Jika Berkata Kidung Ibu Lebih Indah dari Suara Azan, Pelecehan Agama?

10 April 2018   19:08 Diperbarui: 11 April 2018   16:28 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jika berkata kidung ibu-ibu lebih indah dari suara azan saja pelecehan agama. Bagaimana dengan syahadat yang dibandingkan dengan selamat natal?

Tiap tahun kita selalu saja ribut soal ini, dan apa yang mengusik saya tentang ini. Dimana ada yang bilang bahwa "kenapa harus mengucapin selamat natal? Mereka juga ga akan mau mengucapkan syahadat?" Hah? Lu sehat? Saya ingin berkata kasar, sekelas bego, tolol dll. tapi lu sehat rasanya lebih masuk, karena orang bego juga tahu itu ga nyambung.

Dan sayang tidak semua orang sehat, sehingga ada saja menggunakannya sebagai argumen yang seakan masuk akal, padalah ga nyambung.

Saya tidak belajar bahasa secara formal. Namun saya sederhana kan saja, buah duren dengan buah mangga apa sama? Kalau Anda punya satu duren dan saya ingin menukarkannya dengan satu mangga? Maukah Anda ? kecuali Anda orang linglung mungkin saya bisa mendapat satu duren dengan mangga yang ukurannya saja berbeda dan harganya beda.

Selamat adalah sebuah kata yang merendah diri, kenapa? Saat apa kita mengucapkannya? Saat orang lain bahagia, saat orang lain berhasil dengan kerja kerasnya, saat orang lain menemukan pasangan.

Sedangkan syahadat adalah suatu penyaksian seseorang pada Tuhan, sebuah kata-kata penyaksian  antara manusia dengan Tuhannya, umat dengan rasulnya.

Jika Anda menyamakan dengan selamat yang untuk manusia dengan syahadat untuk Tuhan, bukannya Anda begitu merendahkan syahadat?

Jika Anda bilang ibu Indonesia melecehkan agama tapi tidak mau mengucapkan selamat natal karena mereka juga tidak akan mau mengucapkan syahadat, secara tidak sadar Anda melecehkan agama juga, Anda sama saja dengan Ibu Sukmawati.

Dan mengenai isi dari puisi ibu Indonesia? Saya tanya, apa Anda bukan lahir dari ibu Indonesia? Apa wajah ibu Anda begitu jelek hingga Anda tidak mau memuji seindah puisi itu, ibu Anda mengurus Anda dengan memakai cadar? Apa senandung ibu Anda tidak seindah azan yang salah pengucapannya? Salah panjang pendeknya? Bahkan sebagus apapun suara azan itu, apa tidak terpikir bawah lebih indah suara senandung ibu anda?

Kalau mengartikan sebuah sastra, jangan hanya sebait. Artikan seluruh kata-katanya. Sudut pandang puisi, situasinya.

Secara garis besar itu bukan bercerita tentang wanita, tapi ibu-ibu Indonesia, ibu-ibu yang sering dilihat si penulis, bahkan ibunya sendiri mungkin, secara tahun kanak-kanak sang penulis adalah era yang belum umum kerudung terlebih cadar. Wajar kan kita menganggap suara ibu kita lebih indah dari siapapun, paling cantik dari siapapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun