Mohon tunggu...
naylil wardah
naylil wardah Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Negeri Malang

Hobi saya membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Meriah tapi Bising:Menelisik Dampak Suara Karaval Gampingan dari Kacamata Fisika

12 Oktober 2025   07:00 Diperbarui: 11 Oktober 2025   20:58 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karnaval Gampingan, Pagak, Malang. Sumber:tiktok

Level kebisingan. Sumber:pribadi
Level kebisingan. Sumber:pribadi

Nilai ini merupakan perkiraan dekat sumber suara, namun pada jarak 10--15 meter pun intensitasnya bisa tetap berada di kisaran 95--105 dB --- setara dengan sirene ambulans atau mesin jet jarak dekat.

Batas Aman Menurut WHO

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), batas aman paparan suara bagi manusia adalah:

  • Maksimum 70 dB untuk paparan harian agar tidak menimbulkan gangguan jangka panjang.
  • Lebih dari 85 dB selama beberapa jam dapat menyebabkan kerusakan permanen pada sel rambut halus di telinga bagian dalam, yang berfungsi menangkap getaran suara.

Dengan demikian, suara dari sound horeg yang mencapai 100 dB ke atas termasuk kategori berbahaya bila didengar terlalu dekat atau terlalu lama.

Dampak Fisik dan Lingkungan

Dari pendekatan fisika, tekanan suara yang besar memengaruhi lingkungan sekitar:

  • Gelombang bunyi kuat dapat menyebabkan resonansi pada benda-benda tertentu (misalnya kaca atau atap seng ikut bergetar).
  • Secara fisiologis, paparan suara >90 dB bisa menimbulkan stres, gangguan tidur, sakit kepala, hingga gangguan pendengaran sementara.
  • Hewan peliharaan pun sensitif terhadap frekuensi tinggi, sehingga cenderung gelisah selama karnaval berlangsung.

Menjaga Kemeriahan Tanpa Kebisingan

Agar semangat karnaval tetap hidup namun tidak merugikan pendengaran warga, beberapa langkah sederhana bisa dilakukan:

  • Batasi volume sound system maksimal 85--90 dB.
  • Arahkan speaker ke jalan utama, bukan ke rumah warga.
  • Gunakan peredam suara alami (misalnya pepohonan atau kain tebal di sekitar panggung).
  • Edukasi panitia dan peserta tentang batas aman paparan suara.

Karnaval Gampingan adalah simbol semangat kebersamaan warga. Namun, melalui kacamata fisika, kita bisa belajar bahwa energi bunyi yang terlalu besar bukan hanya soal volume tetapi juga soal kenyamanan dan kesehatan masyarakat. Dengan sedikit kesadaran, karnaval tetap bisa menjadi ajang yang meriah, sehat, dan ramah pendengaran. masyarakat bisa tetap menikmati kemeriahan tanpa harus terganggu oleh "sound horeg" yang berlebihan. Karena sejatinya, perayaan akan lebih indah jika meriah tapi tidak membisingkan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun