Seperti yang diingatkan Edward Snowden, "Argumen bahwa Anda tidak peduli dengan hak privasi karena tidak punya apa pun untuk disembunyikan, sama seperti mengatakan Anda tidak peduli pada kebebasan berbicara karena tidak punya hal untuk dikatakan."Â Pernyataan ini menegaskan: persoalan digital bukan hanya soal teknis ini soal nilai dan hak asasi yang paling dasar.
Siapa yang Bertanggung Jawab?
Di Indonesia, regulasi terhadap AI dan algoritma masih minim. UU Perlindungan Data Pribadi (UU PDP) belum mengatur transparansi sistem rekomendasi konten. Kita butuh aturan yang lebih berani: tentang keterbukaan algoritma, kontrol pengguna atas preferensinya, hingga perlindungan atas bias diskriminatif.
Namun tanggung jawab tidak hanya di tangan pembuat kebijakan. Kita sebagai pengguna juga perlu sadar: jangan terlena oleh kenyamanan. Jangan biarkan mesin berpikir menggantikan kapasitas reflektif kita sebagai manusia merdeka.
Refleksi Pribadi: Bebas atau Tertawan?
Saya pun mengalami ini. Ketika media sosial saya terasa "aman" dan "cocok", saya senang. Tapi lama-lama saya sadar, saya tidak lagi mendapatkan sudut pandang baru. Saya berhenti berkembang secara intelektual dan emosional. Saya mulai mempertanyakan: apa yang hilang saat algoritma mulai menata hidup saya?
Yuval Noah Harari pernah memperingatkan dalam wawancaranya dengan BBC: "Jika kita membiarkan algoritma menentukan apa yang kita baca, beli, pikirkan pada akhirnya kita akan kehilangan kendali atas pilihan-pilihan kita sendiri."
Saatnya Kita Rebut Kembali Kendali
Kita tidak bisa menolak teknologi, tapi kita bisa menuntut etika dan keadilan dari teknologi. Personalisasi konten berbasis AI seharusnya tidak menjadi alat dominasi diam-diam yang membungkam, membatasi, bahkan mendikte realitas.
Sebagai warga digital, kita berhak tahu bagaimana sistem bekerja. Kita berhak mengontrol apa yang kita lihat. Dan yang paling penting, kita berhak untuk berpikir secara bebas, terbuka, dan manusiawi.
Karena ketika kenyamanan digital dibeli dengan harga kebebasan berpikir, itu bukan kemajuan itu penjara yang tak kasat mata.