Mohon tunggu...
Nazar Amrullah
Nazar Amrullah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Magister Manajemen Pendidikan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pernah Terpaksa, tapi Ternyata Berkah

18 Mei 2024   08:50 Diperbarui: 18 Mei 2024   08:51 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://hidayatullah.com/kajian/oase-iman/2022/10/25/238888/berkah-sebagai-kunci-hidup.html

Seperti yang kita ketahui bahwa Pandemi Covid-19 menjadi salah masalah serta keresahan di dalam kehidupan msyarakat. Kondisi ini membuat tekanan sebagian masyarakat bahkan secara besar-besaran untuk mentaati pola hidup sehat. Salah satu pola hidup sehat yakni menggunakan masker jika keluar rumah. Tentu saja jika seseorang yang jarang bahkan tidak terbiasan menggunakan masker akan rish dengan diri sendiri dengan perubahan yang terjadi pada fisiknya. Saat itu pada tahun 2020 tepatnya bulan maret di kampus tercinta Universitas Mataram yang masih tertanam gelar mahasiswa saat itu masih semester VI. Secara resmi kampus mengumumkan untuk libur kuliah dari tanggal 15 Maret 2021. Hal tersebut membuat sedikit kecewa karena berpengeruh terhadap kegiatan lainnya. Kegiatan yang di maksud adalah akan adanya RAKERENAS (Rapat Kerja Nasional) di Universitas Bossowa yang akan diselenggarakan pada tanggal 17 Maret 2021 karena kebetulan di amanahkan mewakili Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mataram. Mirisnya lagi, tiket pun sudah dibeli akhirnya gagal karena dilarang sama pihak kampus untuk pergi kegiatan ke Pulau sebutan “K” yakni Makassar.

Setelah surat edaran Rektor tersebut keluar dari sanalah mulai mencoba menggunakan topeng paksaan yakni masker. Hal ini bukan tentang senang menggunakan tapi karena terpaksa serta ada kepentingan di kampus baik akademik maupun non akademik. Hal ini juga ditekan oleh pemerintah terutama di Kota Mataram pasti akan ada Razia. Akhirnya mencoba untuk menerapkan topeng alias masker tersebut. Terkadang sebelum pandemi yang biasa menggunakan masker adalah kaum hawa bukan adam entah apa motif mereka karena itulah fakta yang terjadi sepengetahuan dan sepenglihatan di sekeliling. Dari semenjak itulah saya terbiasa menggunakan masker yang tadinya bisa dikatakan masih anti menggunakannya karen tidak nyaman. Tak terasa waktu begitu berputar detik, menit, jam, hari, pecan, bulan dan tahun bahkan sampai selesai studi di Universitas Mataram. Hingga saat ini sudah hampir mau dua tahun menggunakan masker dengan keterpaksaan serta tekanan dari aturan yang berlaku di tengah masyarakat. Sampai detik inipun yakni hari Jum’at tanggal 3 Desember yang kebetulan saya pribadi sebagai tenaga pendidik honorer di salah satu sekolah di Mataram yakni SMPIT dan SMAIT Anak Sholeh Mataram sudah memasuki 100 hari kerja karena dulu masuk hari senin tanggal 23 Agustus 2021.

Maka dari itu ada 3 hal yang saya coba sampaikan dalam tulisan ini terkait pengalaman bersama topeng dengan penuh tekanan selama hampir 20 bulan atau mendekati 2 tahun. Kini Aku sadar bahwa ternyata saking sering mobilitas bolak-balik ke Mataram menggunakan kendaraan motor serta menggunakan makser ternyata membawa manfaat dan berkah. Kenapa seperti itu ? karena ketika diperjalanan zat berbahaya yakni karbon monoksida yang berasal dari asap kendaraan di jalan yang mana sangat membahayakan bagi kesehatan manusia. Tapi, Alhamdulillah dengan masker bisa dicegah hal tersebut apalagi ada kendaraan besar yang mengeluarkan asap yang banyak karena rusak lubang asapnya. Hal ini menjadi sebuah rasa syukur karena bisa diantipasi dengan adanya masker keterpaksaan yang membawa berkah. Selanjutnya ketika ada razia oleh satu polisi bisa terlewati karena adanya masker. Selain itu juga dengan adanya kondisi seperti ini menjadi wadah untuk saling berbagi kepada sesama yang belum mempunyai masker sehingga secara pribadi harus membeli untuk dibagikan walaupun tak seberapa. Itulah sedikit cerita berbagi pengalaman bersama dia (Masker).


Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun