Mohon tunggu...
naysilla zelliyana
naysilla zelliyana Mohon Tunggu... Pelajar/Mahasiswa/Mahasiswa

Pemerhati dunia digital dengan ketertarikan khusus pada isu-isu seputar kecerdasan buatan (AI) dan dampaknya bagi kehidupan manusia. Menyukai diskusi yang ringan tapi bermakna. Menulis sebagai cara untuk berbagi sudut pandang, dengan gaya yang santai, menyenangkan, tapi tetap reflektif.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Otak Kita Dijajah Algoritma: Personalisasi AI yang Menggerus Hak Asasi Manusia

26 Juni 2025   17:12 Diperbarui: 26 Juni 2025   18:53 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti yang diingatkan Edward Snowden, "Argumen bahwa Anda tidak peduli dengan hak privasi karena tidak punya apa pun untuk disembunyikan, sama seperti mengatakan Anda tidak peduli pada kebebasan berbicara karena tidak punya hal untuk dikatakan." Pernyataan ini menegaskan: persoalan digital bukan hanya soal teknis ini soal nilai dan hak asasi yang paling dasar.

Siapa yang Bertanggung Jawab?

Di Indonesia, regulasi terhadap AI dan algoritma masih minim. UU Perlindungan Data Pribadi (UU PDP) belum mengatur transparansi sistem rekomendasi konten. Kita butuh aturan yang lebih berani: tentang keterbukaan algoritma, kontrol pengguna atas preferensinya, hingga perlindungan atas bias diskriminatif.

Namun tanggung jawab tidak hanya di tangan pembuat kebijakan. Kita sebagai pengguna juga perlu sadar: jangan terlena oleh kenyamanan. Jangan biarkan mesin berpikir menggantikan kapasitas reflektif kita sebagai manusia merdeka.

Refleksi Pribadi: Bebas atau Tertawan?

Saya pun mengalami ini. Ketika media sosial saya terasa "aman" dan "cocok", saya senang. Tapi lama-lama saya sadar, saya tidak lagi mendapatkan sudut pandang baru. Saya berhenti berkembang secara intelektual dan emosional. Saya mulai mempertanyakan: apa yang hilang saat algoritma mulai menata hidup saya?

Yuval Noah Harari pernah memperingatkan dalam wawancaranya dengan BBC: "Jika kita membiarkan algoritma menentukan apa yang kita baca, beli, pikirkan pada akhirnya kita akan kehilangan kendali atas pilihan-pilihan kita sendiri."

Saatnya Kita Rebut Kembali Kendali

Kita tidak bisa menolak teknologi, tapi kita bisa menuntut etika dan keadilan dari teknologi. Personalisasi konten berbasis AI seharusnya tidak menjadi alat dominasi diam-diam yang membungkam, membatasi, bahkan mendikte realitas.

Sebagai warga digital, kita berhak tahu bagaimana sistem bekerja. Kita berhak mengontrol apa yang kita lihat. Dan yang paling penting, kita berhak untuk berpikir secara bebas, terbuka, dan manusiawi.

Karena ketika kenyamanan digital dibeli dengan harga kebebasan berpikir, itu bukan kemajuan itu penjara yang tak kasat mata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun