Suasana Desa Gampingan, Kecamatan Pagak, Kabupaten malang, akhir pekan lalu benar-benar meriah dan menjadi pusat perhatian warga. Ribuan warga memadati jalan utama untuk menyaksikan karnaval budaya tahunan. Dentuman sound horeg hingga sorakan penonton berpadu menciptakan suasana yang meriah dan menggembirakan.
Suara bass yang dalam, treble yang tajam, dan volume yang luar biasa tinggi memang menambah semangat dan meriahnya suasana. Namun di balik euforia itu, suara dari sound horeg juga menimbulkan fenomena menarik bila ditinjau dari sisi fisika gelombang bunyi yang memiliki dampak nyata terhadap lingkungan dan kesehatan pendengaran manusia.
Gelombang Bunyi di Balik "Sound Horeg"
Gambar di atas menunjukkan bagaimana bunyi merambat dalam bentuk gelombang longitudinal di udara. Saat speaker sound horeg bergetar, permukaan speakernya mendorong molekul udara di depannya. Proses ini menciptakan dua daerah utama:
Compression (pemampatan) --- bagian udara di mana molekul-molekul saling berdekatan karena dorongan gelombang suara.
Rarefaction (pengendoran) --- bagian udara di mana molekul-molekul saling berjauhan setelah dorongan tadi lewat.
Kedua daerah ini terjadi secara bergantian dan bergerak menjauhi sumber bunyi, membawa energi suara hingga mencapai telinga pendengar.
Bagian bawah gambar memperlihatkan bentuk gelombang transversal sebagai representasi visual untuk memahami amplitudo dan panjang gelombang (wavelength):
Amplitudo menunjukkan kuat-lemahnya bunyi --- semakin besar amplitudo, semakin keras suara yang terdengar.
Panjang gelombang () menunjukkan jarak antara dua puncak tekanan yang sama, dan berhubungan dengan frekuensi (f)
Pada kasus sound horeg, amplitudo bunyinya sangat besar, sehingga menghasilkan tekanan udara tinggi di sekitar sumber suara. Inilah sebabnya mengapa suara sound horeg bisa terdengar keras hingga radius puluhan meter, bahkan menyebabkan getaran kaca atau dinding di sekitar lokasi karnaval.
Secara sederhana, bunyi memenuhi persamaan :
v= f
dengan v adalah kecepataan bunyi (340 m/s di udara), merupakan panjang gelombang, dan f merupakan frekuensi suara. Sebagai contoh nada bass dengan frekuensi 80 Hz memiliki panjang gelombang:
=340/80=4,25 m
Artinya, satu gelombang bunyi dari sound horeg bisa menjangkau radius sekitar 4 meter hanya dalam satu getaran saja. Bila volumenya tinggi, tekanan bunyi yang dihasilkan bisa sangat kuat.
Analisis Tingkat kebisingan "Sound Horeg"
Speaker sound horeg sering memiliki daya 500--2000 watt dan digunakan di ruang terbuka. Dengan asumsi daya bunyi tersebar ke area sekitar 50 m, intensitas bunyi dapat diperkirakan:
I=1000/50=20 W/m
Level kebisingannya dapat dihitung dengan:
Nilai ini merupakan perkiraan dekat sumber suara, namun pada jarak 10--15 meter pun intensitasnya bisa tetap berada di kisaran 95--105 dB --- setara dengan sirene ambulans atau mesin jet jarak dekat.
Batas Aman Menurut WHO
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), batas aman paparan suara bagi manusia adalah:
- Maksimum 70 dB untuk paparan harian agar tidak menimbulkan gangguan jangka panjang.
- Lebih dari 85 dB selama beberapa jam dapat menyebabkan kerusakan permanen pada sel rambut halus di telinga bagian dalam, yang berfungsi menangkap getaran suara.
Dengan demikian, suara dari sound horeg yang mencapai 100 dB ke atas termasuk kategori berbahaya bila didengar terlalu dekat atau terlalu lama.
Dampak Fisik dan Lingkungan
Dari pendekatan fisika, tekanan suara yang besar memengaruhi lingkungan sekitar:
- Gelombang bunyi kuat dapat menyebabkan resonansi pada benda-benda tertentu (misalnya kaca atau atap seng ikut bergetar).
- Secara fisiologis, paparan suara >90 dB bisa menimbulkan stres, gangguan tidur, sakit kepala, hingga gangguan pendengaran sementara.
- Hewan peliharaan pun sensitif terhadap frekuensi tinggi, sehingga cenderung gelisah selama karnaval berlangsung.
Menjaga Kemeriahan Tanpa Kebisingan
Agar semangat karnaval tetap hidup namun tidak merugikan pendengaran warga, beberapa langkah sederhana bisa dilakukan:
- Batasi volume sound system maksimal 85--90 dB.
- Arahkan speaker ke jalan utama, bukan ke rumah warga.
- Gunakan peredam suara alami (misalnya pepohonan atau kain tebal di sekitar panggung).
- Edukasi panitia dan peserta tentang batas aman paparan suara.
Karnaval Gampingan adalah simbol semangat kebersamaan warga. Namun, melalui kacamata fisika, kita bisa belajar bahwa energi bunyi yang terlalu besar bukan hanya soal volume tetapi juga soal kenyamanan dan kesehatan masyarakat. Dengan sedikit kesadaran, karnaval tetap bisa menjadi ajang yang meriah, sehat, dan ramah pendengaran. masyarakat bisa tetap menikmati kemeriahan tanpa harus terganggu oleh "sound horeg" yang berlebihan. Karena sejatinya, perayaan akan lebih indah jika meriah tapi tidak membisingkan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI